Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asrawati
"Latar belakang: Perawakan pendek pada usia prasekolah dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, sanitasi dan lingkungan serta environmental enteric dysfunction (EED). Etiologi perawakan pendek sebagian besar adalah varian normal, sedangkan varian patologis hanya 1,3-13,9%.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan environmental enteric dysfunction (EED) terhadap terjadinya perawakan pendek usia prasekolah.
Metode: Penelitian ini berbasis komunitas dengan disain potong lintang pada 70 balita riwayat perawakan pendek studi retrospective cohort yang saat ini usia 4 tahun 10 bulan - 5 tahun 9 bulan di 5 kelurahan wilayah DKI Jakarta. Subjek didapat secara total sampling. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, antropometrik subjek dan orang tua, usia tulang, dan pemeriksaan tinja (parasit, calprotectin dan alfa1 antitripsin) sebagai biomarker EED, sebagai penanda adanya gut integrity. Etiologi perawakan pendek diperoleh dengan pendekatan algoritma diagnosis perawakan pendek.
Hasil: Proporsi perawakan pendek pada anak usia prasekolah dengan riwayat perawakan pendek sebesar 44,3%, (pendek 40,0% dan sangat pendek 4,3%) dan didapatkan lelaki lebih banyak. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap terjadinya perawakan pendek adalah pendidikan ibu yang rendah. EED positif pada 41,9% dan parasit positif pada 57,1% subjek perawakan pendek serta jenis parasit yang ditemukan adalah Blastocystis hominis. Berdasarkan algoritma diagnosis perawakan pendek didapatkan perawakan pendek terbanyak adalah varian normal 93,6% (perawakan pendek konstitusional 83,9% dan familial 9,7%) dan patologis (malnutrisi dan /infeksi kronis, atau stunting) hanya 6,4%.
Simpulan: Faktor sosiodemografi yang paling berhubungan adalah pendidikan ibu sedangkan EED tidak memengaruhi terjadinya perawakan pendek. Proporsi perawakan pendek usia prasekolah sebesar 44,3% dan terbanyak adalah varian normal
Background: Short stature at preschool age is influenced by sociodemographic factors, sanitation, the surrounding environment and environmental enteric dysfunction (EED). Etiology of short stature is mostly a normal variant, while pathological variants are only 1.3 to 13.9%.
Objective: To determine the influence of sociodemographic factors and environmental enteric dysfunction (EED) on short stature in preschool children and etiological factors of short stature in children.
Methods: A cross-sectional study base on community at 5 urban areas in DKI Jakarta Indonesia, from January 2018 to June 2019. Seventy preschool children of short stature retrospective cohort studies, ranging 4 years 10 months to 5 years 9 months presenting with short stature were studied. Subjects were obtained by total sampling. Data collected from anthropometric measurements of subject and parents, bone age and stool examination are performed; parasites, calprotectin and alpha1 antitrypsin as biomarkers of EED or gut integrity. The etiology of short stature is obtained by the algorithm approach to short stature diagnosis.
Results: The proportion of short stature in preschool children with a history of short stature was 44.3%, (short stature at 40.0% and very short stature at 4.3%) and were found in more boys. The most influential risk factor for the occurrence of short stature is due to low education mother. EED positive was 41.9%, positive parasites was 57.1%, and the type of parasite found was Blastocystis hominis, respectively. Based on the algorithm of short stature diagnosis, the most short stature found in normal variants was 93.6% which is constitutional delay of growth (83.9%), familial (9.7%) and pathological (stunting) 6.4%, respectively.
Conclusion: The most influential sociodemographic factor is low education of mother, while EED does not significant to occurrence of short stature. The proportion of short stature preschool children were 44.3% and most in the normal variant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania
"Latar belakang. Perawakan pendek dapat memengaruhi kehidupan anak seperti berkaitan dengan kejadian perundungan, isolasi sosial, dan dampak lainnya terkait perawakan pendek. Selain itu, berbagai penelitian menunjukkan tinggi badan berhubungan positif dengan kualitas hidup dan status sosial yaitu dominasi sosial, pencapaian professional, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang memengaruhi perawakan pendek adalah multifaktorial. Oleh karena itu Penelitian mengenai faktor yang memengaruhi perawakan pendek faktor yang memengaruhi perawakan pendek perlu dievaluasi.
Tujuan. Mengatahui prevalens perawakan pendek dan mengetahui faktor yang memengaruhi pertubuhan anak prepubertas
Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan di taman kanak-kanak dan sederajat atau sederajat. Faktor risiko yang dinilai yaitu data dasar karakteristik, faktor biogenetik (berat badan dan penjang badan lahir, jenis kelamin, tinggi ayah, tinggi ibu, dan tinggi potensi genetik), psikologis (pola asuh, jarak dekat saudara kandung, multiparitas), dan sosioekonomi (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan keluarga). Hasil. Terdapat 175 subjek yang ikut serta dalam penelitian ini, dengan prevalens perawakan pendek sebesar 14,2%. Analisis bivariat menunjukkan nilai p<0,05 terhadap perawakan pendek adalah jumlah anak lebih dari 2 orang, jarak saudara kandung kurang dari 2 tahun, dan pola asuh permisif. Serta beberapa faktor lain yang turut dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu cara kelahiran bedah kaisar. Analisis multivariat menunjukkan faktor yang memengaruhi perawakan pendek berupa perawakan pendek ibu, jarak usia antar < 2 tahun, jumlah anak > 2, dan pola asuh permisif.
Kesimpulan. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap perawakan pendek adalah perawakan pendek ibu, jarak usia antar saudara kandung kurang dari dua tahun dan pola asuh permisif.
......Latar belakang. Perawakan pendek dapat memengaruhi kehidupan anak seperti berkaitan dengan kejadian perundungan, isolasi sosial, dan dampak lainnya terkait perawakan pendek. Selain itu, berbagai penelitian menunjukkan tinggi badan berhubungan positif dengan kualitas hidup dan status sosial yaitu dominasi sosial, pencapaian professional, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang memengaruhi perawakan pendek adalah multifaktorial. Oleh karena itu Penelitian mengenai faktor yang memengaruhi perawakan pendek faktor yang memengaruhi perawakan pendek perlu dievaluasi.
Tujuan. Mengatahui prevalens perawakan pendek dan mengetahui faktor yang memengaruhi pertubuhan anak prepubertas
Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan di taman kanak-kanak dan sederajat atau sederajat. Faktor risiko yang dinilai yaitu data dasar karakteristik, faktor biogenetik (berat badan dan penjang badan lahir, jenis kelamin, tinggi ayah, tinggi ibu, dan tinggi potensi genetik), psikologis (pola asuh, jarak dekat saudara kandung, multiparitas), dan sosioekonomi (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan keluarga). Hasil. Terdapat 175 subjek yang ikut serta dalam penelitian ini, dengan prevalens perawakan pendek sebesar 14,2%. Analisis bivariat menunjukkan nilai p<0,05 terhadap perawakan pendek adalah jumlah anak lebih dari 2 orang, jarak saudara kandung kurang dari 2 tahun, dan pola asuh permisif. Serta beberapa faktor lain yang turut dimasukkan dalam analisis multivariat yaitu cara kelahiran bedah kaisar. Analisis multivariat menunjukkan faktor yang memengaruhi perawakan pendek berupa perawakan pendek ibu, jarak usia antar < 2 tahun, jumlah anak > 2, dan pola asuh permisif.
Kesimpulan. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap perawakan pendek adalah perawakan pendek ibu, jarak usia antar saudara kandung kurang dari dua tahun dan pola asuh permisif."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library