Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Herbal medicine in general are safer than modern drug
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvika Widyaningrum
Abstrak :
Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIVDR ditengah masyarakat. Efek samping obat antiretroviral umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah inisiasi yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien di tahun pertama pengobatan antiretroviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek samping obat antiretroviral lini pertama terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso tahun 2010-2015. Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis rumah sakit dimana sebanyak 376 naïve-patient HIV/AIDS dipilih sebagai sampel dan diamati selama 12 bulan setelah inisiasi ART. Kepatuhan pengobatan diukur dengan dua metode yaitu berdasarkan self report dan ketepatan waktu ambil obat. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat ARV lini pertama berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (RR12=1,45, 95% CI 1,009?2,021 dan RR34=0,85, 95% CI 0,564-1,273) namun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan ambil obat (RR12=1,23, 95% CI 0,851-1,839 dan RR34=0,70, 95% CI 0,437-1,108). ......Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, preventing morbidity and mortality. Adherence to antiretroviral therapy is needed to achieve successful treatment, prevent resistance to antiretroviral drugs and the risk of transmission of HIVDR in the community. The side effects of antiretroviral drugs generally occur in the first 3 months after initiation that could affect adherence in the first year of antiretroviral treatment. The aim of this study analyzed the effect of first-line antiretroviral side effect and adherence of HIV/AIDS patients in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso period 2010 until 2015. This study is hospital based retrospective cohort. A total of 376 HIV/AIDS naïve-patient had been selected as samples. Adherence was measured by two methods, based on self report and drug pick-up. Data was analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. Based on self report, HIV/AIDS patients who experience first-line ARV drugs side effect significantly associated with non-adherent (RR12=1.45, 95% CI 1.009 to 2.021 and RR34=0.85, 95% CI 0.564 to 1.273). Based on drug pick up, patients who experience first-line ARV drugs side effect not significantly associated with non-adherent (RR12=1.25, 95% CI 0.851 to 1.839 and RR34=0.70, 95% CI 0.437 to 1.108).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Andrian Nova Fitri
Abstrak :
Mucous membrane pemphigoid (MMP) also known as cicatricial pemphigoid is a chronic autoimmune subepithelial blistering disease primarily affecting people over 50 years old. MMP may affect any mucosal surface which is particularly oral mucosal, conjungtiva, esophagus, or larinx is involved. MMP rarely occurs in children and adolescents, but several cases of MMP affecting 2 to 18 years old patients have been reported in previous studies. In this paper we reported a case of MMP in an eighteen year old male patient who had been diagnosed with oral mucous membrane pemphigoid by anamnesis, clinical feature, histopathology. The patient was treated with systemic corticosteroid, topical corticosteroid, oral rinse and multivitamins. Until recently corticosteroid remains as the most effective and the drug of choice to treat pemphigoid lesions. Clinicians need to pay attention in using this drug because of its potential side effect.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Syarah Sartika
Abstrak :
Monitoring efek samping obat perlu dilakukan terutama untuk antibiotik golongan aminoglikosida dengan indeks terapi sempit sehingga dapat meminimalisir masalah terkait obat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring efek samping obat pada pasien yang mendapatkan antibiotik aminoglikosida di Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati periode Maret-Mei 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara prospektif menggunakan data primer dari wawancara pasien serta data sekunder dari resep pasien dan rekam medis. Data dikumpulkan secara total sampling. Analisis kasualitas efek samping dilakukan dengan menggunakan algoritma Naranjo. Total pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian adalah 33 pasien. Sebanyak 14 pasien 42,4 mengalami efek samping nefrotoksik dan 5 pasien 15,2 mengalami ototoksik. Berdasarkan analisis algoritma Naranjo, 5 kejadian 15,15 dikategorikan mungkin probable . Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara usia P = 0,726 dan jenis kelamin P = 0,620 dengan efek samping obat. ...... Monitoring of drug side effects needs to be done especially for aminoglycoside antibiotic with narrow therapeutic index to minimize drug related problems. The purpose of this research was to monitor the side effects of patients who received aminoglycoside antibiotics at the Inpatient Installation of Fatmawati Hospital from March to May 2017. The method of this research was analytical descriptive with prospective data were collected from primary data through patient interview and secondary data through patient prescription and medical record. Data were collected by total sampling. Causality analysis of side effects was done by using Naranjo Algorithm. Total patients who participated for the study were 33 patients. Fourteen patients 42.4 experienced nephrotoxicity and 5 patients 15,2 experienced ototoxicity. Based on Naranjo algorithm analysis, five 15,15 were catagorized as probable. The result of chi square test showed there was no correlation between age P 0.726 and sex P 0.620 with drug side effects.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalid Mohammad Shidiq
Abstrak :
Latar belakang HIV / AIDS adalah penyakit kronis dengan spektrum klinis luas yang membutuhkan perawatan seumur hidup, dan dapat menurunkan kualitas hidup. Belum ada alat sederhana untuk mengevaluasi gejala infeksi HIV dan efek samping pengobatan yang dapat digunakan dalam pengaturan rawat jalan. Pengukuran gejala objektif penting karena berkorelasi dengan kepatuhan pengobatan dan progresifitas penyakit. Objektif. Untuk menilai keandalan Indeks Gejala HIV versi Indonesia untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS, dan mengetahui profil gejala / pola pasien HIV / AIDS di Indonesia menggunakan Indeks Gejala HIV. Metode. Ini adalah studi cross sectional pada subyek HIV / AIDS rawat jalan. Subjek direkrut secara acak di klinik HIV Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari September hingga November 2018. Penilaian reliabilitas onaire Questi dilakukan pada 20 subjek, dan evaluasi gejala dilakukan pada 87 subjek. Adaptasi bahasa dari versi bahasa Inggris asli ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode Beaton dan Guillemin. Realibility dari versi Indonesia Indeks Gejala HIV diuji dengan alpha cronbach adalah analisis koefisien, dan validitas internal itu diuji dengan multitrait analisis skala. Indeks Gejala HIV versi Indonesia yang valid dan andal kemudian digunakan untuk membuat profil pola gejala pasien HIV / AIDS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo . Hasil. Indeks Gejala HIV versi Indonesia dapat diandalkan ( cronbach alpha 0,76) dan valid ( korelasi multitrait > 0,4) untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS. Gejala yang paling umum adalah kelelahan (55,7%), diikuti oleh insomnia (43,3%), pusing dan pusing (42,3%), masalah kulit (42,3%), dan nyeri, mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki (39,2%). Keluhan paling jarang adalah demam (15,5%), batuk (20,6%), mual atau muntah (20,6%), diare (21,6%), dan kehilangan nafsu makan (23,7%). Kesimpulan. Indeks gejala HIV versi Indonesia dapat diandalkan dan valid untuk mengukur gejala pasien HIV / AIDS secara objektif. Gejala yang paling sering adalah kelelahan atau kelemahan, pusing atau sakit kepala ringan, susah tidur, masalah kulit, dan nyeri, mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki. ......Backgrounds. HIV/AIDS is a chronic disease with a wide clinical spectrum which needs a long life treatment, and could decrease quality of life. There is yet a simple tool to evaluate symptoms of HIV infection and treatment s side effect that can be used in outpatient setting. Objective symptoms measurement is important because it is correlated to treatment adherence and progressivity of the disease. Objective. To assess reliability of Indonesian version of HIV Symptom Index for measuring symptoms of HIV/AIDS patients, and knowing the symptom profile/pattern of HIV/AIDS patients in Indonesia using HIV Symptom Index. Method. It is a cross sectional study in outpatient HIV/AIDS subjects. Subjects are recruited randomly in Cipto Mangunkusumo Hospital s HIV clinic from September until November 2018. Questionaire reliability assessment was done on 20 subjects, and symptom evaluation is done on 87 subjects. Language adaptation from the original english version into Indonesian was done with Beaton and Guillemin method. Realibility of Indonesian version of HIV Symptom Index was tested by alpha cronbach s a coefficient analysis, and the internal validity was tested with multitrait scaling analysis. The Valid and reliable Indonesian version of HIV Symptom Index is then used to profile the symptom pattern of HIV/AIDS patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. Result. Indonesian version of HIV Symptom Index is reliable (cronbach alpha 0,76) and valid (multitrait correlation >0,4) to measure symptoms of HIV/AIDS patients. The most common symptom is fatigue (55,7%), followed by insomnia (43,3%), dizziness and lightheaded (42.3%), skin problems (42,3%), and pain, numbness, or tingling in the hands or feet (39,2%). The rarest symptoms are fever (15,5%), cough (20,6%), nausea or vomiting (20,6%), diarrhea (21,6%), and lost of appetite (23,7%). Conclusion. Indonesian version of HIV symptom Index is reliable and valid to measure symptoms of HIV/AIDS patiens objectively. Most frequent symotoms are fatigue or weakness, dizzines or lightheaded, insomnia, skin problems, and pain, numbness, or tingling in the hands or feet.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekti Prameswari Susilo
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian memiliki tujuan yaitu mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Masalah terkait Efek Samping Obat (ESO) tidak dapat diremehkan karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomi, psikologi dan keberhasilan terapi. Monitoring ESO merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut memerlukan suatu informasi atau data terkait efek samping obat yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya reaksi yang tidak diinginkan. Data efek samping obat dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam mengidentifikasi efek samping obat. Obat-obat yang diresepkan oleh dokter di Puskesmas Kebon Jeruk merupakan obat yang tercantum dalam Formularium Puskesmas Kebon Jeruk dan sebagian besar merupakan jenis sediaan obat oral. Oleh karena itu, tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui efek samping obat oral yang terdapat dalam Formularium Puskesmas Kebon Jeruk. Kegiatan ini dilakukan dengan menyiapkan daftar obat oral yang terdapat pada Formularium Puskesmas Kebon Jeruk. Kemudian memasukkan setiap nama generik obat oral pada software Micromedex untuk mengetahui efek samping dari obat tersebut dan dilakukan analisis terhadap efek samping obat-obat dalam Formularium Puskesmas tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 88 nama generik obat oral yang terdapat di Formularium Puskesmas Kebon Jeruk memiliki efek samping masing-masing yang dibedakan antara efek samping yang umum terjadi dan efek samping yang serius. ......Pharmaceutical services have the goal of identifying, preventing, and solving drug problems and health-related problems. Problems related to drug side effects (ESO) cannot be underestimated because they can have various impacts on the use of drugs both from an economic, psychological, and therapeutic perspective. ESO monitoring is one of the clinical pharmacy services. This activity requires information or data related to the side effects of drugs that are suspected of causing unwanted reactions. Drug side effect data can be used as a reference in identifying drug side effects. Medicines prescribed by doctors at the Kebon Jeruk Health Center are drugs listed in the Kebon Jeruk Health Center Formulary and most of them are oral drug preparations. Therefore, the purpose of this activity is to find out the side effects of oral drugs contained in the Kebon Jeruk Health Center Formulary. This activity is carried out by preparing a list of oral drugs contained in the Kebon Jeruk Health Center Formulary. Then enter each generic name of the oral drug in the Micromedex software to find out the side effects of the drug and do an analysis of the side effects of the drugs in the Puskesmas Formulary. Based on the results of the research that has been done, it can be concluded that as many as 88 generic names of oral drugs contained in the Kebon Jeruk Health Center Formulary have their own side effects which are distinguished between common side effects and serious side effects.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah Supari
Abstrak :
Latar Belakang : Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko mayor penyakit jantung koroner. Modifikasi diet saat ini telah terbukti bermanfaat sebagai terapi inisial dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia. Penelitian double blind contolled studi ini bertujuan untuk menilai efektifitas "soluble fiber" (serat larut) sebagai terapi tambahan diet rendah kalori pada populasi Indonesia dengan hiperkolesterolemia. Pasien pria/wanita dengan kadar kolesterol 200-300mg% dilibatkan dalam penelitian ini. Setelah 1 minggu periode adaptasi, pasien dirandomisasi untuk dimasukkan ke dalam kelompok terapi (soluble fiber 8.4 g/hari) atau kelompok kontrol. Penelitian dilakukan selama 8 minggu dengan tetap melanjutkan terapi diet. Hasil : Kadar kolesterol total turun 5.59% pada kelompok terapi sedangkan penurunan pada kelompok kontrol hanya 0.6% (p < 0.05). Kolesterol LDL pada kelompok terapi turun sebesar 4.22% pada kelompok terapi. Sementara pada kelompok kontrol justru meningkat sebesar 2.58% (p< 0.05). Terdapat pula penurunan kadar kolesterol HDL dalam 8 minggu (16% vs 8%) (p = 0.005). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada indikator-indikator lain di antara kedua kelompok. Kesimpulan : Pemberian soluble fiber 8.4 g/hari dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan kolesterol HDL pada pria dan wanita dengan hiperkolesterolemia primer. Tidak terdapat perubahan kadar glukosa maupun elektrolit akibat konsumsi soluble fiber.
Background: Hypercholesterolemia is a major risk factor for coronary heart disease. It has been proven that nutrition management is the initial therapeutic approach in hypercholesterolemic cases. This double blind controlled study evaluated the effectiveness of "soluble fiber" as an adjunct to low energy Indonesian diet in the treatment of persons with hypercholesterolemia. Male and female with hypercholesterolemia were recruited. After run in period for one week (dietary adaptation phase), eligible subjects with serum cholesterol concentrations between 200 mg% and 300 mg% were randomly assigned to receive either 8.4 g/day ?soluble fiber? or a cellulose placebo for 8 wk while continuing diet therapy. Results: Serum total and LDL-cholesterol concentrations were decreased 5.59 % and 4.22 %. Serum total in the placebo group were decreased 0.60 %, and LDL-cholesterol were increased 2.58 % after eight wk (P < 0.05). Other outcome measures did not differ significantly between groups. Conclusions: Treatment with 8.4 g "soluble fiber" per day produces significant net reductions in serum total (5,59%) and LDL-cholesterol concentrations (4,22%), but also reduced HDL Cholesterol level significantly in male and female with primary hypercholesterolemia.
Medical Journal of Indonesia, 2002
MJIN-11-4-OctDec2002-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gayatri Indah Pramesti
Abstrak :
HIV/AIDS adalah masalah kesehatan global yang serius, dan pengelolaan efek samping obat antiretroviral (ARV) adalah bagian penting dari terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguraikan berbagai efek samping dari obat antiretroviral dan cara penanggulangannya pada Puskesmas Kecamatan Makasar. Penelitian dilakukan melalui pendekatan deskriptif dengan metode observasional dan tinjauan literatur. Data dikumpulkan dari catatan medis pasien HIV/AIDS yang mendapatkan terapi ARV di Puskesmas Kecamatan Makasar selama periode April 2023. Temuan menunjukkan bahwa efek samping yang umum dialami oleh pasien meliputi mual, muntah, diare, dan ruam kulit. Efek samping ini bervariasi tergantung pada jenis ARV yang digunakan. Untuk mengatasi efek samping, langkah-langkah yang diambil termasuk pemberian obat antiemetik, edukasi pasien mengenai pola makan yang tepat, dan penyesuaian dosis obat. Manajemen efek samping ARV di Puskesmas Kecamatan Makasar cukup efektif, namun perlu adanya peningkatan dalam hal edukasi pasien dan pemantauan rutin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap terapi dan kualitas hidup pasien. Disarankan untuk mengembangkan program edukasi yang lebih komprehensif untuk pasien dan pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai manajemen efek samping ARV. Evaluasi rutin terhadap penanganan efek samping juga diperlukan untuk memastikan keberlanjutan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas. ...... HIV/AIDS is a serious global health issue and managing the side effects of antiretroviral (ARV) drugs is a crucial part of therapy. This study aims to identify and describe the various side effects of antiretroviral drugs used at the Makasar District Health Center and the methods to mitigate them. The research was conducted using a descriptive approach with observational methods and literature review. Data were collected from the medical records of HIV/AIDS patients receiving ARV therapy at the Puskesmas Kecamatan Makasar during the period of April 2023. The findings indicate that common side effects experienced by patients include nausea, vomiting, diarrhea, and skin rashes. These side effects vary depending on the type of ARV used. To address the side effects, measures taken include the administration of antiemetic drugs, patient education on proper dietary habits, and adjustment of drug dosages. The management of ARV side effects at the Puskesmas Kecamatan Makasar is quite effective, but there is a need for improvement in patient education and routine monitoring to enhance therapy adherence and patient quality of life. It is recommended to develop more comprehensive educational programs for patients and training for healthcare providers on ARV side effect management. Routine evaluation of the effectiveness of side effect management is also necessary to ensure the sustainability of the quality of healthcare services at the Health Center.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>