Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marshall, C. Edmund
New York : Academic Press, 1964
541.345 MAR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
TELAAH 30:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Atmowisastro
"Pertumbuhan industri polimer polipropilena di Indonesia demikian pesat, di proyeksikan pada tahun 1997 kapasitas produksinya akan melampaui kebutuhan untuk domestik, sehingga Indonesia akan menjadi salah satu negara pengekspor polipropilena. Produk polipropilena yang banyak digunakan di dalam negeri adalah jenis film mencapai 40 % dari total konsumsi. Salah satu kegunaannya adalah untuk pengemasan, karena hal tersebut, maka sifat kemudahan untuk dibuka (operability) dari pengemas tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat diperhatikan oleh konsumen, disamping sifat yang lainnya seperti sifat optik. Untuk memperbaiki sifat openability, maka dilaksanakan penelitian mengenai pengaruh penambahan tiga tipe asam silikat (tipe A, B & C) pada polipropilena dengan konsentrasi yang bervariasi : 0, 0.15, 0.25, 0.40, 0.55 % berat SiO2.
Dan dalam penelitian ini diamati juga perubahan-perubahan sifat optik, sifat mekanik, sifat listrik dan strukturnya, sehingga akan diketahui tipe dan kualitas asam silikat yang lebih sesuai untuk produk tadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asam silikat dapat memperbaiki sifat openability dari kantong plastik, sehingga menjadi lebih mudah dibuka. Sifat optik, sifat mekanik, sifat listrik sedikit mengalami perubahan, sedangkan strukturnya tetap. Asam silikat tipe B dengan ukuran partikel 4.54 gm memberikan hasil relatip lebih baik dibandingkan tipe lainnya. Konsentrasi asam silikat 0.25 % berat masih memberikan hasil yang diharapkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Padi gogo banyak ditanam pada lahan masam yang umumnya miskin hara, terutama fosfor (P) (De data 1980) dalam Nasution 1989 untuk perluasan areal pertanian di Indonesia sebagian besar adalah Podsolik Merah Kuning. Arealnya mencakup sekitar 51 juta ha dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian (Mulyadi 1977 dalam Nasution 1989)"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Partuti
"Ekstraksi nikel limonit untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi dan pemanggangan residu hasil ekstraksi dengan variasi temperatur telah dilakukan. Bijih nikel limonit Buli merupakan deposit jenis oksida. Unsur nikel ditemukan bergabung dengan magnesium silikat. Pengujian dengan XRD dan GSAS menunjukkan bahwa bijih nikel limonit Buli mengandung 92,33 wt % fasa goethite [FeO(OH)] dan 7,67 wt % fasa liebenbergite [Ni1,16Mg0,84SiO4]. Ekstraksi dengan asam sulfat dilakukan pada temperatur 60°C selama 4 jam. Ukuran partikel -100 mesh merupakan ukuran terbaik untuk mengekstraksi nikel sebesar 0,030 % (data AAS). Dengan konsentrasi asam sulfat 30 vol % berhasil mengekstraksi nikel hingga 0,063 % (data AAS). Penggunaan asam sulfat sebanyak 200 mL berhasil mengekstraksi nikel hingga 18,64 % (data XRF). Konsentrasi nikel terbaik (0,042 %) diperoleh pada pH filtrat 2 (data AAS).
Hasil pengujian XRD dan GSAS menunjukkan bahwa residu hasil ekstraksi mengandung 59,84 wt % fasa goethite [FeO(OH)], 22,99 wt % fasa melanterite [FeSO4(H2O)7] dan 17,17 wt % fasa kuarsa [SiO2]. Pemanggangan residu hasil ekstraksi dengan penambahan batubara sebanyak 20 % dari berat residu selama 1 jam pada temperatur 600 - 800°C menghasilkan fasa besi oksida. Pada temperatur 600 oC dihasilkan 84,60 wt % fasa hematite [Fe2O3] dan 15,40 wt % fasa magnetite [Fe3O4]. Pemanggangan pada temperatur 700°C menghasilkan 87,06 wt % fasa hematite dan 12,94 wt % fasa magnetite. Pemanggangan pada temperatur 800 oC menghasilkan 94,96 wt % fasa hematite dan 5,04 wt % fasa magnetite.

Extracting nickel limonite ore to achieve an optimum extraction condition and roasting the residue resulted from extraction at varying temperatures were conducted. Nickel limonite ore originated from Buli was an oxide type deposit. Nickel was found fractionate into magnesium silicate. Observations using XRD and GSAS showed that nickel limonite ore originated from Buli containing 92,33 wt % goethite [FeO(OH)] phase and 7,67 wt % liebenbergite [Ni1,16Mg0,84SiO4] phase. Extraction process was conducted using sulfuric acid at temperature 60 oC for 4 hours. Particle size of -100 mesh is the most suitable size for extracting nickel as high as 0,030 % (AAS data). Using sulfuric acid with concentration of 30 vol % can achieve nickel extraction as high as 0,063 % (AAS data). Using sulfuric acid in the amount of 200 mL successfully extracts nickel as high as 18,64 % (XRF data). The best nickel concentration (0,042 %) is obtained when the pH value of the solution is 2 (AAS data).
XRD and GSAS results showed that the residue of extraction process consisted of 59,84 wt % goethite [FeO(OH)] phase, 22,99 wt % melanterite [FeSO4(H2O)7] phase, and 17,17 wt % quartz [SiO2] phase. Roasting the residue of extraction process by adding coal in the amount of 20 % of the residue weight at 600 - 800°C resulted with iron oxide phase. At temperature 600°C resulted with 84,60 wt % hematite [Fe2O3] phase and 15,40 wt % magnetite [Fe3O4] phase. Roasting at temperature 700 oC resulted with 87,06 wt % hematite phase and 12,94 wt % magnetite phase. Roasting at temperature 800 oC resulted with 94,96 % wt hematite phase and 5,04 wt % magnetite phase.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romilda Rosseti
"lingkungan kondusif untuk proses penyembuhan. Biological sealing dapat diperoleh melalui sifat bioaktivitas suatu material, salah satunya kemampuan biomineralisasi material, yaitu kemampuan material dalam membentuk apatite like layer pada permukaan ketika berkontak dengan cairan fisiologis. Karakteristik tersebut dapat diperoleh dari material bioaktif, seperti kalsium silikat. Siler berbasis kalsium silikat pre- mixed saat ini telah banyak berkembang, di antaranya adalah Ceraseal® (Metabiomed, Korea) dan AH Plus® Bioceramic (Dentsply, USA). Komposisi masing-masing siler yang bervariasi menghasilkan perbedaan karakteristik, salah satunya kemampuan biomineralisasi. Tujuan: Menganalisis potensi biomineralisasi antara siler berbasis kalsium silikat pada dentin saluran akar dengan perendaman phosphate buffered saline (PBS). Metode: Siler berbasis kalsium silikat Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic diaplikasikan ke dalam dentin saluran akar gigi premolar yang telah dilakukan prosedur preparasi saluran akar, dan dilanjutkan dengan perendaman dalam PBS selama 14 hari. Analisis biomineralisasi dilakukan dengan menganalisis pembentukan lapisan apatit setelah 14 hari perendaman melalui penghitungan ketebalan deposit lapisan apatit menggunaan Scanning Electron Microscope (SEM), serta peningkatan pH larutan yang dihitung pada waktu observasi hari-ke 0, 7 dan 14 menggunakan pH-meter. Hasil: Terdapat perbedaan deposisi apatit pada interfacial layer antara Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic dalam waktu observasi 14 hari. Terdapat perbedaan bermakna antara nilai pH Ceraseal® dan AH Plus® Bioceramic pada waktu observasi 7 dan 14 hari.

Background: Endodontic treatment currently refers to the concept of biological sealing to form an environment conducive to the healing process. Biological sealing can be obtained through the bioactivity properties of a material, one of which is its biomineralization ability to form an apatite-like layer on the surface when in contact with physiological fluids. This characteristic is present in bioactive materials like calcium silicate. There are currently many developed pre-mixed calcium silicate based sealers, including Ceraseal® (Metabiomed, Korea) and AH Plus® Bioceramic (Dentsply, USA). The variation in their composition results in different characteristics, including biomineralization ability. Objective: To analyze the biomineralization potential of calcium silicate-based sealers on root canal dentine by phosphate-buffered saline (PBS) immersion. Methods Calcium silicate based sealer Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic were applied to the root canal dentin of premolar teeth that had undergone root canal preparation procedures. The samples were then immersed in PBS for 14 days. Biomineralization analysis was performed by measuring the apatite layer thickness formed after 14 days of immersion using a Scanning Electron Microscope (SEM). Additionally, the pH of the solution was measured at observation times of 0,7 and 14 days using a digital pH-meter. Results: There was a significant differences in in apatite deposition at the interfacial layer between Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic during 14 days of observation. Furthermore, there was a significant difference in pH values between Ceraseal® and AH Plus® Bioceramic at 7 and 14 days of observation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Putrianti
"ABSTRAK
Latar Belakang: Semen saluran akar Bioroot merupakan semen kalsium silikat terbaru
yang memiliki kandungan kalsium silikat murni. Tujuan: Menganalisis perbandingan
kekuatan ikat semen Bioroot pada teknik pengisian cold dan warm compaction.
Metode: Evaluasi kekuatan ikat menggunakan uji push-out bond strength. Hasil:
Terdapat perbedaan bermakna nilai push-out bond strength antara kelompok cold dan
warm compaction. Kesimpulan: Teknik pengisian cold compaction memiliki kekuatan
ikat lebih baik dibandingkan warm compaction.

ABSTRACT
Background: Bioroot root canal sealer is the latest calcium silicate-based sealer that
contain pure calcium silicate material. Purpose: To analyze adhesion capability of
Bioroot in cold and warm compaction obturation technique. Methods: Evaluation of
adhesion capability using push-out bond strength test. Result: There was a significant
difference of push-out bond strength value between cold and warm compaction.
Conclusion: Cold compaction technique has a better adhesion capability than warm
compaction technique."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Juhri
"ABSTRAK
Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat dengan beberapa logam alkali dan alkali tanah yang terikat di dalamnya. Zeolit mempunyai sifat antara lain sangat berpori (pori-pori berukuran molekul) dan dapat mempertukarkan kation. Selain itu zeolit juga mudah dimodifikasi, salah
satunya yaitu dengan impregnasi menggunakan oksida logam.
Mn02 merupakan salah satu oksida logam yang dapat digunakan
untuk melapisi zeolit. MnOa terbentuk melalui reaksi oksidasi Mn(ll) yang
sebelumnya telah diadsorpsi teriebih dahulu ke dalam permukaan zeolit
dengan oksidator Kmn04.
Zeolit-Wln02 terbukti efektif dalam menurunkan konsetrasl dan Fe2+ dalam air tanah (Rodica, Pode/Rumania). Pene|itian ini mencoba memanfaatkan Zeolit-MnOz untuk menurunkan konsentrasi ion logam lam
misalnya dan Cd'" dalam air.
Zeolit-MnOz dibandingkan dengan Mn-Zeolit yang dikalsinasi pada
suhu 300 *'C selama 3 jam. Masing-masing zeolit dimasukkan ke dalam
kolom. lalu dialiri larutan Pb'" dan Cd2+ Efluen dianalisa dengan
menggunakan alat Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Untuk mengetahui
terjadinya pelapisan pada permukaan zeolit dilakukan analisa dengan
menggunakan Difraksi Sinar-X (XRD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi
Pb2+ dan Cd2+ setelati dialiri melalui Mn-Zeolit (kalsinasi 300 °C) dan ZeoUt-
WlnOz (zeolit Tasikmalaya dan Bayah) dalam kolom. Ketika Cd 10 ppm
dialiri melalui Mn-Zeolit Bayah (kalsinasi 300 °C). Cd2+ yang tidaR teradsorp
mencapai 0,014 mg/g (Mn^^ terdesQrpsi=3.011 mg/g). Untuk Mn-Zeolit
Tasikmalaya Cd^^ yang tidak teradsorp 0,104 mg/g (Mn2+ terdesorpsi=7,198
mg/g). Sementara ketika dialiri Pb2+ 10 ppm. Pb2+ yang tidak teradsorpsi
mencapai 0 mg/g (Mn2+ terdesorpsi=1.878 mg/g) untuk Mn-Zeolit Bayah dan
0,031 mg/g (Mn2+ terdesorpsi=3,028 mg/g) untuk Mn-Zeolit Tasik.
Untuk MnOrZeolit Bayah dan Tasik pada efluen sudah tidak terdapat
*
lagi Pb2+ dan Cd2+. Ketika dialiri Cd2+ 10 ppm. konsentrasi Mn2+ yang
terdesorpsi adalah 0,695 mg/g MnOz-Zeotit Bayah dan 0,806 mg/g MnOz-
Zeolit Tasik. Ketika dialiri 10 ppm konsentrasi Mn2+ adalah 0.225 mg/g
MnOz-Zeolit Bayah dan 0,618 mg/g MnOz-Zeolit Tasik.
Dari hasil tersebut MnOa-Zeolit lebih baik dibandingkan Mn-Zeolit
(kalsinasi 300 °C), sedangkan MnO-Zeolit Bayah lebih baik dibandingkan
MnO-Zeolit Tasik. Hal ini terlihat dari konsentrasi Mn2+ yang masih terdapat dalam efluen.
Sementara dari hasil Difraksi Sinar-X terlihat adanya penurunan
intensitas relatif puncak-puncak utama kristal yang disebabkan oleh hadirnya
spesi mangan pada permukaan zeolit.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Fauzan Jannatunnaim Yasfi
"Penerapan Zirkonium Silikat (ZrSiO2) sebagai bahan utama refractory coating dapat meningkatkan kehalusan permukaan pengecoran dan mengatasi die soldering. Harganya yang mahal menyebabkan dibutuhkannya alternatif bahan untuk mengurangi biaya produksi. Alumina (Al2O3) dapat dianggap sebagai alternatif bahan karena temperatur leleh tinggi dan bebas kandungan besi. Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi konsentrasi, distribusi partikel alumina sebagai substitusi parsial filler utama pada lapisan pengecoran, dan perlakuan pengeringan sampel coating yang tepat. Variasi konsentrasi yang digunakan pada alumina adalah 16%, 18 %, dan 20%. Distribusi partikel yang digunakan adalah bahan filler yang tidak dilakuan milling dan yang telah dilakuan milling .Untuk optimalisasi sampel coating juga dikeringkan pada temperatur kamar dan 100oC.
Karakterisasi yang digunakan adalah Particle Size Analyzer (PSA), nilai viskositas, Differential Thermal Analysis (DTA) untuk menguji ketahan panas coating, dan pemindai permukaan dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Konsentrasi alumina 16% menghasilkan nilai viskositas yang lebih tinggi yang memudahkan pendepositan coating, distribusi partikel alumina yang lebih lebar menghasilkan keberagaman ukuran partikel yang menunjang kualitas pelapis pengecoran karena saling kuncian antar butir dan lewatnya gas keluar coran logam, dan pengeringan sampel coating pada temperatur 100oC menghasilkan kerapatan morfologi. Hasil penambahan alumina dinilai sebanding dengan pelapis cetakan pengecoran berbahan utama zirkon silikat.

The application of Zirconium Silicate (ZrSiO2) as refractory coating material can improve smoothness of casting surface and overcome die soldering. The cost is quite expensive causing the need for alternative materials to reduce production costs. Alumina (Al2O3) can be considered as an alternative material because of its high melting temperature and free of iron content. This study aims to determine proper concentration variation, distribution of alumina particles as a partial substitution of the main fillers in the casting layer, and drying treatment of coating samples. The variation in concentration used in alumina is 16%, 18%, and 20%. Particle distribution used is filler material that is not treated with milling and which has been treated with milling. To optimize this research, coating samples are also dried at room temperature and 100oC.
The characterization used was Particle Size Analyzer (PSA), viscosity value, and Differential Thermal Analysis (DTA) to test the heat resistance of the coating. The surface is scanned by Scanning Electron Microscope (SEM). The 16% alumina concentration results in a higher viscosity value which facilitates better coating depositition, a wider distribution of alumina particles resulting in a variety of particle sizes that support the quality of the casting coating due to grain interlocking and passing gases out of metal castings, and drying coating samples at temperatures 100oC produces morphological densities. The result of adding alumina is considered comparable to the refractory coating made from zircon silicate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Rizky Octavia
"Foundry atau refractory coating adalah campuran dari refractory mineral yang sangat halus dan tahan terhadap suhu tinggi dalam suspensi dengan pembawa cairan yang menunjukkan dapat meningkatkan stabilitas suhu dari bahan cetakan, dan mencegah reaksi cetakan logam. Pada umumnya, zirkon silikat banyak digunakan dalam industri pengecoran, dan refraktori dikarenakan memiliki konduktivitas termal rendah, resistensi tinggi terhadap thermal shock, dan ketahanan korosi yang baik. Namun, penggunaan zirkon silikat dalam jumlah besar memakan biaya yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini, kaolin digunakan sebagai substitusi parsial filler kaolin pada foundry coating berbahan dasar zirkon silikat. Hal tersebut, dikarenakan kaolin memiliki stabilitas dimensi, titik fusi tinggi, dan kandungan air rendah. Selanjutnya, dalam aspek biaya kaolin memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan zirkon silikat. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kaolin memiliki kualitas yang hampir sama dengan zirkon silikat sebagai filler pada foundry coating setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan PSA, EDS, XRF, SEM, STA, XRD, dan Viskositas.

Refractory foundries are mixtures of refractory minerals that are very fine and resistant to high suspension with liquid carriers that exhibit special characteristics, namely, increasing strip casting, increasing the temperature efficiency of molded materials, and repairing metal molds. In general, it is used for foundry and refractory industries related to low thermal conductivity, high resistance to thermal shock, and good corrosion resistance. However, the use of zircon in large quantities for a fairly high cost. In this study, kaolin was used as a kaolin substitution partial filler in zircon silicate-based casting layers. This is because kaolin has high dimensions, fusion points, and low water composition. Furthermore, in the contribution of the cost of kaolin it has a cheaper price compared to zircon silicate. In this study it can be concluded that kaolin has almost the same quality as zircon silicate as a filler in the foundry coating after testing by using PSA, EDS, XRF, SEM, STA, XRD, and Viscosity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>