Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bona Maruli Tua
"ABSTRACT
Dalam proses pembuatan pakan ternak dibutuhkan ikan kering dengan kadar air berkisar antara 6-10%. Proses penurunan kadar air ini Iebih dikenal dengan istilah pengeringan. Pengeringan yang dilakukan secara tradisonal yaitu dengan penjemuran bahan di bawah terik sinar matahari sangat bergantung kepada kondisi cuaca yang seiaiu berubah-ubah dan rentannya proses pengeringan tersebut terhadap gangguan-gangguan lain seperli burung, ayam atau hewan lain yang dapat mengurangi kuantitas bahan yang dikeringkan. Lagi pula, pengeringan secara tradisonal sangat dibatasi dengan areal yang tersedia.
Sehingga kapasitas pengeringannya pun tergantung kepada lahan yang tersedia.
Pembahasan yang dilakukan adalah merancang dan menghitung proses pengeringan ditinjau dari perpindahan panas energi dan perpindahan massa (uap air). Dengan mengambil asumsi perancangan terhadap beberapa kondisi yang periu untuk ditentukan. Dengan rincian di atas, hasil dari skripsi ini diperoleh spesifikasi alat pengering ikan hasil rancangan awal dengan kapasitas yang ditentukan dan data-data mengenai kebutuhan kalor, jenis dan besar kipas dan motor pada alat pengering tipe rak, untuk melakukan penelitian dan pengembangan selanjutnya.

"
1999
S37022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Roslina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Penyebab pterigium tidak diketahui dengan pasti, namun pajanan sinar matahari diduga merupakan penyebab utama terjadinya pterigium.
Tujuan: Mengetahui hubungan pajanan sinar matahari dengan kejadian pterigium pada pekerja.
Metode: Penelusuran melalui Pubmed dan Google scholar. Judul dan abstrak yang didapatkan kemudian disaring berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Telaah kritis dilakukan dengan menggunakan kriteria oleh Center for Evidence Based Medicine, University of Oxford yang mencakup validitas, pentingnya penelitian dan kemampu terapan hasil penelitian.
Hasil: Hasil penelusuran mendapatkan dua artikel yang cukup valid. Pada kedua penelitian tiap kelompok sudah disamakan menurut usia dan jenis kelamin. Semua subyek penelitian pada kelompok kasus dan kontrol diambil dari klinik yang sama dan mendapatkan cara pemeriksaan yang sama. Penilaian kepentingan studi digambarkan dengan nilai odds ratio (OR), pada penelitian Khoo dkk. OR = 4,2 (interval kepercayaan 95% 1,7-10,1). Penelitian Al-Bdour dan Al-latayfeh didapatkan nilai OR yaitu 5,47 (interval kepercayaan 95% 3,3-9,1), p < 0,005. Kedua penelitian mempunyai number needed to harm (NNH) yang hampir sama yaitu 3.
Kesimpulan: Berdasarkan bukti yang ada pajanan sinar matahari dapat meningkatkan terjadinya ptergium pada pekerja, tapi hanya mendapatkan dua penelitian yang cukup valid dan relevan, sehingga bukti yang ada masih belum cukup kuat.

ABSTRACT
Background: Pterygium is a degenerative and invasive fibrovascular conjunctival growth. The exact cause of pterygium is unknown. However, sun exposure is likely to be the major cause.
Aim: To determine the relationship between sun exposure and incidence of pterygium among workers.
Methods: Articles search was conducted using Pubmed and Google scholar. Titles and abstracts were obtained and then screened based on inclusion and exclusion criteria. Critical appraisal was conducted using criteria by Center for Evidence Based Medicine, University of Oxford which include validity, importance and applicability.
Results: Search result point to studies are quite valid. In both studies all subjects were group-matched for age and sex. Both subjects in the case group and the control group were taken from the same clinic and the examination were carried out in a similar manner in both groups. The odds ratio in the Khoo et al. study was 4.2 (95% confidence interval 1.7 to 10.1). While in the Al-Bdour dan Al-latayfeh study the odds ratio was 5.47 (95% confidence interval 3.3 to 9.1), p <0.005. Both studies showed that number needed to harm (NNH) were almost similar which were 3.
Conclusions: The evidence found that exposure to sunlight may increase the occurrence of pterygium among workers, but only found two studies are quite valid and relevant, so the evidence is still not strong enough. "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasmawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Rois
"Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya daya keluaran dari panel surya adalah besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Selain itu, daya keluaran yang dihasilkan oleh panel surya juga bergantung dari efek bayangan. Efek bayangan merupakan kemungkinan terhalangnya panel surya akibat dari bayangan suatu benda sehingga mengakibatkan berkurangnya radiasi sinar matahari yang dapat diterima oleh sel-sel pada panel surya. Dibanyak kasus panel surya akan tertutup oleh bayangan, baik sebagian atau seluruhnya. Bayangan yang terjadi sering disebabkan oleh awan yang lewat, bangunan tinggi, menara-menara tinggi, pohon, kotoran burung, debu, dan juga bayangan dari satu panel di sisi yang lain.
Skripsi ini akan membahas mengenai efek penurunan daya keluaran dari panel surya akibat dari adanya bayangan pekat. Pola bayangan yang berbeda-beda baik bayangan secara kolom maupun baris telah diteliti pada panel surya yang terhubung secara seri dan paralel. Pengukuran dampak bayangan terhadap penurunan kualitas daya keluaran dilakukan dengan menggunakan dua tipe panel surya monocrystalline. Pengaruh dari dioda bypass juga dibahas untuk menghindari adanya hot spot akibat dari kondisi dimana salah satu sel dalam satu panel surya ditutupi oleh bayangan dari benda sehingga tidak mendapatkan radiasi sinar matahari.
Dari hasil pengukuran, satu sel saja dari satu panel surya ditutup oleh bayangan akan berpengaruh terhadap penurunan daya keluaran sebesar 38,01 %. Ketika 12 sel dari satu panel surya ditutup oleh bayangan secara baris akan berpengaruh terhadap penurunan daya sebesar 37,6%.Sedangkan penutupan 6 sel secara kolom dari satu panel surya oleh bayangan akan mengurangi daya keluaran sebesar 99,6 %. Begitu juga dengan penutupan 36 sel secara kolom dari satu panel surya oleh bayangan juga akan mengurangi daya keluaran sebesar 99,89%.
......One of the factors that affect the magnitude output power of the solar panels is the amount of intensity of solar radiation. In addition, the output power generated by the solar panels depends on the shading effect. Shading effect is the possibility of solar panels as a result obstruction of the shadow objects that reduced solar radiation, received by the cells on solar panels. In many cases, solar panels will be covered by a shadow, either fully or partly. Frequently, shadows occur caused by passing clouds, tall buildings, tall towers, trees, bird droppings, dust, and also a shadow of a panel on the other side.
This thesis will discuss about the effect of decreasing power output of solar panels causeof the presence of dense shadow. Different shadow patterns in columns or rows, has been observed in the solar panels are connected in series and parallel. The impact of measurement shadow towards the reduction output qualityexamined by using two types of monocrystalline solar panels. The influence of bypass diodes are also discussed to avoid any hot spots from a condition in one or other cells in a solar panel is covered by the shadow objects, so it does not get solar radiation.
From the measurement results, a single cell of a solar panel covered by the shadow of a reduction in the output power 38.01 %. When the 12 cells of a solar panel are covered by a shadow, the line will decrease 37.6 %. Then, when the 6 cells in a column of the solar panels are closed by shadow, it will decrease the output power 99.6 %. So, when 36 cells in a column of the solar panels are closed by a shadow, it will decrease the output power 99.89 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah
"Daun Averrhoa carambola L. belimbing manis diketahui mengandung senyawa apigenin dan memiliki manfaat sebagai antiinflamasi pada kulit. Salah satu penyebab inflamasi adalah paparan sinar matahari. Soothing agent dapat menjadi solusi untuk meredakan kemerahan akibat inflamasi setelah terpapar sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan daun A. carambola sebagai antiinflamasi dalam sediaan gel yang aman dan bermanfaat untuk mengurangi kemerahan kulit setelah terpapar sinar matahari. Daun A. carambola varietas Dewi diekstraksi dengan etanol 70 dan difraksinasi dengan n-heksan, etil asetat, dan air untuk mendapatkan senyawa flavonoid yang berperan sebagai antiinflamasi. Uji antiinflamasi dilakukan secara in vitro untuk melihat kemampuan ekstrak dan fraksi daun A. carambola dalam penghambatan enzim lipoksigenase. Fraksi etil asetat daun A. carambola terbukti mengandung apigenin paling tinggi 6,37 dan memiliki aktivitas penghambatan enzim lipoksigenase terbaik dengan nilai IC50 7,84 0,03 . Sediaan gel yang mengandung 0,01 dan 1 fraksi etil asetat daun A.carambola dilakukan uji keamanan terhadap 22 orang sukarelawan dan uji manfaat terhadap 100 orang sukarelawan. Sediaan gel yang mengandung fraksi etil asetat daun A. carambola dinyatakan aman dan berpotensi dapat mengurangi gejala inflamasi pada kulit yaitu menurunkan nilai kemerahan pada kulit sukarelawan yang diberikan paparan sinar matahari.
......
The leaves of Averrhoa carambola L. sweet star fruit are known to have acompound, apigenin, and to have anti inflammatory activity for the skin. The skininflammation can be induced by sun exposure. The skin redness, as a sign of skininflammation, can be relieved by soothing agent. The aim of this study was to testthe anti inflammatory activity of A. carambola leaves extracts and fractions. Thegel formulation of the most potential fraction was prepared and ensured for itssafety and its efficacy for reducing skin redness. The Leaves of A. carambola var.Dewi was extracted using 70 ethanol and fractionated using n hexane, ethylacetate, and water in order to obtain flavonoids, which is known as antiinflammatoryagent. The anti inflammatory activity of the extracts and fractions ofA. carambola leaves was performed in vitro and measured as an inhibition oflipoxygenase. The ethyl acetate fraction of A. carambola leaves was reported tohave the highest amount of apigenin 6.37 and the highest inhibition tolipoxygenase with IC50 values 7.84 0.04 . The gel formulations which contained0.01 and 1 ethyl acetate fractions were assessed for their safety to 22 volunteersand their efficacy to 100 volunteers. The potency of the tested gel formulations wasmeasured as the reduction value of skin redness after sun exposure. Both of thetested gel formulations were reported to be safe and beneficial to reduce thesymptom of skin inflammation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaula Latifah Ramadhani Sahidah
"Dermatitis seboroik merupakan kondisi pengelupasan kulit yang disertai inflamasi dan pruritus di area-area seboroik tubuh dengan diiringi rasa gatal. Salah satu faktor yang diyakini dapat mempengaruhi keparahan dermatitis seboroik ialah paparan sinar matahari. Akan tetapi, peranan sinar matahari dalam patogenesis dermatitis seboroik sendiri masih kontroversial. Beberapa penelitian sinar matahari dikatakan dapat membantu perbaikan kondisi dermatitis seboroik, Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa sinar matahari justru menimbulkan eksaserbasi gejala.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara durasi paparan sinar matahari dengan skor keparahan dermatitis seboroik di kepala. Pada penelitian ini, didapatkan 87 pasien dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSCM. Skor keparahan dermatitis seboroik di kepala dinilai dengan menggunakan Seborrheic Dermatitis Area Severity Index SDASI, sedangkan data durasi paparan sinar matahari didapatkan melalui kuisioner. Rerata durasi paparan sinar matahari dalam medium ialah 120 0-660 menit, sedangkan rerata skor SDASI dalam medium ialah 2,25 0,25-21,00. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan hasil yang bermakna p=0,002 berupa korelasi negatif antara durasi paparan sinar matahari dan skor keparahan dermatitis seboroik di kepala dengan kekuatan korelasi yang lemah r=-0,322.
Dermatitis seboroik merupakan kondisi pengelupasan kulit yang disertai inflamasi dan pruritus di area-area seboroik tubuh dengan diiringi rasa gatal. Salah satu faktor yang diyakini dapat mempengaruhi keparahan dermatitis seboroik ialah paparan sinar matahari. Akan tetapi, peranan sinar matahari dalam patogenesis dermatitis seboroik sendiri masih kontroversial. Beberapa penelitian sinar matahari dikatakan dapat membantu perbaikan kondisi dermatitis seboroik, Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa sinar matahari justru menimbulkan eksaserbasi gejala. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara durasi paparan sinar matahari dengan skor keparahan dermatitis seboroik di kepala.
Pada penelitian ini, didapatkan 87 pasien dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSCM. Skor keparahan dermatitis seboroik di kepala dinilai dengan menggunakan Seborrheic Dermatitis Area Severity Index SDASI, sedangkan data durasi paparan sinar matahari didapatkan melalui kuisioner. Rerata durasi paparan sinar matahari dalam medium ialah 120 0-660 menit, sedangkan rerata skor SDASI dalam medium ialah 2,25 0,25-21,00 . Hasil uji korelasi Spearman menunjukan hasil yang bermakna p=0,002 berupa korelasi negatif antara durasi paparan sinar matahari dan skor keparahan dermatitis seboroik di kepala dengan kekuatan korelasi yang lemah r=-0,322."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Yosephin
"Sinar ultraviolet B adalah sumber utama vitamin D, tetapi wanita usia subur
yang bekerja di dalam ruangan mempunyai vitamin D yang rendah
meskipun Indonesia negara tropis. Tujuan penelitian ini untuk mengevalua-
si peranan paparan sinar matahari pada wanita usia subur terhadap status
vitamin D dan tekanan darah. Desain penelitian yang digunakan adalah
eksperimen tanpa kelompok kontrol pada 21 wanita sehat. Penelitian ini
membandingkan status vitamin D dan tekanan darah sebelum dan setelah
mendapat paparan sinar matahari pada wajah dan lengan tiga kali seming-
gu selama 12 minggu. Analisis data menggunakan uji t-berpasangan.
Paparan sinar matahari dapat meningkatkan vitamin D. Serum 25(OH)D
meningkat 15,9% dari 15.7 ng/dL menjadi 18,2 ng/dL. Paparan sinar mata-
hari menurunkan tekanan darah sistolik (nilai p = 0,004) dan diastolik (ni-
lai p = 0,011). Ultraviolet B dari sinar matahari 30 menit tiga kali seminggu
selama 12 minggu dapat memperbaiki status vitamin D dan tekanan darah.
Ultraviolet B sunlight exposure is a primary source of vitamin D, but women
of childbearing age who worked in room every day had low serum vitamin
D despite Indonesia is a tropical country. The objective of this study was to
evaluate the role of sun exposure in women of childbearing age on vitamin
D status, and blood pressure. An intervention before-after study without
group control was conducted on 21 healthy women. This study compared
vitamin D status, and blood pressure before and after receiving ultraviolet
B (UVB) from sun exposure on the face and both arms three times a week
for 12 weeks. Anthropometric parameter and blood pressure were mea-
sured, were determined at baseline and after 12 weeks of sun exposure.
The effect of sun exposure can improve vitamin D. Serum 25 (OH)D in-
crease 15.9% from 15.7 ng/dL to 18.2 ng/dL. Sun exposure significantly re-
duced systolic blood pressure (p value = 0.004), and diastolic blood pres-
Peranan Ultraviolet B Sinar Matahari terhadap Status
Vitamin D dan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur
The Role of Ultraviolet B from Sun Exposure on Vitamin D Status and
Blood Pressure in Women of Childbearing Age
Betty Yosephin* Ali Khomsan** Dodik Briawan** Rimbawa
sure (p value = 0.011). Ultraviolet B from sun exposure for 30 minutes, 3
times a week for 12 weeks improves the vitamin D status, and blood pres-
sure."
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library