Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desvira Salsabila Putri
"Penyandang disabilitas sering kali dianggap sebagai kaum yang tidak memiliki kemampuan untuk bisa hidup layaknya non-difabel, mereka juga kerap dianggap tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan luas karena kekurangan yang mereka miliki. Film La Famille Bélier menunjukkan bahwa penyandang tuna rungu dapat bersosialisasi dan menjalani aktivitas selayaknya kaum normal, namun adanya unsur ketergantungan kaum tuna rungu terhadap kaum normal dalam film ini membuat seolah-olah mereka tak berdaya terutama dalam hal komunikasi. Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana kaum disabilitas direpresentasikan dalam film, dengan metode penelitian kualitatif berdasarkan teori kajian film Boggs dan Petrie (2008), analisis semiotika Roland Barthes, dan teori representasi dari Stuart Hall (1997). Penelitian menemukan bahwa tokoh penyandang tuna rungu pada film ini tetap direpresentasikan sebagai kaum yang tidak berdaya dan bergantung kepada kaum normal. Dengan demikian mengukuhkan wacana ketidaksetaraan pada kaum disabilitas, serta ketidakmampuan dalam menjalani kehidupan dengan membandingkan antara kaum disable dengan kaum normal.
......People with disabilities are often considered as people who do not have the ability to live like non-disabled people, they are also often considered unable to socialize with the wider environment because of their shortcomings. The film La Famille Bélier shows that deaf people can socialize and carry out activities like normal people do, but the dependence of the deaf on normal people in this film makes it seem as if they are powerless, especially in terms of communication. This article aims to see how people with disabilities are represented in films, using qualitative research methods based on Boggs and Petrie's (2008) film study theory, Roland Barthes semiotic analysis, and Stuart Hall's (1997) representation theory. The study found that the deaf characters in this film are still represented as people who are powerless and dependent on normal people. Thus confirming the discourse of inequality in people with disabilities, as well as the inability to live life by comparing disabled people with normal people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bena Milada Susilo
"Gelombang imigran di Prancis yang terus meningkat pada abad ke-21 berdampak pada representasinya dalam industri perfilman Prancis. Kehidupan imigran sebagai kelompok minoritas mulai banyak diusung dalam film, salah satunya yaitu penggambaran permasalahan yang mereka hadapi pada dunia nyata. Film Il a déjà tes yeux merupakan salah satu film yang membahas kehidupan kelompok minoritas dan menunjukkan berbagai permasalahannya. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana stereotip yang ada di masyarakat dapat menghambat keinginan kelompok minoritas dan juga bagaimana kontradiksi dari stereotip tersebut dapat melawan permasalahan yang ada. Metode yang digunakan adalah kajian film oleh Boggs & Petrie (2011) dan skema aktan oleh Greimas (1966) dengan konsep stereotip oleh Stangor (2016) yang mencakup stereotip dan dampaknya dan juga wacana kontra oleh Terdiman (1985) untuk menganalisis kondisi sosial yang harus dihadapi oleh Paul dan Sali sebagai pelaku kontra stereotip di masyarakat. Hasil analisis menunjukkan keberhasilan penggunaan praktik kontra stereotip dalam perlawanan kelompok kulit hitam terhadap stereotip dan prasangka yang membatasi mereka dalam melakukan hal hal tertentu, dan dalam kasus ini yaitu adopsi antar ras.
......The wave of immigrants in France that continues to increase in the 21st century has an impact on its representation in the French film industry. The lives of immigrants as a minority group have begun to be widely carried in films, one of which is the depiction of the problems they face in the real world. Il a déjà tes yeux is one of the films that discusses the life of minority groups and shows their various problems. This article aims to reveal how the stereotypes that exist in society can inhibit the wishes of minority groups and also how the contradictions of these stereotypes can fight the existing problems. The method used is a film study by Boggs & Petrie (2011) and an actan scheme by Greimas (1966) with a stereotype concept by Stangor (2016) which includes stereotypes and their effects as well as a counter discourse by Terdiman (1985) to analyze the social conditions that must be faced. by Paul and Sali as counter-stereotypes in society. The results of the analysis show the success of using counter-stereotyped practices in the resistance of black groups to stereotypes and prejudices that limit them from doing certain things, and in this case, inter-racial adoption."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library