Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Panjaitan, Meilda Bernadetha
"
ABSTRAK
Tarian Naga dan Tarian Singa di Semarang. Tarian naga dan tarian singa merupakan bentuk kesenian tradisional Cina yang masih ada hingga saat ini di Semarang. Di kota ini setiap tahun digelar pertunjukan tarian naga dan singa untuk memeriahkan perayaan HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Sam Po yang oleh masyarakat Cina di Semarang dianggap sebagai dewa pelindung mereka begitu dihormati sehingga perayaan HUT kedatangannya ke Semarang dirayakan dengan sangat meriah.
Awal mula munculnya kedua tarian ini di Semarang tidak dapat diketahui secara pasti. Namun dengan munculnya perkumpulan Kong Gie Siang pada tahun 1900 yang merupakan perkumpulan pertama di Semarang yang mengembangkan kedua tarian ini menunjukkan bahwa usia kedua tarian ini hingga tahun 1996 telah tua.
Penelitian mengenai kedua tarian ini di Semarang dilakukan di dua buah perkumpulan yaitu Hoo Hap dan Dharma Asih, selain itu juga diadakan penelitian di kelenteng Sam Pao Kong Gedung Batu, Semarang yang merupakan tempat diadakannya perayaan memperingati HUT kedatangan Sam Po ke Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keadaan dan perkembangan kedua tarian itu di Semarang.
Dalam perkembangannya ternyata kedua tarian itu bukan hanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Indonesia tapi ternyata juga telah memberi pengaruh pada kebudayaan Indonesia.
"
1997
S12963
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.
One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.
One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rhenald Kasali
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018
658.406 RHE a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Rayi Medina Agustimas
"
ABSTRAKLambang Kerajaan Belanda terbentuk bersamaan dengan bersatunya Belanda Utara dan Selatan menjadi satu kesatuan yaitu Kerajaan Belanda dengan Raja Willem I sebagai raja pertamanya. Simbol Singa Nassau dipilih dan diadopsi dari lambang Keluarga Orange-Nassau. Lambang Agung Kerajaan Belanda pernah mengalami sedikit perubahaan dari versi tahun 1815-1907. Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan Lambang Agung Kerajaan Belanda. Tujuannya adalah untuk memaparkan pemaknaan simbol Lambang Agung Kerajaan Belanda dengan konteks sejarah Belanda. Penelitian ini menggunakan ancangan sejarah yang menginterpretasi makna berupa simbol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan terjadinya beberapa kali perubahan atas lambang negara, simbol singa tetap digunakan dan menjadi simbol inti dalam Lambang Agung Kerajaan Belanda. Tiga singa rampant emas heraldik yaitu dua singa penjaga dan singa utama secara keseluruhan membentuk kepala singa yang mengenakan coronet dan pada bagian bawah terdapat pita yang berisi motto kerajaan ldquo;Je Maintiendrai rdquo; sebagai mulut singa.
ABSTRACTThe coat of arms of the Kingdom of the Netherlands was formed simultaneously with the unification of North and South Holland into a unity of the Kingdom of the Netherlands with King Willem I as its first king. The Nassau lion symbol was chosen and adopted from the Orange-Nassau Family emblem. The coat of arms of the Kingdom of the Netherlands has experienced slight changes from the 1815-1907 version. This research discusses about the process of forming the coat of arms of the Kingdom of the Netherlands The aim is to explain the history of the symbol of the coat of arms of the Kingdom of the Netherlands with the context of Dutch history. This research uses historical approach that interprets the meaning of symbols. The results of this research shows that with the occurrence of several changes to the coat of arms, the lion symbol remains used and become the core symbol in the in the the coat of arms of the Kingdom of the Netherlands. Three heraldic gold rampant lion that is two guard lions and the main lion as a whole formed a lion head wearing coronets and at the bottom there is a ribbon containing the royal motto Je Maintiendrai as the mouth of the lion."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Michelle Natasha
"Dewa Singa Angin adalah dewa pelindung yang dipuja sejak zaman nenek moyang Kinmen karena melindungi penduduk dari bencana alam dan roh jahat. Penelitian ini mengangkat objek Dewa Singa Angin, bertujuan untuk mengkaji perubahan maknanya dari masa ke masa dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kinmen di masa kini. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui studi pustaka dan survei lapangan berupa angket kepada 40 penduduk Kinmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dewa Singa Angin di Kinmen di satu sisi memainkan makna tradisional sebagai pelindung dan penangkal roh jahat, di sisi lain telah mengalami transformasi makna sebagai simbol budaya, atraksi wisata, dan elemen seni kreatif. Meskipun transformasi makna Dewa Singa Angin sangat nyata terlihat dalam kehidupan sehari-hari di Kinmen, namun hasil survei lapangan menunjukkan bahwa makna tradisionalnya yang bersifat spiritual dan identik dengan kelokalan masih tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan bahwa Dewa Singa Angin terus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Kinmen.
The Wind Lion God is a protective deity venerated since the ancestors' time in Kinmen, known for safeguarding the inhabitants from natural disasters and evil spirits. This research focuses on the Wind Lion God, aiming to examine the evolution of its meaning over time and its relevance in the contemporary daily life of the Kinmen people. The research method employed is qualitative, utilizing a literature review and surveys, including questionnaires distributed to 40 Kinmen residents. The results indicate that the Wind Lion God in Kinmen, on one hand, maintains its traditional meaning as a protector and warder off of evil spirits, while on the other hand, has undergone a transformation in its meaning into a cultural symbol, a tourist attraction, and an element of creative arts. Despite the significant transformation of the Wind Lion God's meaning in daily life in Kinmen, survey results show that its traditional spiritual meaning and local identity are still preserved. This indicates that the Wind Lion God continues to play a significant role in the lives of the people of Kinmen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Setiya Muji Nugroho
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27265
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Yunus Arbi
"Di Jawa Tengah banyak peninggalan arkeologi balk yang berupa bangunan candi, arca, atau peninggalan lain_nya yang berasal dari periode Hindu Buddha. Peninggalan yang begitu banyak dan tersebar di wilayah tersebut di_duga berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-10 M (Soekmono, 1979:457). Salah satu bentuk peninggalan yang banyak menarik perhatian para.ahli adalah arca. Sif at keagamaan dari arca-arca pada masa itu adalah Hindu dan Buddha. Perbe_daan sifat arca itu dapat diamati antara lain melalui atribut-atribut yang melekat pada masing-masing arca. Arca-arca yang biasa dijumpai dari periode Hindu-Buddha pada. umumnya berbentuk arca dewa, arca binatang, area setengah binatang, dan setengah manusia. menurut, Th. van der Hoop, bentuk penggambaran tersebut merupakan ra_gam, hias yang sering muncul pada kesenian masa Hindu yang secara umum digolongkan atas gambar-gambar antropomorf,..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S12071
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library