Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Dailami
Abstrak :
Daun handeuleum atau Graptophyllum pictum L. (Griff) merupakan bahan obat tradisional Indonesia yang salah satu kegunaannya adalah untuk pengobatan hemoroid. Sebagai obat hemoroid digunakan dalam bentuk rebusan daun. Untuk mempermudah penggunaannya dan adanya sediaan sewaktu dibutuhkan serta untuk mengurangi bau dan rasa yang kurang enak dari daun handeuleum, di rasa perlu untuk membuat suatu sediaan yang stabil dalam penyimpanan dan disukai oleh pengguna. Penelitian ini mencoba membuat sediaan yang memenuhi kriteria tersebut, dengan memilih bentuk sirup dari infus daun handeuleum. Sebagai pengawet digunakan nipagin dan nipasol, sorbitol dan gliserol sebagai humektan, HPMC sebagai pengental, serta strawberry dan vanilli sebagai pemberi rasa. Sebagai pengawet digunakan nipagin dan nipasol, sorbitol dan gliserol sebagai humektan, HPMC sebagai pengental, serta strawberry dan vanilli sebagai pemberi rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa dan bau yang tidak sedap dari infus daun handeuleum dapat dikurangi. Sediaan yang berkadar gula 30% dan 45% tetap stabil secara fisik selama 3 bulan penyimpanan pada suhu rendah dan suhu kamar serta dapat di terima oleh pencicip rasa. ......The leaves of handeuleum plant or Graptophyllum pictum L. (Griff) are usually used as Indonesian traditional medicament, for curing many kind of deseases including haemorrhoid. For curing haemorrhoid the leaves were boiled in water and then filtered, the filtrate was used as the medicament. However to make it available at anytime or always in store and ready for use, and to minimize the unfavourable taste and odour of handeuleum leaves, it is convenient to make a formula that is stable in storage and accepted by the user. This experiment was aimed to produce the formula in the form of syrup. To make the syrup, 10% of dried powder or the fresh leaves in equivalent amount with the dried powder was heated at for 15 minute, filtered. To the filtrate, sugar and other additive were added. Nipagin and nipasol were added as preservative, sorbitol and gliserol as humectan, HPMC, strawberry and vanilli as flavors. To choose the most accepted formula, some formulas were made and the taste were experienced by some taste volunteers. The result shows that the unfavourable taste and odour from the handeuleum leaves can be minimized, and the formula with 30% and 45% sugar concentration are most accepted by the taste volunteers, and stable in 3 months storage in low and room temperatures.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sunarno
Abstrak :
Pembuatan sirup fruktosa dari ubi kayu merupakan suatu upaya untuk meningkatkan produksi gula serta menaikkan nilai tamhah Kelebihan sirup mi bila dibandingkan dengan sukrosa (gula pasar) adalah mempunyal kemanisan yang lebih tinggi pada kadar yang sama, kelarutannya lebih besar dan titik bekunya lebih rendah Tujuan penelitian mi adalah untuk mendapatkan kondisi optimum peml5uatan sirup fruktosa dengan menggunakan bantuan enzim. Hidrolisis pati ubi kayu menjadi dekstrin (Proses Likuifikasi) dilakukan dengan bantuan enzim o-ami1ase pada suhu 95°C dengan variasa. pH (6,0 7,0) dan waktu reaksa. (15 90 menit) Dekstrin dihidrolisis men3adl glukosa dengan bantuan enzim amiloglukosidase (Proses Sakanifikasi) dengan vanasa. pH (4,0 - 5,0), suhu (55 - 6500) dan waktu reaksi (4 - 30 jam) Isomerisasi glukosa menjadi fruktosa (Proses Isomerisasi) dilakukan dengan bantuan enzim g1ukosa isomerase pad.a variasi pH (6 9 5 7,5), suhu (60 - 70°C) dan wak-tu reaksi (4 - 30 jam) Hasil proses 1jJuifikasi dan sakarifi-. kasi dievaluasi dengan menontukan prosen DU (metoda titrasi Fehlin.g) dan untuk proses isomerisasi dengan menentukui prosen frukbosa (uietoda polarimetri) Penurunan kadar unsur logam Ca dan Mg dari sirup fruktosa yang dihasilkan dilakukan dengan mengalirkan kolom yang berisi zeolit Bayuh. Kondisi optimum untuk proses likulfikasi, adalah pH 69 59 suhu 95°C, waktu reaksi 15 menit dan piosen BE yang didapatkan udCLih 13 49 °4 untuk prosoo nknifikaii adtlah pH 4,7 suhu 60°C, waktu reaksi 22 jam dan prosen DE yang didapatkan adalah 98,76 % , untuk proses isomerisasi adalah pH 698 2 suhu 65°C, waktu reaksi 24 jam aan prosen fruktosa yang didapatkan adalah sebesar 22,83 % Zeolit Bayai dapat dipergunakan untuk menurunkan kandungan unsur logam Ca dan Mg yang ada di dalam sirup fruktosa walaupun kapasitasnya rendah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Naftali
Abstrak :
ABSTRAK
Inulin merupakan polimer fruktosa dan termasuk ke dalam golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Manfaat inulin sebagai serat yang dapat memelihara kesehatan pencernaan manusia dan meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh diaplikasikan pada sediaan sirup multivitamin untuk anak¬anak. Adanya karbohidrat lain seperti sukrosa dan glukosa dapat mengganggu analisis inulin dalam sirup multivitamin. Untuk tujuan pengawasan mutu, suatu metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor indeks bias yang optimum dan valid telah dikembangkan untuk analisis inulin dalam sirup multivitamin tersebut. Metode analisis meliputi proses hidrolisis terhadap inulin dengan menggunakan 5,0 mL H2SO4 1N (pH ±2) dengan pemanasan pada suhu 100oC selama 1 jam dan total fruktosa yang dihasilkan dari proses tersebut ditetapkan dengan KCKT. Sistem kromatografi terdiri dari kolom Carbohydrate Analysis (Waters) dengan fase gerak asetonitril-air (85:15), laju alir 1,0 mL/menit, dan detektor indeks bias. Metode yang diperoleh valid dengan hasil kurva kalibrasi yang linier (r = 0,9998), presisi dengan nilai koefisien variasi (KV) sebesar 0,96%, dan akurat dengan nilai perolehan kembali pada 3 konsentrasi sebesar 98,32% sampai 102,20%. Kadar inulin dalam sampel sirup multivitamin dihitung dan diperoleh persentase perolehan kembali sebesar 101,13% ±0,31%.
ABSTRACT
Inulin is a polydisperse fructose and included in the category of non-digestible carbohydrate. Inulin as a dietary fiber can promote the health of digestive system and the absorption of minerals in our body, thus inulin is applied in multivitamin syrup for kids. Other carbohydrates, such as sucrose and glucose can interfere with inulin determination in multivitamin syrup. Due to quality control, an optimal and valid high performance liquid chromatographic with refractive index detection method was developed for analyzing inulin in the multivitamin syrup. The method includes hydrolysis of inulin with 5,0 mL H2SO4 1N (pH ±2), heated at 100oC for 1 hour; and the total of released fructose from that process is determined by using HPLC. Chromatographic system is performed on a Carbohydrate Analysis column (Waters), with the acetonitrile-water (85:15) as the mobile phase, flow-rate of the eluent of 1,0 mL/min, and a refractive index detection. The method is valid by the calibration curve with good linearity (r = 0,9998); precision by the coefficient of variation (CV) of 0,96%; and accurate by the recovery for 3 concentrations ranged from 98,32% to 102,20%. The percentage of inulin in multivitamin syrup has been determined and satisfactory recovery of 101,13% ±0,31% has been obtained.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S352
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Agus Purwanto
Abstrak :
ABSTRACT
Bangsa Indonesia patut berbangga memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa ditambah dengan warisan nenek moyang yang berharga, salah satunya adalah jamu. Saat ini, dirasakan perlu dilakukan diversifikasi pengembanaan jamu sebagai minuman sehat sehingga tercipta jamu yang murah, terjangkau masyarakat, dan sehat. Ada kecenderungan beberapa hotel berbintang di Indonesia menciptakan jamu sebagai welcome drink untuk menarik pelanggan, yang tidak hanya segar tetapi juga menyehatkan. Pemberdayaan masyarakat untuk bisa membuat sirup minuman jamu yang sehat perlu lebih dikembangkan sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan yang ingin berkunjung ke Indonesia. Dalam kegiatan ini telah dapat dilatih 10 orang warga RT 25 dan 11 orang warga RT 59 Desa Kebon Agung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo dalam pembuatan sirup sereh dan sirup kulit buah manggis dengan cara yang sehat yaitu tanpa pengawet tanpa pewarna, dan tanpa penambah rasa, sekaligus cara pengemasannya yang higienis sehingga dapat bertahan lama, memenuhi persyaratan estetis, dan layak jual. Metode yang digunakan adalah pelatihan, pendampingan, serta ceramah untuk menjelaskan pembuatan sirup sereh dan sirup kulit buah manggis hingga peserta mampu memproduksi sendiri dengan baik dan benar. Produksi pertama ditargetkan dapat dibuat 200 botol sirup sereh dan 200 botol sirup kulit buah manggis yang layak untuk dijual. Pembelian botol, peralatan pengemasan botol, dan alat-alat pendukung lainnya akan diserahkan seluruhnya sebagai modal awal dari POSDAYA. Harapannya setelah program selesai, keberlanjutan usaha ini dapat terus dilakukan di bawah binaan Universitas Airlangga.
Surabaya: Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga, 2017
360 JLM 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tiah
Abstrak :
Besi(ll) Glukonat sering ditemukan dalam sediaan-sediaan farmasi sebagai obat anti anemia. Senyawa mi merupakan garam besi(ll) yang dalam bentuk larutannya mudah teroksidasi menjadi besi(lll). Penelitian ml bertujuan untuk menguji pengaruh Asam Askorbat dan Natrium Metabisulfit terhadap stabilitas Besi(ll) Glukonat dalam sediaan sirup multivitamin. Diduga kedua zat tersebut yang mewpakan reduktor kuat dapat meningkatkan stabilitas Besi(l I) Glukonat melalui penghambatan oksidasi besi(ll) menjadi besi(lll). Co Uji stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar (26°C sampai 27°C) terhadap tiga formula sirup, yaltu Formula I : sirup multivitamin yang mengandung Besi(II) Glukoriat tanpa antioksidan (sebagal pembanding); Formula II: sirup multivitamin yang mengandung Besi(H) Glukonat dengan antioksidan Asam Askorbat 1%; Formula Ill: sirup yang mengandung Besi(ll) Glukonat dengan antioksidan Natrium Metabisulfit 0,1% Besi(ll) yang tidak terurai dianalisis dengan metode spektrofotometn. Berdasarkan hasil yang diperoleh, besamya penguraian berupa oksidasi besi(ll) menjadi besi(lll) dari sirup Formula II dan sirup Formula Ill dibandingkan terhadap sirup Formula I. Ternyata besamya oksidasi besi(Il) menjadi besi(lll) paling kecil pada sirup Formula II dibandingkan dengan sirup Formula I dan Ill. ......Ferrous Gluconate is often found in pharmaceutical products as anti anaemia drug. This compound is an iron(II) salt which is easily oxydized in its solutions to become iron(lll). The objective of this research is to analyse the effect of Ascorbic Acid and Sodium Metabisulphite addition to the stability of Ferrous Gluconate in multivitamins syrup dosage form. It is considered that these two agents, which are strong reductors, can enhance the stability of Ferrous Gluconate through the retardation and prevention of iron(II) oxidation to become iron(lll). Stability test was conducted in room temperature (26°C to 27°C) toward 3 syrup formulas, Formula I : Multivitamins syrup containing Ferrous Gluconate without addition of antioxidant (as control). Formula Il Multivitamins syrup containing Ferrous Gluconate with addition of 1% Ascorbic Acid. Formula Ill Multivitamins syrup containing Ferrous Gluconate with addition of 0,1% Sodium Metabisuiphite. The remaining of iron(II) was analyzed using spectrophotometric methode. From the results obtained, the extent of degradation, expressed by the oxidation of iron(II) to become iron(III) from Formula II and Formula Ill syrups were compared to Formula I (Control Formula). It was concluded that the oxidation of iron(II) occured the least in Formula II.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaabita Nabila Rifqa
Abstrak :
Penggunaan sediaan deksametason dan deksklorfeniramin maleat cukup tinggi. Namun, sediaan dalam bentuk cair memiliki stabilitas yang buruk. Hal ini penting untuk mengetahui beyond use date (BUD) atau batas waktu penggunaan pada sediaan tersebut untuk menjamin keamanan produk. Penelitian ini bertujuan menunjukkan kondisi analisis yang optimal dan menentukan BUD sirup deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan metode KCKT fase terbalik. Kondisi optimal untuk analisis dicapai pada kondisi isokratik menggunakan campuran air-asetonitril (30:70 v/v) sebagai fase gerak dengan panjang gelombang detektor 262 nm, laju alir fase gerak 1 mL/menit, dan volume injeksi sampel sebesar 20 μL, dan Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 × 4,6 mm, 5 μm) digunakan sebagai kolom. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menganalisis standar dan sampel yang disimpan pada suhu 30oC selama 39 hari. Penentuan BUD dalam sampel berdasarkan t90 dari semua sampel yang dianalisis. Waktu retensi untuk deksametason pada 21,153 menit dan deksklorfeniramin maleat pada 3,442 menit. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang linier dengan koefisien korelasi untuk deksametason dan dekklorfeniramin maleat masing-masing sebesar 0,9997 dan 0,9992. Hasil uji akurasi diperoleh sebesar 101,0193-101,5551% untuk deksametason dan 99,6533-101,1556% untuk deksklorfeniramin maleat dengan KV ≤2%. Serta, nilai LOD dan LOQ untuk deksametason sebesar 0,6824 dan 2,0678 μg/mL. Sedangkan, deksklorfeniramin memiliki nilai LOD dan LOQ adalah 4,8766 dan 14,7760 μg/mL. Metode ini sepenuhnya divalidasi sesuai dengan persyaratan pedoman ICH didapat BUD pada sampel A dan B berturut-turut adalah 6 hari dan 48 hari. Sedangkan, secara fisik, sediaan sirup mengalami penurunan intensitas warna dan bau selama masa penyimpanan. ......The usage of dexamethasone (DXM) and dexchlorpheniramine maleate (DCM) dosage forms is quite high. However, preparations in liquid form have poor stability. It is important to know these preparations beyond use date (BUD) to ensure product safety. The study aims to show the optimal condition of analysis and determine the BUD of DXM-DCM syrup with RP-HPLC methods. The best separation of the analytes was achieved under isocratic conditions using water-acetonitrile (30:70) as mobile phase, detector wavelength of 262 nm, 1 mL/min of flow rate, 20 μL of injection volume, and Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 x 4,6 mm, 5 μm) column. The DXM-DCM were determined by analyzing the samples stored for 39 days (30oC). The determination of BUD is based on the t90. The retention time of DXM-DCM were 21,153 and 3,442 minutes. The analytical methods have shown a linear result r value for DXM-DCM with the amount of 0.9997 and 0.9992 respectively. The accuracy of this method had justified by the recovery of 101,0193-101,5551% for DXM and 99,6533-101,1556% for DCM with CV ≤2%. The LOD and LOQ for DXM were 0,6824 and 2,8766 μg/mL. Furthermore, DCM was detected with LOD value of 2,0678 μg/mL and LOD value of 14,7760 μg/mL. The method was fully validated according to the requirements of ICH guidelines. The results of BUD in samples A and B were 6 and 48 days. Meanwhile, as a result of physical stability, the syrup showed a decrease in color and odor intensity during the storage period.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Gabriella
Abstrak :
Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk membersihkan partikulat atau sekret yang mengganggu dari saluran pernapasan. Pilihan terapi farmakologi yang digunakan untuk menangani batuk salah satunya adalah sediaan sirup kombinasi zat aktif bromheksin hidroklorida dan guaifenesin. Namun, telah diketahui bahwa sediaan sirup memiliki stabilitas yang lebih rendah dibandingkan sediaan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang tervalidasi dalam analisis simultan bromheksin hidroklorida dan guaifenesin dengan KCKT untuk menentukan beyond use date (BUD) dari sampel sirup yang beredar di pasaran. Analisis KCKT dilakukan menggunakan kolom YMC C18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), fase gerak metanol-dapar fosfat 0,025 M pH 3,0 (60:40), laju alir 1 mL/menit, mode elusi isokratik, dan detektor UV-Vis pada panjang gelombang analisis 234 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk guaifenesin pada 4,330 menit dan bromheksin hidroklorida pada 9,633 menit. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang linear dengan koefisien korelasi untuk guaifenesin dan bromheksin hidroklorida berturut-turut sebesar 0,9995 dan 0,9991. Hasil uji akurasi untuk guaifenesin adalah sebesar 100,35-101,22% dan bromheksin hidroklorida sebesar 99,14-100,93% dengan KV <2%. Metode analisis telah memenuhi seluruh parameter validasi menurut Harmita (2004) dan ICH Q2(R1) (2005) sehingga metode dapat digunakan untuk analisis simultan kadar bromheksin hidroklorida dan guaifenesin dalam sampel. Penetapan kadar dilakukan selama 42 hari. Penetapan BUD sampel mengacu pada nilai t90 dari keseluruhan sampel yang diuji dan menunjukkan BUD pada 29 hari. ......Coughing is a physiological mechanism process to expel foreign and potentially harmful particles and also secretes in the respiratory system. One of the most common pharmaceutical treatments for coughing is by administering bromhexine hydrochloride and guaifenesin syrup. It is known that syrupy substances have less stability in shelf life compared to other dosage forms. This research aims to validate an analytical method to determine the beyond use date (BUD) of bromhexine hydrochloride and guaifenesin syrup simultaneously using HPLC. The analysis was done by the usage of YMC C18 Column (250 × 4.6 mm. 5 µm), mobile phase containing methanol-phosphate buffer 0.025 M pH 3.0 (60:40), 1 mL/min of flow rate, isocratic elusion mode with UV detection at 234 nm. The retention time of guaifenesin was 4.330 min and bromhexine hydrochloride was 9.633 min. The analytical methods used in this research has shown a linear result with the correlation of coefficient for guaifenesin and bromhexine hydrochloride with the amount of 0.9995 and 0.9991 respectively. The accuracy of this method of analysis had justified by the recovery of 100.35-101.22% for guaifenesin and 99.14-100.93% for bromhexine hydrochloride with CV <2%. The analysis method had fulfilled the requirements of each parameter according to Harmita (2004) and ICH Q2(R1) (2005), thus being validated for further usage to analyze the said substances. Determination of concentration amount was obtained for 42 days. Determination of BUD in the sample based on the t90 of all samples analyzed, which showed BUD at 29 days.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Damayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Vitamin mempunyai fungsi penting pada proses biokimia tubuh dan berperan penting pada proses utama tubuh manusia. Produk vitamin digunakan untuk menjaga kesehatan, mengembalikan vitalitas, mengontrol berat badan dan pencegahan penyakit. Dalam rangka menjamin kualitas, pemenuhan persyaratan regulatori dan untuk menetapkan asupan gizi pada beberapa populasi perlu dilakukan penetapan kadar vitamin pada makanan dan suplemen nutrisi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode penetapan kadar secara simultan thiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, dekspantenol, piridoksin hidroklorida, sianokobalamin dan asam askorbat dalam sediaan sirup tetes anak secara Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Pemisahan dilakukan dengan kolom ACQUITY UPLC® BEH Shield C8 (2,1 mm x 50 mm; 1,7 μm), fase gerak yaitu campuran amonium format 10 mM dalam asam format 0,2% pH 2,8 dengan metanol secara elusi gradien dengan laju alir 0,4 mL/menit yang dicapai dalam waktu 6,5 menit. Metode ionisasi yang digunakan adalah electrospray ionization positive (ESI +) dengan tipe reaksi Multiple Reaction Monitoring (MRM). Hasil konfirmasi 7 vitamin larut air dari puncak ion induk dan ion anak yaitu thiamin HCl pada m/z 265,15>122; riboflavin pada m/z 377,20>243,10; nikotinamida pada m/z 123>80,10; piridoksin HCl pada m/z 170,10> 152,00; sianokobalamin pada m/z 678,45>147,05; dekspantenol pada m/z 206,05>76,00 dan asam askorbat pada m/z 177,00>94,90. Hasil validasi metode menunjukkan memenuhi kriteria keberterimaan presisi, perolehan kembali dan linearitas. Metode ini diaplikasikan untuk penetapan kadar vitamin B komplek dari 2 jenis sampel sirup yang diperoleh dari pasaran
ABSTRACT
Vitamin has an important function in biochemical processes and plays an important role in the main process of the human body. Vitamin products are used to maintain health, restore vitality, weight control and disease prevention. To comply with regulatory requirements and to establish nutrient intake in some populations, need to ensure the quality of vitamins in food and nutritional supplements. This study aims to obtain a simultaneously method for quantification of thiamin hydrochloride, riboflavine, nicotinamide, dexpanthenol, pyridoxine hydrochloride, cyanocobalamine and ascorbic acid in pediatric syrup by Ultra Performance Liquid Chromatography Tandem Mass Spectrometry (UPLC-MS/MS). The separation was using ACQUITY UPLC® BEH Shield C8 column (2,1 mm x 50 mm; 1,7 m), mobile phase was mixture of 10 mM ammonium formate in 0,2% formic acid pH 2,8 with methanol by gradient elution at flow rate 0,4 mL/min achieved in 6,5 minutes. Ionization method was positive electrospray ionization (ESI +) with Multiple Reaction Monitoring (MRM). Confirmation result of 7 water-soluble vitamin parent ions and daughter ion of thiamine HCl at m/z 265,15> 122; riboflavine at m/z 377,20> 243,10; nicotinamide at m/z 123> 80,10; pyridoxine HCl at m/z 170,10> 152,00; cyanocobalamine at m/z 678,45> 147,05; dexpanthenol at m/z 206,05> 76,00 and ascorbic acid at m/z 177,00> 94,90. The result of method validation showed that the method fulfill the acceptance criteria of precision, recovery and linearity. This method is applied to determine the water-soluble vitamins from two types of pediatric syrup in the market
2016
T45877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Nur Widiya
Abstrak :
Pemanfaatan buah pare sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada pare yang berasal dari senyawa momordisin, kurang menyenangkan bagi lidah sebagian besar orang. Pada penelitian ini, pare dalam bentuk ekstrak dibuat dalam bentuk sediaan sirup dengan penambahan bahan pemanis berupa ekstrak buah bit yang memiliki rasa khas yang kuat serta kandungan gula yang diharapkan dapat menutupi rasa pahit dari pare. Sediaan sirup ini mengandung ekstrak pare, sukrosa, ekstrak bit, sorbitol, natrium benzoat, perisa stroberi, dan aquadest. Pada Formula kontrol, 1, 2, dan 3 secara berturut-turut mengandung ekstrak bit 0 , 10 , 15 , dan 20 . Keempat formula dievaluasi untuk melihat sifat fisik, stabilitas, dan pengujian rasa pahit dari setiap formula. Pengujian rasa pahit dilakukan pada 30 responden, kemudian data dianalisis menggunkana uji Wilcoxon pada software SPSS. Formula 3 dengan konsentrasi pemanis ekstrak buah bit sebesar 20 , terpilih menjadi formula yang terbaik dalam menutupi rasa pahit karena memiliki nilai rata-rata yang signifikan secara statistik dibandingkan formula lainnya dengan p ......Utilization of bitter melon as a medicinal plant that provide many health benefits is generally done through traditional methods. The bitter taste of bitter melon comes from compound momordicin and generally regarded to be less enjoyable for most people. In this research, a bitter melon extract made in the form of syrup preparations with the addition of sweetener in the form of beet extract that has a special strong taste and sugar content which expected to cover the bitter taste of bitter melon. This syrup contains bitter melon extract, sucrose, beet extract, sorbitol, sodium benzoate, strawberry essence, and aquadest. The formula of control, 1, 2, and 3 accordingly contains beet extract as much as 0 , 10 , 15 , and 20 . All formulas were evaluated to determine the physical properties, stability, and the bitter taste of each formula. The bitter taste was tested on 30 respondents, data were analyzed using Wilcoxon test on SPSS software. Formula 3 with 20 bit extract was chosen to be the best formula for masking the bitter taste because it has a significant average value statistically compared to other formulas with p
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>