Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Indahwati
Abstrak :
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi seperti sekarang ini, maka akan banyak perusahaan yang harus mengadakan perubahan dalam proses produksi, misalnya mulai melakukan otomasi pabrik. Selain itu kemajuan di bidang komunikasi juga menuntut perusahaan untuk mengadakan perbaikan dalam proses produksi karena konsumen menjadi semakin cerewet dalam pemilihan produk. Perbaikan proses produksi ini tidak terlepas pula dan perbaikan sistem akuntansi biaya yang diterapkan untuk mengimbangi kemajuan teknologi tersebut. Pada saat ¡ni masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional yaitu pembebanan biaya produksi berdasarkan fungsi. Yang dimaksud dengan sistem akuntansi biaya tradisional adatah suatu sistem yang membagi-bagi biaya yang terjadi selama proses produksi kedalam kelompok-kelompok biaya tenaga kerja Iangsung, biaya bahan baku Iangsung dan biaya penunjang produksi. Pembebanan biaya tenaga kerja Iangsung dan biaya bahan baku langsung dengan menggunakan sistem ini tidak menimbulkan permasalahan karena dapat ditelusuri secara langsung pada produk yang dihasilkan. Sebaliknya, pembebanan biaya penunjang produksi susah untuk ditelusuri secara Iangsung pada produk yang dihasilkan. Pada sistem akuntansi biaya tradisional, biaya penunjang produksi ini dibebankan kepada setiap unit dan setiap jenis produk dengan menggunakan dasar tenaga kerja Iangsung (baik dalam jumlah waktu maupun dalam rupiah) ataupun dengan menggunakan dasar bahan baku Iangsung. Pembebanan baya penunjang seperti ini dapat menimbulkan penyimpangan dalam pelaporan biaya karena banyak kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan penunjang tidak berhubungan secara Iangsung dengan volume produksi. Akibatnya akan dihasilkan penilaian biaya yang Iebih kecil atau Iebih besar dan biaya produksi yang sebenarnya. Dengan pemberlakuan otomasi dalam proses produksi, peranan tenaga kerja langsung cenderung berkurang. Sebaliknya, biaya penunjang seperti biaya pemelihara an, biaya set-up dan lain-lain akan semakin besar (terutama dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk). Oleh sebab itu, pembenahan dalam sistem akuntansi biaya harus segera dilakukan agar perusahaan dapat menentukan biaya produksi secara tepat, sehingga harga produk dapat ditentukan secara benar dan bersaing. Salah satu atematif untuk memperbaiki perhitungan biaya tersebut adalah dengan menggunakan sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing/ABC) yaitu pembebanan biaya penunjang berdasarkan sumberdaya yang dikonsumsi oleh tiap kegiatan, bukan berdasarkan pengeluaran untuk seluruh kegiatan. Sistem ABC ini memperhitungkan pembebanan biaya penunjang dengan memperhatikan kegiatan yang menjadi pemacu timbulnya biaya (cost driver) seperti waktu pemeriksaan (inspection time), waktu set-up dan lain-lain. Kemudian hanya biaya biaya tersebut dibebankan pada setiap unit untuk setiap jenis produk. Dengan demikian, akan dapat diperoleh informasi biaya produksi secara lebih akurat sehingga manajemen dapat menentukan harga produknya dengan lebih tepat. Selain itu manajemen biaya ini juga dapat memberikan informasi mengenai kombinasi produk yang harus dihasilkan dan juga informasi yang Iebih relevan untuk pengambilan keputusan oleh pìhak manajemen. PT XYZ yang bergerak dalam industri kaca, tentu tidak terlepas dari persaingan lingkungan usaha yang semakin tajam, baik secara domestik maupun global. OIeh sebab itu, pada tulisan kali ini akan dicoba untuk menelaah sistem akuntansi biaya yang sekarang digunakan dan berusaha memperbaikinya agar diperoleh informasi yang akurat dari sistem yang baru tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap sistem akuntansi biaya pada PT XYZ didapati adanya distorsi pelaporan biaya produk, atau biaya produk yang dilaporkan tidak sesuai dengan biaya yang sebenarnya teijadi. Biaya produk untuk kaca bevel dìlaporkan terlatu mahal bila dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya terjadi, sedangkan bìaya untuk kaca tempered terlalu rendah dari biaya yang benar-benar terjadi. Dengan adanya distorsi dalam pelaporan biaya produk dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan harga jual produk, dimana harga jual untuk kaca bevel akan Iebih mahal dari harga kaca tempered. Pada saat sekarang, pengaruh dan laporan yang terdistorsi tersebut belum mempunyai dampak yang besar dan belum disadari oleh manajemen, karena berdasarkan laporan keuangan yang dibuat, perusahaan masih mendapatkan keuntungan yang memadai. Hal ini dapat terjadi karena adanya subsidi silang antar produk, dalam hal ini adalah antara kaca bevel dengan kaca tempered sehingga seolah-olah tidak ada masalah dengan penentuan harga yang dilakukan sekarang. Tetapi bila keadaan ¡ni dibiarkan terus, tentu dapat menyebabkan menurunkannya laba perusahaan serta lama kehiangan daya saing terhadap perusahaan lain. Kesalahan dalam bïaya produk yang dilaporkan terjadi karena dalam perhitungan hanya menggunakan dasar alokasi yang bersifat unit-level, yaltu volume produk, sedangkan aktivitas produksi pada perusahaan ini lebìh banyak bersifat batch-level seperti set-up mesin dan lain-lain. OIeh sebab itu, agar perusahaan tetap menentukan harga jual yang akurat dan bersaing, tentu harus mulai membenahi diri dan mungkin langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki cara perhitungan biaya produk yang digunakan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S26382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Kurniadi
Abstrak :
Dunia usaha dewasa ini dihadapkan pada lingkungan yang berubah cepat, dinamik dan rumit. Perkembangan teknologi dalam sektor : teknologi transportasi, teknologi informasi dan teknologi pemanufakturan mengakibatkan perusahaan? perusahaan tidak hanya menghadapi persaingan lokal, juga persaingan global. Dalam menghadapi intensitas persaingan yang meningkat ini, perusahaan harus dapat mempertahankan ekselensi jangka panjang. Kondisi ini menuntut kemampuan lebih bagi pelaku dunia usaha untuk mengelola sumber daya, meningkatkan teknologi manufaktur, otomatisasi proses produksi untuk merebut pasar dan bertahan. Strategi untuk menaikkan harga jual dan mendasarkan profitabilitas jangka pendek tidak dapat diguna kan sebagai alat bersaing. Perusahaan harus lebih menekankan pada perbaikan bersinambungan dengan meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kualitas serta pengendalian operasi. Akuntansi manajemen sebagai bagian dari sistem informaso manajemen dalam pengambilan keputusan dan pengendalian operasi, tentunya harus dapat mengantisipasi perubahan? perubahan yang tenjadi. Dengan berkembangnya teknologi manu faktur, peranan biaya overhead sebagai komponen biaya produk yang semakin besar menjadi lebih penting. Sistem harga pokok tradisional yang mengalokasikan biaya overhead melalui dua tahap, alokasi ke cost center dan alokasi ke produk berdasar kan upah langsung, jam kerja buruh atau jam mesin sudah tidak realistis lagi. Cara ini tidak mencerminkan sumber daya yang diserap oleh produk, bahkan cenderung menimbulkan distorsi yang berakibat terhadap keputusan manajemen. Pengendalian operasi dan pengukur kinerja melalui prosedur anggaran, standar dan analisa varians kenyataannya juga kurang memberi peran berarti. Kelemahan?kelemahan ini mendorong muncul konsep?konsep akuntansi manajemen modern yang dianggap lebih relevan. Akuntansi manajemen modern berkembang dengan memperkenalkan konsep-konsep yang lebih relevan dengan kondisi yang dihadapi dunia usaha saat ini. Activity-Based Cost System, suatu sistem manajemen biaya dengan pendekatan aktivitas, mengalokasikan sumber daya ke produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi. ABC System ini dikombinasikan dengan pengukuran non-finasial seperti Manufacturing-Cycle Efficiency, dalam rangka pengendalian operasi dan pengukuran kinerja yang bertujuan untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah. Total Quality Management, konsep pengendalian kualitas, dengan pendekatan perancangan dan bukan dengan inspeksi (by design, not bi inspection). Integrasi dari ketiganya merupakan suatu Cost Management System (CHS), yang bertujuan membantu inanajemen dalam pengambilan keputusan secara lebih efisien, efektif dan akurat, baik tingkat operasional maupun strategik.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library