Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gore, M.S.
Bombay: Tata Institute of Social Science, 1970
304.8 GOR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Audia Wira Tenri
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur validitas dan reliabilitas skala baru dari Neuroticism. Peneliti membuat skala baru neuroticism yang terdiri dari tiga skala, yaitu neuroticism, anxiety, and social relationship. Dalam penelitian ini, 129 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Queensland ikut serta sebagai partisipan untuk menguji skala baru neuroticism. Peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi yang significant antara skala original neuroticism dan skala neuroticism yang baru terdapat pula korelasi skala neuroticism dan anxiety. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan validitas antara original neuroticism dan skala baru neuroticism. Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan korelasi antara skala baru neuroticism dan skala relationship. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat reliabilitas yang bagus M=46.32, SD=6.38, dan item discrimination indices yang konsisten. Untuk penggunaan selanjutnya diharapkan untuk mempertimbangkan items yang berada di posisi rendah di dalam items discrimination indices. ...... The aim of this study is to test validity and reliability of the new scale of neuroticism. We made the new neuroticism scale and another three scales, which are original neuroticism scale, anxiety, and relationship. There were 129 students of University of Queensland. We found that there was positive significant correlation between original scale of neuroticism and new scale of neuroticism, and positive significant correlation between the new scale of neuroticism and anxiety. The result also shows there is validity in our new scale and original scale of neuroticism. However, we found that there was no positive significant correlation between our new scale of neuroticism and relationship. We also found that our new scale has good reliability M 46.32, SD 6.38 , and item discrimination indices are consistent. Further uses should be considering the low items in discrimination indices.
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadra Sulthanika
Abstrak :
Skripsi ini membahas kontestasi akses dan eksklusi yang melibatkan Perhutani, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dan masyarakat lokal dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Hutan Pangkuan Desa (HPD) Desa Cihideung. Program PHBM memiliki ekspektasi untuk memperluas akses masyarakat desa hutan ke dalam pengelolaan sumber daya hutan. PHBM mensyaratkan adanya kemitraan antara Perhutani dan LMDH Cihideung untuk bersama-sama mengelola dan bagi hasil dari pengelolaan lahan hutan HPD. LMDH Cihideung secara kelembagaan memiliki peran untuk menjembatani akses masyarakat lokal Cihideung yang ingin memanfaatkan lahan hutan Cihideung. Melalui kerangka kerja akses dan ekslusi, temuan lapangan di HPD Cihideung menunjukan bahwa LMDH Talaga muncul menjadi aktor lokal yang menantang dominasi Perhutani melalui kontestasi masalah pengelolaan wisata off-road Safari Hutan. Di sisi lain kehadiran PHBM justru memperkuat posisi kekuasan sebagai LMDH Cihideung sebagai aktor lokal yang dominan dalam pengelolaan Hutan HPD Cihideung. Dominasi LMDH Cihideung dalam pengelolaan HPD Cihideung berdampak kepada pengeksklusian aktor-aktor lokal lainnya yang dahulu dapat mengakses HPD Cihideung. Dominasi dan kekuasaan LMDH Cihideung tidak terlepas sumber kekuasaan di tingkat lokal yang diraih melalui mekanisme akses untuk meraih, mengendalikan, dan mempertahankan kendali akses. Kepemilikan mekanisme akses dapat digunakan sebagai kuasa eksklusi untuk membatasi akses bagi aktor lainnya. Satu mekanisme akses yang memperkuaat kekuasaan LMDH Cihideung adalah adanya temuan sokongan Organisasi Massa (Ormas) yang menyokong LMDH Cihideung dalam pengelolaan HPD Cihideung. Adanya sokongan Ormas spesialis mempertimbangkan skrisp ini untuk menggunakan perspektif relasional melalui hubungan sosial kunci yang membentuk kekuatan daya tawar seorang aktor dalam meraih akses sekaligus mengekslusikan aktor lainnya. Temuan skripsi ini menunjukan bagaimana program pengelolaan hutan bersama masyarakat oleh Negara justru menguatkan aktor lokal yang telah memiliki mekanisme akses melalui hubungan sosial kunci, dan semakin mengeksklusikan aktor lokal yang tidak memiliki mekanisme akses. Secara empiris skripsi ini menunjukan adanya kehadiran Ormas spesialis kekerasan di dalam pengelolaan hutan masyarakat yang menyokong aktor lokal sebagai sumber kekuasaan dalam memperkuat mekanisme akses dan sebagai kekuatan daya tawar untuk mengeksklusikan aktor yang subordinat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isep Sepriyan
Abstrak :
Remaja, masa dimana individu berkembang dan mengalami proses perubahan dari anak-anak menuju dewasa, yang ditandai oleh tanda-tanda menuju kematangan seksual dan mengalami perubahan dan perkembangan fisiologis dan psikologis, serta merupakan situasi transisi dan pencarian identitas tentang siapa aku. Pengaruh diluar dirinya bisa merubah sikapnya. Remaja putus sekolah secara individu sama dengan remaja lainnya yang mempunyai keinginan, harapan dan kebutuhan serta potensi, tetapi karena suatu sebab, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah formal. Pola pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara Cibabat Cimahi merupakan kegiatan atau program pelayanan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang dilakukan diluar sekolah formal. Unsur yang mencakup pendidikan non formal adalah; objektif atau tujuan belajar, karakteristik pelajar, pengorganisasian, metodologi belajar dan kontrol. Bentuk bimbingan dan pelatihan yang dilaksanakan ialah bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan. Semua kegiatan dan program belajar mengajar ini salah satunya ditujukan dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah. Keterampilan sosial adalah, kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi serta mengembangkan aspirasi dan menampilkan dirinya. Ciri individu yang memiliki keterampilan sosial; bertanggung jawab, mentaati peraturan, menerima dan menghargai orang lain dan diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, disiplin, mengetahui tujuan hidup dan mampu membuat keputusan, melalui pendidikan diharapkan keterampilan sosial dapat tumbuh dan meningkat pada remaja putus sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan non formal remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didiknya, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian bersifat studi evaluatif, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini tidak bermaksud membuat generalisasi, tetapi melakukan studi evaluatif di salah satu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pendidikan non formal. Hasil penelitian menunjukkan, pola pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah, adalah ; objektif belajar untuk memberikan keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai salah satu yang menimbulkan minat dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan. Pengorganisasian siswa kedalam sistem kelompok wisma dan kepengurusan siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa saling berkomunikasi, beradaptasi dan disiplin serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Metoda belajar praktek kerja perorangan memberikan kesempatan siswa menyalurkan hasrat, menunjukkan potensi diri dan tanggung jawab serta kemandirian. Temuan penelitian menunjukkan, terdapat remaja putus sekolah yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Ternyata hal itu terjadi selain karena pola pendidikan dari lembaga, juga karena motivasi siswa mengikuti bimbingan dan pelatihan sebagai kebutuhan dan sarana belajar untuk bekal hidup, latar belakang kehidupan yang relatif tetib dan mampu mengetahui serta menentukan tujuan hidup, kemampuan menerima orang lain dan diri sendiri sebagai pendorong tersalurkannya hasrat dan mengeksploitasi potensi dirinya. Kepercayaan yang diberikan oleh teman dan pembina kepadanya menambah kepercayaan diri. Remaja putus sekolah yang kemampuan keterampilan sosialnya kurang, ternyata motivasi mereka mengikuti kegiatan bimbingan dan pelatihan karena dorongan kewajiban sebagai siswa dan melaksanakan tugas sebagai pengurus siswa, serta menghindari sanksi, bukan atas dorongan kebutuhan dirinya. Merasa selalu diperhatikan orang lain dan menganggap kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai beban bagi dirinya, membuat sikap yang ditampilkannya tidak spontan dan tidak wajar. Dengan adanya beban tersebut maka remaja putus sekolah tersebut terhambat peningkatan kemampuan keterampilan sosialnya. Pelaksanaan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan remaja, mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan meningkatnya keterampilan sosial pada remaja putus sekolah. Dengan dasar tersebut maka perlu dilakukan perbaikan serta penyempurnaan pelaksanaan pola pendidikan non formal di PSBR, khususnya metoda belajar materi bimbingan sosial kelas dan pelaksanaan kontrol serta komunikasi antar pelaksana kegiatan, yang mengarah kepada penyaluran minat dan bakat dalam rangka pengembangan potensi diri remaja putus sekolah, yang pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah dengan baik.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Avianto
Abstrak :
Tesis ini tentang kehidupan sopir mobil plat hitam yang diomprengkan yang mangkal di Jalan Jampea Raya, Koja, Jakarta Utara. Didalam kegiatannya meskipun merupakan suatu bentuk pelangggaran terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas, namun mereka tetap bertahan untuk menjalankan kegiatan pengomprengan mobil plat hitam tersebut. Untuk itu fokus didalam tesis ini adalah pola-pola hubungan sosial yang terjalin didalam kegiatan tersebut sehingga terbentuk suatu jaringan sosial. Metode penelitian kualitatif dipilih dalam penelitian ini dengan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara baik dengan pedoman maupun tidak dengan pedoman sehingga dapat mengetahui pola-pola hubungan sosial yang terjadi dalam kegiatan sopir-sopir mobil plat hitam yang diomprengkan dan untuk dapat mengetahui strategi mendapatkan pelanggan maupun strategi menghindari penindakan hukum oleh petugas dalam hal ini polisi lalu lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh sopir mobil plat hitam yang diomprengkan tersebut rata-rata merupakan masyarakat dengan status ekonomi lemah, dan dalam kegiatannya menjalin hubungan (hubungan: Pertemanan, perantaraan, patron klien, kekuatan) dengan pemilik mobil, kenek, sesama sopir mobil plat hitam yangdiomprengkan, juru parkir, preman, konsumen/pengguna jasa, dan petugas polisi agar tehindar dari jeratan hukum, karena kegiatan pengomprengan mobil plat hitam tersebut dilakukan demi mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Disamping itu karena adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan akan adanya angkutan baik untuk angkutan barang maupun penumpang yang murah dan sesuai dengan keinginan konsumen. Sikap petugas polisi diwilayah tersebut yang bertugas berdasarkan fungsi dan peranannya, dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, lebih mengutamakan pelayanan keamanan daripada penegakan hukum. Sehingga kegiatan pengomprengan mobil plat hitam dapat terus berjalan hingga sekarang. Disamping itu perundang-undangan yang ada yaitu PP No 43 Tahun 1993 masih ada pasal yang tidak selaras dengan UU No 14 Tahun 1992 yang menyangkut ketentuan tentang kendaraan angkutan umum. Implikasi dari tesis ini adalah perlu adanya keterpaduan bagi pihak kepolisian dan instansi terkait dalam menangani permasalahan ini, agar kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat ekonomi lemah ini dapat berjalan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang ada tanpa menimbulkan dampak negatif sebagai akibat meningkatnya angka pengangguran.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartoyo
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui masalah keserasian hubungan antar etnik dalam hubungan ketetanggaan dan kemasyarakatan di suatu lingkungan daerah pemukiman. Ada tiga masalah yang ingin diketahui, yaitu kualitas keserasian hubungan antar etnik, faktor-faktor pendorong dan pengelolaannya.

Penelitian ini terdiri dari 134 responden yang terbagi dalam lima etnik Lampung, Jawa, Sunda, Minang dan Batak, yang diambil secara acak dan total sampel dan ditambah dengan 10 informan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sawah Brebes, Tanjung Karang Timur, Kotamadya Bandar Lampung, yang ditentukan berdasarkan cara proposive area sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, wawancara bebas berpedoman yang didukung dengan dokumentasi. Data diolah dengan menggunakan tabel persentase univariat dan bivariat. Analisis data didasarkan pada tabel-tabel olahan tersebut yang dikuatkan dengan Tau Kendall.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas keserasian hubungan ketetanggaan dan kemasyarakatan secara keseluruhan antar kelima etnik tersebut di Sawah Brebes termasuk kategori sedang. Secara rinci ditemukan bahwa hubungan timbal balik antara etnik Jawa dengan etnik Sunda termasuk kategori yang paling serasi, kemudian hubungan timbal balik antara etnik lain dengan etnik Lampung, etnik Minang, dan yang paling kurang serasi adalah dengan etnik Batak.

Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keanggotaan kelompok dan pengalaman bergaul dengan etnik lain secara keseluruhan merupakan bagian dari faktor pendorong yang berarti terhadap peningkatan kualitas keserasian hubungan antar etnik, dalam hubungan ketetanggaan dan kemasyarakatan di lingkungan masyarakat Sawah Brebes. Bila dilihat secara rinci pada masing-masing etnik faktor pendidikan bukan merupakan faktor pendorong yang berarti bagi etnik Minang, dan faktor pendapatan bukan merupakan faktor pendorong yang berarti bagi etnik Lampung dan etnik Minang.

Mekanisme Pengelolaan keserasian hubungan antar etnik tataran tersembunyi dalam hubungan ketetanggaan dan kemasyarakatan di suatu lingkungan pemukiman, secara individual efektif dilakukan dengan pula adaptasi melalui ingratiation (upaya agar tetap disenangi etnik lain); sedangkan secara kolektif dilakukan dengan membentuk berbagai kelembagaan bersama dan keaktifan peran para pemuka masyarakat dalam mensosialisasikan nilai-nilai bersama tersebut. Mekanisme pengelolaan keserasian hubungan antar etnik tataran terbuka (penyelesaian konflik) masih efektif dilakukan dengan menggunakan pendekatan tradisional, dengan melibatkan para pemuka masyarakat setempat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigiro-Saragih, Asiah Janna
Abstrak :
Televisi dan media cetak adalah 2 jenis media massa yang fungsional untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang hampir sama bagi halayaknya. Tetapi karena interaksi dari berbagai hal maka media tersebut digunakan secara berbeda oleh setiap orang. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat hubungan antara peranserta guru dan intensitas hubungan sosial dengan "peer group", dengan penggunaan televisi dan media cetak pelajar SMP kelas 2. Disamping kedua variabel tersebut dalam penelitian ini turut diperhitungkan beberapa variabel lain yang dianggap turut serta mempengaruhi perbedaan penggunaan media oleh pelajar yaitu : peran serta orang tua, akses terhadap media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan 'jumlah anggota keluarga .Pelajar SMP diambil sebagai obyek penelitian karena masa SMP itu merupakan masa usia pra remaja dimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh "peer group". Hipotesis penelitian ini ialah :
  1. Intensitas hubungan sosial dengan "peer group" mempengaruhi penggunaan televisi dan media cetak.
  2. Pengaruh intensitas hubungan sosial dengan "peer group" terhadap penggunaan televisi dan media cetak bervariasi ditentukan oleh peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga.
  3. Peran serta guru mempengaruhi pengunaan televisi dan media cetak.
  4. Pengaruh peran serta guru terhadap penggunaan televisi dan media cetak bervariasi ditentukan oleh peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga.
Sampel diambil dengan cara "stratified random sampel" yang proporsional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang dikumpulkan pada hari itu jugs. Hubungan antara variabel independen dan dependen diukur dengan menggunakan "Pearson Product Moment Correlation"- dan "Partial Correlation Pearson". Hasil penelitian : Hubungan antara variabel intensitas hubungan sosial dengan "peer group" dengan penggunaan televisi adalah lemah ,negatip dan tidak signifikan, dan hubunganya dengan penggunaan media cetak lemah, positif dan tidak signif i.kan . Hubungan peran serta guru dengan penggunaan televisi lemah negatip dan signifikan. Sementara hubungannya dengan penggunaan media cetak tetap lemah tetapi positip dan signifikan. Variabel kontrol peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga tidak memberikan perobahan pada hubungan variabel independen dan dependen.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kholisoh
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pembentukan dan pengembangan hubungan pertemanan antar etnis, khususnya antara etnis Betawi dan non-Betawi yang ada di Jakarta. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori penetrasi sosial (Altman dan Taylor, 1973) sebagai teori utama, sedangkan teori zeduksi ketidakpastian, self-disclosure, teori pertukaran sosial dan manajemen konflik merupakan teori pendukung. Altman dan Taylor dalam teori penetrasi sosial mengemukakan adanya empat tahapan pengembangan hubungan, yaitu; tahap orientasi, tahap penjajakan pertukaran afektif, tahap pertukaran afektif dan tahap stabil. Sebagian besar dari kelima pasangan dalam penelitian ini melalui proses tahapan penetrasi sosial yang dikemukakan oleh Altman dan Taylor tersebut, namun demikian cara dan waktu yang diperlukan untuk sampai kepada tahap stabil, masing-masing pasangan berbeda-beda. Dalam upaya memperoleh informasi tentang pasangannya, setiap narasumber menggunakan strategi yang berbeda-beda tergantung kepada situasi dan kondisi yang ada, namun ketika hubungan berada pada tahap stabil, kelima pasangan tersebut sama-sama menggunakan strategi interaktif. Dalam setiap hubungan antarpribadi yang sehat tentunya tidak akan terlepas dari konflik. Semua nara sumber dalam penelitian ini sepakat bahwa konflik yang timbul harus diselesaikan secara baik dan dapat mengarah kepada peningkatan hubungan. Kendati demikian, pengelolaan konflik yang digunakan oleh kelima pasangan ini berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi yang ada serta tidak terlepas dari karakter masing-masing individu, misainya; nara sumber yang memiliki karakter pendiam seperti narasumber 7 (Hamzah), cenderung menggunakan cara avoiding dalam mengatasi konflik. Analisis terhadap data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan paradigma constructivist terhadap kelima pasangan nara sumber yang terdiri dari satu pasangan laki-laki dengan laki-laki, satu pasangan perempuan dengan perempuan dan tiga pasangan laki-laki dengan perempuan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hou, Fen
Abstrak :
This SpringerBrief investigates and reviews the development and various applications of mobile crowd sensing (MCS). With the miniaturization of sensors and the popularity of smart mobile devices, MCS becomes a promising solution to efficiently collect different types of information, such as traffic conditions, air quality, temperature and more, which is covered in this brief. The features, novelty, and applications of MCS are elaborated in detail in this brief. In addition, the basic knowledge about auction theory and incentive mechanism design is introduced. Incentive mechanism design plays a key role in the success of MCS. With an efficient incentive mechanism, it is possible to attract enough mobile users to participate in a MCS system, thus enough high quality sensing data can be collected. Two types of incentive mechanisms with different system models are introduced in this brief. One is the reputation-aware incentive mechanism, and another is the social-aware incentive mechanism. This SpringerBrief covers the significance and the impacts of both reputation and social relationship of smartphone users (SUs) in MCS and presents extensive simulation results to demonstrate the good performance of the proposed incentive mechanisms compared with some existing counterparts. The target audience for this SpringerBrief is researchers and engineers in the area of wireless communication and networking, especially those who are interested in the mobile crowd sensing or incentive mechanism design. Meanwhile, it is also intended as a reference guide for advanced level students in the area of wireless communications and computer networks.
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502879
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Pingyu Jiang
Abstrak :
This book introduces social manufacturing, the next generation manufacturing paradigm that covers product life cycle activities that deal with Internet-based organizational and interactive mechanisms under the context of socio-technical systems in the fields of industrial and production engineering. Like its subject, the book's approach is multi-disciplinary, including manufacturing systems, operations management, computational social sciences and information systems applications. It reports on the latest research findings regarding the social manufacturing paradigm, the architecture, configuration and execution of social manufacturing systems and more. Further, it describes the individual technologies enabled by social manufacturing for each topic, supported by case studies. The technologies discussed include manufacturing resource minimalization and their socialized reorganizations, blockchain models in cybersecurity, computing and decision-making, social business relationships and organizational networks, open product design, social sensors and extended cyber-physical systems, and social factory and inter-connections. This book helps engineers and managers in industry to practice social manufacturing, as well as offering a systematic reference resource for researchers in manufacturing. Students also benefit from the detailed discussions of the latest research and technologies that will have been put into practice by the time they graduate.
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20501364
eBooks  Universitas Indonesia Library