Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Aztira Arbi
Abstrak :
Media baru membawa berbagai fungsi baru. Internet telah menarik perhatian masyarakat karena perannya dalam membangun dan menjaga ikatan sosial antara individu seperti melalui Instagram dan Facebook. media sosial seperti YouTube, Flickr, dan blog juga berfungsi sebagai outlet untuk mengekspresikan diri. Dari perkembangan media ini lahirlah istilah baru, seperti selebgram yang muncul sebagai perkembangan dari media sosial instagram, istilah selebgram ditujukan pada user atau pemilik akun instagram, yang memiliki ribuan hingga jutaan followers. Dalam setiap postingannya baik foto ataupun video, para selebgram biasanya benar-benar melakukan dengan totalitas yang luar biasa untuk mendapatkan banyak ldquo;love';, komentar ataupun followers. Tanpa disadari telah memasuki ranah kekerasan simbolik baik dari selebgram yang ,melakukan postingan maupun dari follower yang memberikan komentar. Jurnal ini menggunakan konsep kekerasan simbolik dari Pierre Bourdieu yang berdasarkan konsep habitus, capital dan arena dalam menganalisis kekerasan halus di dalam postingan dan komentar dalam akun selebgram, dengan, menggunakan metode semiotika sosial dari Theo van Leeuwen. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi habitus pelaku baik selebgram sebagai engunggah maupun followers sebagai pemberi komentar, pemanfaatan kapital dan strategi pemanfaatan kapital dalam arena media sosial, bentuk-bentuk kekerasan simbolik yang dihadapi selebgram sebagai korban dan strategi bahasa yang digunakannya dalam mempertahankan dirinya dalam arena media sosial instagram. ...... New media bring new functions. Internet has attracted the attention of the public because of its role in developing and maintaining social relationships Between individuals such as through Instagram and Facebook. Social media like YouTube, Flickr, and blogs also serve as an outlet for self expression. The development of the new media, brought some new terms such as selebgram that came up from social media instagram, The term of selebgram is aimed at users or the owners of instagram account, who have thousands or millions of followers. In every single post either photo or video, selebgram usually do everything with so much efforts and totality to get 'love', 'comment' and followers. Without realizing it has entered the field of symbolic violence both from the selebgram and the commentator. This journal uses the concept of symbolic violence from Pierre Bourdieu which is based on the concept of habitus, capital and field in analyzing the smooth violence on instagram posts and comments on selebgram account, with ,Using social semiotics methods from Theo van Leeuwen. The purpose of this study is to identify the habitus of selebgram as an actor and also followers as commentator, Capital utilization and capital utilization strategy in the social media field, symbolic violence forms and Symbolic violence forms and the language strategies that used the field of social media instagram.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T48105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Meianzi Yasak
Abstrak :
Perempuan yang hidup dalam sistem patriarki, seperti di Indonesia, berjuang untuk membuktikan bahwa dirinya memiliki kekuatan, mampu bersaing di kancah publik, dan bukan warga negara kelas dua. Idealnya, kebijakan yang terkait dengan hak warga negara harus menempatkan perempuan pada posisi yang setara dengan laki-laki. Diskriminasi berbasis gender di tempat kerja, dalam  upah, promosi, fasilitas, membuat pekerja perempuan di Indonesia lebih rentan dan lebih mungkin  dieksploitasi dibandingkan rekan kerja laki-laki. Sejak dulu jumlah jurnalis laki-laki selalu lebih banyak dibandingkan pewarta perempuan. Apalagi Jumlah mereka yang berprofesi sebagai pewarta foto, nya lebih kecil lagi. Berprofesi sebagai pewarta memiliki tantangan dan risiko tinggi, terlebih untuk perempuan. Mereka harus bersaing dengan pewarta laki-laki untuk mendapat berita secara profesional. Perbedaan pengalaman, identitas gender, struktur patriarki yang dikukuhkan oleh maskulinitas berimplikasi pada karya perempuan fotografer. Pierre Bourdieu, dalam bukunya Masculine Domination menyampaikan bahwa sebagai pria atau wanita, dalam objek yang kita coba pahami, sebetulnya kita telah mewujudkan struktur historis  tatanan maskulin dalam bentuk skema persepsi dan apresiasi yang tidak disadari.  Penelitian ini menelaah sumber semiotik yang dibentuk dari habitus perempuan pewarta foto, yang berimplikasi pada pilihan bahasa visual mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika sosial multimodal. Temuan penelitian ini yaitu (1) sumber semiotik yang dimiliki perempuan pewarta foto tidak bebas, dan ditentukan oleh habitus; (2) media menjadi sumber semiotik perempuan pewarta foto dalam memaknai dominasi maskulin; (3) dominasi wacana maskulin dibentuk dari konstruksi, kekerasan, dan kekuatan simbolik; dan (4) konteks situasi dan budaya pada konsep semiotika sosial Halliday merupakan perwujudan habitus dalam teori Bourdieu. ......Women who live in a patriarchal system like in Indonesia, struggle to prove that they have power, are able to compete in the public arena, and are not second-class citizens. Ideally, policies related to the rights of male citizens should place women in an equal position with men. Gender-based discrimination in the workplace, in terms of pay, promotion, benefits, makes female workers in Indonesia more vulnerable and more likely to be exploited than their male counterparts. Since ancient times, there have always been more male journalists than female journalists. Moreover, the number of women who work as photojournalists is even less. Working as a journalist has high challenges and risks, especially for women. They have to compete with male journalists, to get news in a professional manner. Differences in experience, gender identity, patriarchal structures that are reinforced by masculinity are embodied in the work of female photographers. Pierre Bourdieu, as stated in his book Masculine Domination said that as men or women, in the objects we are trying to understand, we have actually materialized the historical structure of the masculine order in the form of unconscious schemes of perception and appreciation. In this research, I examine semiotic sources formed from the habitus of female photojournalists, which has an implicit effect on their choice of visual language. The research method used is Multimodality Social Semiotics. The findings of this study are (1) the source of semiotics owned by female photojournalists is not independent, and is determined by habitus; (2) the media is a semiotic source of female photojournalists in interpreting Masculine Domination; (3) Masculine Discourse Domination is formed from construction, violence, and symbolic power; (4) The context of situation and culture in Halliday's concept of Social Semiotics, is the embodiment of habitus in Bourdieu's theory.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledin, Per
Los Angeles: Sage, 2018
302.226 LED d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umboh, Femy F.
Abstrak :
This study question about how Indonesian Citizenship Representation in signs on the preaching of the Red and White flag hoisting in Manado Post Online Edition August 2016 and discourse what is intended by the media through social reality of Indonesian citizenship. From the discussion, it can be argued that it is related to the first question in the context of citizenship, individual citizens through the media reprsentation by their social reality construction as individuals to be pitied; individual who loves the citizen even though in reality she was foreigns; informal individual citizen; encouraging individual media; and individuals create momentum Parliament revised Law on Citizenship. There are five discourse delivered media, namely that Gloria Natapraja Hamel individuals to be pitied because of their citizenship status is questioned by the committee of Paskibraka 2016 ; Gloria Natapraja Hamel is people who really love Indonesia eventhough she is a foreign.; Gloria Natapraja Hamel is an informal of Indonesia Citizen who can not participate as a member of the flag raisers heritage because she is a france.; media are very glad because Gloria rejoin and the case of Gloria as a momentum for arliament Revised Citizenship Act. Academically results of this study would be useful in complementing the existing literature. While in practice the results are expected to help consumers of media in an effort to improve media literacy.

Penelitian ini mempertanyakan bagaimana Representasi Kewarganegaraan Indonesia dalam tanda-tanda pada Pemberitaan tentang Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Manado Post Online edisi Agustus 2016) dan Wacana apa yang hendak disampaikan media melalui realitas sosialnya tentang kewarganegaraan Indonesia. Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan bahwa terkait pertanyaan pertama maka dalam kontek kewarganegaraan, Individu Warga negara direprsentasikan media melalui konstruksi ralitasnya sebagai individu yang patut dikasihani; individu yang lebih mencintai WNI meski dalam realitanya dia ber-WNA; individu WNI informal; individu yang menggembirakan media; dan individu membuat momentum DPR Revisi UU Kewarganegaraan. Ada lima wacana yang disampaikan media, yaitu bahwa Gloria Natapraja Hamel individu yang patut dikasihani karena status kewarganegaraannya dipermasalahkan panitia Paskibraka 2016.; Gloria Natapraja Hamel individu yang lebih mencintai WNI meski dalam realitanya dia ber-WNA.; Gloria Natapraja Hamel individu WNI informal yang tak bisa ikut menjadi anggota pengibar bendera pusaka karena ber-WNA Prancis.; media bergembira karena Gloria bergabung kembali dan Kasus Gloria Natapraja Hamel momentum DPR Revisi UU Kewarganegaraan. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam melengkapi literatur yang telah ada sebelumnya. Sementara secara praktis maka hasilnya diharapkan dapat membantu para konsumen media dalam upaya meningkatkan literacy media.
Peneliti Bidang Media Massa pada Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado, 2016
607 JSKM 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Pramana Nugraha Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai konstruksi figur pejabat publik yang diamati melalui pernyataan Ahok dan Ridwan Kamil terkait pengambilan keputusan di bidang pelayanan publik pada teks berita di lima media online. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan analisis semiotika sosial dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan media online melakukan pembentukan realita terkait konstruksi figur pejabat publik Ahok dan Ridwan Kamil melalui realitas simbolik yang berupa teks berita terkait Taksi Uber dan Sungai Epicentrum yang dikeluarkan oleh pekerja media sebagai manifestasi realita subjektif serta dengan melakukan perbandingan antara keduanya terhadap realitas objektif yang diperoleh dari pengamatan pada teks berita Taksi Uber dan Sungai Epicentrum (realita simbolik) yaitu berupa konstruksi realita Ahok sebagai pejabat publik yang memang dikenal arogan, represif, dan tidak memiliki etika yang baik dan Ridwan Kamil sebagai pejabat publik yang memang dikenal solutif, memperhatikan masyarakat, dan memiliki etika baik sebagai pejabat publik
ABSTRAK
This paper discusses about the construction of public official figure performed by Ahok and Ridwan Kamil statements related to public services on the context of news text in five online medias. This research is qualitative and using social semiotic analysis with descriptive design. The results of this study stated that online medias perfom construction of public official figure perfomed by Ahok and Ridwan Kamil through reality symbolic in this paper is seen through news articel, specifically Taxis Uber and River Epicentrum cases, which affirmed through media workers as a manifestation of subjective reality by conducting a comparison between the objective reality derived from the observations on the news articles of Taxis Uber and River Epicentrum (as a symbolic reality) in the form of constrution of reality Ahok who is known arrogant, repressive, and not have good ethics as a public official and Ridwan Kamil who is known wise-person, sidding to the community, and have good ethics as a public officia
2016
S63184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buanawista Fajar Gafawidj
Abstrak :
Penelitian ini mencoba melihat pembingkaian teroris jika ditinjau dari aspek komprehensif dan proporsionalitas berita di harian Kompas dan Media Indonesia. Aspek komprehensif dilihat melalui pemilihan nara sumber, dan aspek proporsional berita dilihat dari penggunaan gaya bahasa dalam suatu teks berita. Pemilihan nara sumber dan gaya bahasa dari suatu media diasumsikan oleh penulis memiliki keterkaitan dengan kebijakan media. Pendekatan yang digunakan adaiah kualitatif dengan paradigma konstruktivis, dan metode analisis teks dilakukan dengan analisis semiotika sosial dari Halliday. Peneliti menemukan adanya kaitan antara kebijakan media dengan penyajian aspek komprehensif dan proporsionalitas berita dalam pemberitaan teroris, yang dilihat dari pemilihan nara sumber dan penggunaan gaya bahasa. Hal ini sesuai dengan Teori Konstruksi Realitas Sosial yang menyebutkan bahwa media membentuk realitas tangan kedua tentang teroris. ......This study tried to see the framing of terrorist viewed from the aspect of a comprehensive and proportionality news in Kompas and Media Indonesia. Comprehensive aspect viewed by the news-resource selection, and the proportional aspect of news viewed from the use of language style in a news text. News- resource selection and style of a language assumed by the authors has a relationship with the media policy. This study used qualitative approach and constructivist paradigm, and methods of social semiotic by Halliday. AuAor found a connection between the media policy and the presentation of a comprehensive and proportionality in the terrorist news, viewed from the news-resource selection and the use of language style. This is in accordance with the theory of Social Construction of Reality which mentions that the media build the second hand reality about terrorists.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5187
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library