Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutabarat,Timotius Parsaulian Aubriel
"Tulisan ini berfokus pada pembahasan fenomena kejahatan siber doxxing yang dialami oleh jurnalis media berita Liputan6 setelah melakukan publikasi artikel “cek fakta”. Doxxing merupakan kejahatan siber yang belakangan ini sering terjadi dalam ruang siber terhadap jurnalis dan ditujukan untuk menimbulkan kerugian signifikan pada korban meskipun dilakukan hanya melalui media siber seperti media sosial karena adanya fitur-fitur pada ruang siber terkait yang mendorong proses perilaku kejahatan siber dapat terjadi. Dengan mengacu kepada fenomena kejahatan siber sebagai data sekunder dan literatur-literatur terdahulu, tulisan ini menganalisis fenomena tersebut dengan mengidentifikasi fitur-fitur ruang siber pada kasus untuk mengetahui bagaimana kejahatan siber doxxing pada kasus menggunakan fitur-fitur tersebut. Kemudian, temuan tersebut selanjutnya diteliti dengan postulat-postulat pada teori space-transition untuk menjelaskan bagaimana fitur-fitur tersebut dengan teori space-transition menjadi sebuah proses yang mendorong kejahatan siber doxxing pada kasus dapat terjadi. Saran selanjutnya disusun berdasarkan penjelasan teoritis yang telah dilakukan.
......This paper focuses on the discussion of the doxxing cybercrime phenomenon which happened to a journalist of Liputan6 news media following the publication of “fact check” article. Doxxing cybercrime has been prominent within the cyberspace directed at victimised journalists to impose significant harm in spite of the criminal act having only been done through cyber media such as social media due to the existence of cyberspace features which aided the said crime. Through referring to the criminal phenomenon as secondary data and to preceding literatures, this paper analyses the phenomenon by identifying cyberspace features within its context to discover how the doxxing cybercrime utilised the features. Furthermore, the findings are then contextually analysed with the postulates of space transition theory to expose how the cyberspace features and the postulates became a process which aided the doxxing against Liputan6 journalist to occur. Additional recommendations are also formed based on the theoretical analysis done."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Firdaus Sofyanto
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana akustik pada suatu ruang dapat mempengaruhi aktivitas yang ada di dalam ruang tersebut serta memiliki suasana ruang yang berbeda. Akustik dan arsitektur memiliki elemen elemen dasar yang jika disusun dengan baik dan benar akan dapat menjadi satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lain. Elemen elemen dasar pada akustik yang utama yaitu, direct arrival, intimacy, diffusion, warmth, waktu dengung, clarity, liveness, texture, dan blend assemble. Pada arsitektur juga terdapat elemen elemen dasar seperti kualitas ruang, program ruang, tampak bangunan, dan fungsi bangunan. Elemen elemen arsitektur yang sudah saya sebutkan ini dapat juga dilihat dari sudut pandang akustik. Pada ruang nobar sendiri, kriteria-kriteria yang dibutuhkan adalah direct arrival, intimacy, diffusion,dan waktu dengung.

ABSTRACT
This thesis discusses how acoustic may affect activity at the room and have different atmosphere for every activity. Acoustic and Architecture have basics element which are can be a good combination if prepared well. The basics element of acoustic are , direct arrival, intimacy, diffusion, warmth, reverbation time, clarity, liveness, texture, and blend assemble. In Architecture there are basics element which are space quality, programming, fa ade, and the function. That basics element of architecture can be seen at acoustic too. At nobar space it self, direct arrival, intimacy, diffusion,and reverbation time are the criretia that nobar space must have. "
2017
S67175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defiera Anindita Putri
"Kemunculan situs kencan daring membuka peluang baru bagi para penipu untuk melakukan variasi metode dalam aksi penipuannya, hal itu dapat dilihat dengan meningkatnya kasus online romance scam. Online romance scam terkadang digambarkan sebagai bentuk baru dari kejahatan, tetapi sebenarnya ini adalah cara terbaru dari kejahatan yang sudah ada. Tulisan ini akan memberikan tinjauan kriminologis tentang fenomena kejahatan online romance scam di aplikasi kencan daring dengan menggunakan Space Transition Theory dan Scammers Persuasive Techniques Model melalui penggambaran kasus di film dokumenter ‘The Tinder Swindler’. Metode yang digunakan adalah teknik analisis isi kualitatif, yang berguna untuk memahami isi, informasi, dan juga makna yang terkandung dalam media berupa film dan serial televisi. Hasil analisis menunjukan bahwa online romance scam terjadi karena ruang siber memberikan keuntungan bagi para penipu karena adanya fleksibilitas identitas, sifat ruang dan waktu yang dinamis, dan kurangnya pencegahan di dunia maya. Selain itu, kejahatan ini selalu berhubungan dengan pencurian identitas. Tulisan ini juga menemukan bahwa pelaku dalam film The Tinder Swindler menggunakan tujuh tahap untuk menipu korbannya. Tahap merawat korban adalah tahap yang paling penting bagi pelaku untuk mendapat kepercayaan korban. Kemudian, pelaku online romance scam menipu dalam jumlah uang yang besar dan menimbulkan kerugian psikologis yang serius bagi korban.
......The presence of online dating sites opens up new opportunities for fraudsters to carry out various methods in their fraudulent action, this can be seen by the increase of online romance scam cases. Online romance scam is sometimes portrayed as a new form of crime, but in fact it is the latest addition to an existing crime. This paper will provide a criminological review of online romance scam in online dating sites using the Space Transition Theory and the Scammers Persuasive Techniques Model through the representation on the documentary film, ‘The Tinder Swindler’. The method used is a qualitative content analysis technique, which is useful for understanding the content, information, and the meaning contained in the media in the form of films and television series. The results of analysis show that online romance scam occur because cyberspace provides many advantages for fraudsters due to the flexibility of identities, dynamic space and time, and the lack of deterrence in cyberspace. Moreover, this crime is always associated with identity theft. This paper also finds that the perpetrator in ‘The Tinder Swindler’ uses seven steps to deceive his victims. The stage of grooming the victim is the most important stage for the perpetrator to gain the victim's trust. Afterward, the perpetrators of online romance scam defraud large amounts of money and inflict serious psychological harm for the victims."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library