Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurma Midayanti
Abstrak :

Banyak literatur membuktikan bahwa interaksi sosial berpengaruh secara signifikan pada hasil individu dalam berbagai konteks. Interaksi sosial di Indonesia menunjukkan bahwa dalam lingkungan tempat tinggal, rumah tangga di Indonesia sangat saling tergantung dengan rumah tangga tetangga. Penelitian ini mencoba untuk memperbanyak analisis kesejahteraan rumah tangga sebelumnya dengan memasukkan efek interaksi sosial dalam model dan mencoba untuk menemukan bukti pengaruh interaksi sosial terhadap kesejahteraan rumah tangga. Mengingat interaksi rumah tangga berhubungan dengan rumah tangga tetangganya di lingkungan tempat tinggal yang sama, penelitian ini menerapkan model linear-in-means ketika rumah rumah tangga berinteraksi dalam kelompok dengan menggunakan model spatial autoregressive moving average (SARMA) untuk memperhitungkan saling ketergantungan antar rumah tangga. Pengaruh interaksi sosial dapat diukur melalui efek endogen-mengukur bagaimana kesejahteraan rumah tangga dipengaruhi oleh kesejahteraan tetangga dan efek kontekstual-pengaruh karaktektistik eksogen tetangga terhadap kesejahteraan rumah tangga. Data set yang digunakan bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012 dan model menunjukkan bukti kuat untuk efek endogen dan kontekstual yang mengindikasikan adanya efek interaksi sosial diantara rumah tangga di lingkungan perumahan. Hasil penelitian menunjukkan peer effect lingkungan sangat positif terkait dengan kesejahteraan rumah tangga. Karakteristik tetangga juga penting. Pendidikan, pekerjaan, dan status migran rumah tangga memiliki spillover effect positif pada kesejahteraan rumah tangga. Pada sisi prespektif kebijakan, peer effect endogen yang positif dan signifikan dapat dianggap sebagai input untuk meningkatkan kebijakan pengentasan kemiskinan.    


Many empirical literatures confirm that social interactions have significant effect to individual outcomes in various contexts.  In Indonesia, social interactions in the neighborhood show that households in Indonesia are highly interdependence to neighboring households. This study attempts to enhance previous analysis of household welfare with incorporating social interactions effects in the model and attempt to find evidence of social interaction effects in household welfare. Since households interaction correlates with their neighbors at the same residential neighborhood, the study applies linear-in-means model when households interact in groups by using the spatial autoregressive moving average (SARMA) models for taking into account the interdependence among households. The social interactions effects can be measured from endogenous effect-measure how households welfare is affected by neighbors welfare and contextual effect-the influences of neighbors exogenous characteristics on household welfare. The data set from 2012 Social Economics Survey (Susenas) is used and the models show a strong evidence for both endogenous and contextual effects that indicate the presence of social interaction effects among households in residential neighborhood. The results suggest the neighborhood peer effects are strongly positively associated with household welfare. Neighbors characteristics also matter. Their education, employment and migrant status have positive spillover effects on household welfare. From a policy perspective, the positive and significant of endogenous peer effects could be considered to be an input for improving poverty alleviation policy.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Kurniawan Salam
Abstrak :
Kondisi sektor manufaktur di indonesia masih jauh dari harapan karena sedang mengalami fenomena gejala deindustrialisasi. Untuk menggenjot kinerja sektor manufaktur, Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pengembangan Kawasan Industri. Secara teoritis, kawasan industri merupakan bentuk umum dari aglomerasi industri. Penelitian ini ingin menganalisis dampak aglomerasi industri dan regional karakteristik terhadap PDRB di 33 provinsi di Indonesia. Dengan menggunakan analisis ekonometrika spasial, penelitian ini mampu melihat fenomena aglomerasi dalam aspek kewilayahan. Hasil dari penelitian ini adalah pada observasi penelitian di seluruh Indonesia, pengaruh variabel aglomerasi berupa spesialisasi lebih memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap PDRB daripada variabel diversity. Akan tetapi, apabila observasi penelitian khusus Pulau Jawa maka pengaruh variabel aglomerasi berupa diversity lebih berdampak positif signifikan dari pada spesialisasi. Lebih lanjut, tidak ditemukannya efek limpahan yang signifikan dari variabel aglomerasi terhadap PDRB provinsi tetangga. Untuk variabel karakteristik regional dapat disimpulkan bahwa hanya variabel populasi dan pelabuhan yang berpengaruh positif signifikan terhadap PDRB secara konsisten.  Sedangkan, untuk variabel human capital dan capital expenditure tingkat signifikansinya dipengaruhi oleh letak geografis observasi antara Pulau Jawa dan non-Pulau Jawa. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa aktivitas ekonomi di Luar Pulau Jawa perlu ditingkatkan sebagai upaya distribusi ekonomi. ......The condition of  manufacturing sector in Indonesia is still far from expectations. It has experienced the phenomenon of deindustrialization. To boost the performance manufacturing sector, the Government of Indonesia has implemented a policy in the form of industrial estates. Theoretically, industrial estates are a general form of industrial agglomeration. This study wants to analyze the impact of industrial agglomeration and regional characteristics on GRDP in 33 provinces in Indonesia. By using spatial econometric analysis, this research is able to see the phenomenon of agglomeration in regional aspects. The results of this study are shown that with observation throughout Indonesia, the influence of agglomeration in the form of specialization has a more significant positive affect on GRDP than the diversity. However, with the observation in Java Island, the inffluence of aglomeration in the form of diversity has a more significant positive impact on GRDP than specialization. Furthermore, there was no significant spillover effect of the agglomeration variable on the GRDP of neighboring provinces. Meanwhile, the significance level of human capital and capital expenditure variables is influenced by the geographical location of observations, between Java and non-Java islands. This gives the conclusion that economic activity outside Java needs to be increased as an effort to distribute the economy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhisa Azaliah
Abstrak :
Konvergensi intensitas energi merupakan suatu alat bantu dalam menilai efektifitas kebijakan dalam mengurangi intensitas energi. Studi ini menganalisis konvergensi intensitas energi di Indonesia berdasarkan data panel 33 provinsi untuk periode 2008-2015 dengan mengukur konvergensi sigma, konvergensi beta absolut dan kondisional. Untuk mengukur kebergantungan spasial dari intensitas energi maka dalam pengukuran konvergensi beta digunakan metode ekonometrika spasial. Hasil empiris menunjukkan bahwa terdapat bukti dari kedua konvergensi beta absolut dan kondisional tetapi tidak dengan konvergensi sigma. Variabel-variabel yang mendorong terjadinya konvergensi intensitas energi seperti pendapatan provinsi, peran industri menufaktur, peran perdagangan internasional, FDI dan kepadatan penduduk. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa menggunakan teknologi industri yang lebih efisien, menarik investasi asing kepada sektor non-industri, mengembangkan ekspor dari sektor yang sedikit menggunakan energi merupakan kebijakan yang dapat dikembangkan. Selain itu dorongan dari dampak limpahan spasial mengindikasikan bahwa intensitas energi dari suatu provinsi turut berkontribusi pada intensitas energi provinsi tetangganya. Oleh karena itu, koordinasi antar daerah berperan besar dalam mendorong penggunaan energi lebih bijaksana.
Energy intensity convergence is a tool to assess the effectiveness of policies in reducing energy intensity. This study analyzes the convergence of energy intensity in Indonesia based on panel data of 33 provinces for the period 2008-2015 by measuring sigma convergence, absolute and conditional beta convergence. To measure the spatial dependence of energy intensity, spatial econometric are used in the measurement of beta convergence. Empirical results show that there is evidence of both absolute and conditional beta convergence but not with sigma convergence. Variables that encourage the convergence of energy intensity such as provincial income, the role of manufacturing industries, the role of international trade, FDI and population density. From the analysis, it found that using more efficient industrial technology, attracting foreign investment to non-industrial sectors, developing exports from sectors that use less energy are policies that can be developed. In addition, the encouragement of the effects of spatial spillover effect indicates that the energy intensity of a province contributes to the energy intensity of neighboring provinces. Therefore, coordination between regions plays a major role in encouraging wiser use of energy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Juliarini Putri
Abstrak :
Berdasarkan data migrasi risen, dalam lima dekade terakhir sejak tahun 1990 hingga 2010 jumlah penduduk Jakarta menunjukkan tren negatif. Sebagian besar penduduk cenderung pindah dari daerah pusat kota ke daerah pinggiran Jakarta sekitar Jawa Barat dan Banten. Peningkatan populasi di daerah tersebut juga meningkatkan kepadatan penduduk serta jumlah pekerja potensial dan menciptakan insentif bagi perusahaan untuk pindah untuk mencari tingkat biaya produksi yang lebih rendah terutama pada tingkat upah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk dan pola pergerakan upah di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten selama periode 2001-2013 dengan menggunakan pendekatan spasial dan non spasial pada 33 kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, dengan variabel PDRB, jumlah perusahaan, jumlah pengangguran, dan investasi juga digunakan untuk menggambarkan karakteristik daerah. Regresi panel spasial digunakan untuk melihat interaksi spasial antar wilayah, yang tidak dapat diperoleh dengan metode klasik Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepadatan penduduk secara signifikan mempengaruhi upah riil baik di panel spasial dan non spasial serta terdapat autokorelasi spasial positif antar daerah, yang berarti terdapat pengaruh spasial upah riil antar wilayah.
According to net recent migration data, total population of Jakarta has decreased in the last five decades since 1990 until 2010. Most of the population tends to moved out from central city area to Jakarta?s periphery area around West Java and Banten. The increase of population in that area also increased the potential workers and created incentives for firms to move to find the lower cost of production on wages. This study aims to recognize the effect of population density and wage pattern in Greater Jakarta (Jakarta, West Java, and Banten) during the periode 2001-2013 using spatial and non spatial approach. We use panel data of 33 county/city in Jakarta, West Java, and Banten Province, while GDRP, number of firms, number of unemployment, and investment is also used as the proxy of region?s characteristic. By using spatial panel regressions we want to prove that there are spatial interactions among regions, which cannot be estimated by classic method of Ordinary Least Square (OLS). The results show that population density significantly affect the real wage both in spatial panel and non spatial panel then there are a positive spatial autocorrelation among regions, which means there are the spatial effect on real wage among regions.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atina Saraswati
Abstrak :
Upaya pengurangan intensitas energi merupakan masalah energi yang sangat penting Indonesia. Pembangunan ekonomi regional Indonesia yang tidak merata mengarah ke kesenjangan yang terkait dengan intensitas energi regional. Namun, berbagai penelitian sebelumnya sangat sedikit yang mempertimbangkan intensitas energi Indonesia kesenjangan intensitas energi regional di Indonesia dan efek spasialnya. Penyerapan investasi asing langsung yang membawa teknologi maju ke Indonesia berdampak penting pada intensitas energi Indonesia. Analisis penelitian ini apakah investasi asing langsung dapat mengurangi intensitas energi regional, menggunakan data panel dari 33 provinsi pada periode 2008-2015. Sehubungan dengan penelitian sebelumnya yang belum dipertimbangkan Ketergantungan spasial, penelitian ini menitikberatkan pada metode statistik spasial. Berdasarkan Uji Moran menemukan bahwa provinsi dengan intensitas energi tinggi cenderung demikian cluster dengan provinsi yang juga memiliki intensitas energi tinggi jika tidak. Hasil empiris dengan menggunakan model spasial Durbin menunjukkan bahwa dampak limpahan investasi asing langsung pada provinsi itu sendiri dan dampaknya limpasan spasial dari provinsi tetangga memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap intensitas energi. Hasil ini bisa disebabkan oleh salah satunya penanaman modal asing langsung di Indonesia yang masih didominasi oleh kegiatan ekonomi di sektor padat energi. Berdasarkan analisis, tingkatkan aliran masuk Investasi asing langsung belum menjadi cara yang efektif untuk mengurangi Intensitas energi regional Indonesia. Demikian penelitian ini menunjukkan bahwa jika kebijakan tersebut untuk meningkatkan arus masuk investasi langsung asing negara-negara di Indonesia dalam rangka mendongkrak perekonomian memang diperlukan disertai dengan pemilihan arus masuk dan pelaksanaan investasi asing langsung peraturan tentang penggunaan energi ......Efforts to reduce energy intensity are a very important energy problem for Indonesia. Indonesia's uneven regional economic development leads to gaps related to regional energy intensity. However, very few previous studies have considered Indonesia's energy intensity, regional energy intensity gaps in Indonesia and their spatial effects. The absorption of foreign direct investment that brings advanced technology to Indonesia has an important impact on Indonesia's energy intensity. This research analyzes whether foreign direct investment can reduce regional energy intensity, using panel data from 33 provinces in the 2008-2015 period. In connection with previous studies that have not considered spatial dependence, this study focuses on spatial statistical methods. Based on Moran's test, it is found that provinces with high energy intensity tend to be in a cluster with provinces that also have high energy intensity if not. The empirical results using the Durbin spatial model show that the impact of foreign direct investment spillover on the province itself and its impact on spatial runoff from neighboring provinces has a positive relationship. significant to energy intensity. This result could be caused by one of them foreign direct investment in Indonesia which is still dominated by economic activities in the energy-intensive sector. Based on the analysis, increasing the inflow of foreign direct investment is not yet an effective way to reduce it Indonesia's regional energy intensity. Thus this research shows that if the policy is to increase the inflow of foreign direct investment of countries in Indonesia in order to boost the economy, it is indeed necessary, accompanied by the selection of inflows and the implementation of foreign direct investment, regulations on energy use
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library