Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhri Hadi
"Kota Pariaman merupakan salah satu kota di Indonesia yang terindikasi rawan terhadap bencana tsunami dikarenakan lokasinya yang berada di pinggir pantai serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Desa pesisir Kota Pariaman yang menghadap langsung ke lepas laut membuat desa pesisir tersebut semakin rentan terhadap tsunami. Oleh karena itu, diperlukan penelitian kerentanan wilayah terhadap tsunami guna meminimalkan kerugian akibat bencana.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami. Kerentanan wilayah dilihat dari keterpaparan, sensitivitas, serta ketahanan. Keterpaparan dilihat dari ketinggian, jarak dari garis pantai, lereng, dan jarak dari sungai. Sensitivitas dilihat dari jumlah penduduk, dan kualitas bangunan. Ketahanan dilihat dari persepsi dan pengetahuan mitigasi bencana, serta sosialisasi mitigasi bencana. Setiap komponen tersebut kemudian ditampalkan dengan teknik overlay skoring dan pembobotan sehingga diperoleh kerentanan wilayah terhadap tsunami. Pola spasial kerentanan wilayah terhadap tsunami dapat diperoleh dari kerentanan wilayah tersebut dengan menggunakan nearest neighbor analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan Rendah lebih mendominasi, kemudian diikuti oleh Sedang dan Tinggi. Tingkat kerentanan Rendah terhadap tsunami berada di kelompok permukiman selatan dengan tingkat keterpaparan Sedang, sensitivitas Rendah, dan ketahanan Tinggi dengan pola seragam.

Pariaman city is one of cities in Indonesia that is indicated prone to tsunami due to its location which is directly adjacent to the Indian Ocean. The coastal villages of Pariaman City that faces directly to the offshore makes the coastal villages more vulnerable to tsunamis. Therefore, it is necessary to study the vulnerability of the region to the tsunami to minimize disaster losses.
This study aims to see the pattern of regional vulnerability of tsunami. The vulnerability of this region is seen from exposure, sensitivity, and resillience. Exposure is seen from the elevation, distance from shoreline, slope, and distance from river. Sensitivity is seen from total population, and building quality. Resilience is seen from perception and knowledge of tsunami mitigation, and socialization of tsunami mitigation. Each component is overlaid with overlay techniques scoring and weighting to obtain the vulnerability of the region to the tsunami. Spatial patterns of regional vulnerability to tsunamis can be seen from the vulnerability of the region using nearest neighbor analysis.
The results showed that Low vulnerability level is dominated, followed by Moderate and High . Low level is located in the southern settlement group with Moderate exposure, Low sensitivity and High resilience with dispersed pattern.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nurhaerati Riyanto Puteri
"ABSTRAK
Pola harga tanah menunjukkan bahwa nilai tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya faktor struktural, aksesibilitas dan lingkungan (Osland, 2010). Penelitian ini membuktikan bahwa tinggi rendahya harga tanah di Jakarta sangat dipengaruhi oleh 6 (enam) faktor, antara lain: luas wilayah, kepadatan penduduk, pasar dan pusat belanja, fasilitas kesehatan, serta jumlah kriminalitas. Data yang digunakan adalah level mikro pemerintahan daerah DKI Jakarta yang tersebar di 261 Kelurahan (tanpa kepulauan seribu). Adapun variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ZNT (Zona Nilai Tanah) sedangkan variabel independen terdiri dari beberapa unsur utama dalam hedonic price, yaitu faktor struktural (luas wilayah dan kepadatan penduduk), faktor aksesibilitas (jarak halte, jarak tol dan jarak stasiun) serta atribut lingkungan (fasilitas publik dan keamanan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model terbaik pada analisis ekonometrik spasial adalah metode regresi lag atau yang dikenal dengan SAR (Spatial Autocorrelation Regressive). Selain itu, model yang digunakan secara khusus adalah LISA (Local Indicator Spatial Association), dimana model ini dapat mengukur harga tanah dalam klaster dan mengkaji pengelompokan spasial yang signifikan di sekitar wilayah pengamatan. Pengamatan dengan LISA menggunakan 2 pendekatan, yaitu Univariate Local Spatial dan Bivariate Local Spatial, yang pada akhirnya akan membentuk konfigurasi pola spasial nilai tanah dan disajikan dalam peta sebaran wilayah. Hasil konfigurasi peta dengan LISA diharapkan dapat memberi kontribusi yang tepat untuk mengeksplorasi kebijakan nilai tanah dan struktur tata ruang kota DKI Jakarta.

ABSTRACT
The pattern of land prices shows that land values are influenced by various factors, especially structural, accessibility and environmental factors (Osland, 2010). This study proves that the high level of land prices in Jakarta is strongly influenced by 6 (six) factors, including: area, population density, market and shopping center, health facilities, and the number of crimes. The data used is the micro level of regional government of DKI Jakarta which is spread in 261 subdistrict (without pulau seribu). The dependent variable used in this study is ZNT data (Land Value Zone), while the independent variable consists of several main elements in the hedonic price, namely structural factors (area and population density), accessibility factors (distance of stops, toll distance and station distance), as well as environmental attributes (public facilities and security).
The results of this study indicate that the best model in spatial econometric analysis is the lag regression method, also known as SAR (Spatial Autocorrelation Regressive). In addition, the model used specifically is LISA (Local Indicator Spatial Association), where this model can measure land prices in clusters and study significant spatial groupings around the observation area. Observation with LISA uses 2 approaches, namely Univariate Local Spatial and Bivariate Local Spatial, which in turn will form a configuration of spatial patterns of land values and are presented in a regional distribution map. The results of map configurations with LISA are expected to provide the right contribution to explore the land value policy and city spatial structure of DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti Dahayu Desi Juwitasari
"Dinamika pola spasial memberikan kontribusi pada proses spasial yang nyata dalam aspek lingkungan ataupun budaya. Salah satu penerapan penggunaan konsep pola spasial adalah bidang perniagaan, di mana memiliki pergerakan unik pada tiap unitnya untuk memasarkan barang. Dalam penelitian ini, analisis pola spasial tertuju pada pedagang kopi keliling di daerah Senen, Jakarta Pusat. Para pedagang tersebut membentuk satu komunitas PKL yaitu Kampung Starling yang berdiri sejak tahun 2010 yang beranggotakan masyarakat suku Madura perantau dari Kabupaten Sampang. Suku Madura memiliki karakteristik dan caranya tersendiri dalam menentukan pergerakan aktivitas penjualan mereka, karena menentukan hasil penjualan mereka dari berbagai aspek. Hal inilah yang menyebabkan Kampung Starling menjadi homogen dan sangat jarang ada suku lain yang bergabung. Indikator yang menjadi pokok analisis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karakteristik pedagang dan aktivitas pedagang. Indikator karakteristik terdiri dari usia, suku, hubungan kekerabatan dengan agen, lama waktu berdagang, serta pendapatan pedagang. Sementara indikator aktivitas terdiri dari rute, waktu, dan panjang rute berdagang. Penelitian ini memanfaatkan penggunaan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Data primer didulang dari observasi dan wawancara mendalam para PKL. Data sekunder diambil dari dokumentasi. Pengolahan data melakukan klasifikasi dan pemetaan data terhadap transkripsi wawancara. Teknik dalam menganalisis data yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif melalui triangulasi data. Hasil dilaksanakannya riset ini membuktikan bahwa pola spasial yang berbeda di antara pedagang sebagian besar merupakan loyalitas pengamalan nilai-nilai kemaduraan yang senioritas, serta homogenitas suku memberi kemudahan dan kelancaran interaksi antara pedagang dan agen.

The dynamics of spatial patterns contributes to spatial processes in many environmental or cultural aspects. One application of the use of the spatial pattern concept is in the field of commerce, where each unit has a unique movement to market goods. In this study, spatial pattern analysis focuses on mobile coffee trader in Kecamatan Senen, Central Jakarta. These traders formed a community of street vendors, namely Kampung Starling, which was established in 2010 with members of the overseas Madurese community from Sampang Regency. The Madurese have their own characteristics and ways of determining the movement of their sales activities, thus determining their sales results from various aspects. This is what causes Kampung Starling to become homogeneous and it is very rare for other ethnic groups to join. The indicators that are the subject of analysis are divided into two types: characteristic of the traders and activity of the traders. Characteristic indicators consist of age, ethnicity, kinship with the agent, length of trading time, and trader's income, while activity indicators consist of routes, time, and length of trading routes. This research utilizes the use of a qualitative descriptive method through a case study approach. Primary data was obtained from observations and in-depth interviews with street vendors. Secondary data is taken from the documentation. Data processing performs classification and mapping of data against interview transcriptions. The technique used in analyzing the data is descriptive qualitative through data triangulation. The results of this research prove that the different spatial patterns among traders are mostly a form of loyalty to the tribal practice of seniority, and ethnic homogeneity provides ease and smoothness of interaction between traders and agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Ajeng Widowati
"Teori Krugman mengungkapkan bahwa adanya skala ekonomi, wilayah maju memiliki karakteristik perindustrian, sehingga tenaga kerja akan melakukan migrasi ke wilayah tersebut. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antar pola migran tenaga kerja terhadap konsentrasi industri. Sehubungan dengan itu penelitian ini bertujuan untuk melihat teori Krugman dapat diterapkan di Pulau Jawa atau tidak. Pulau Jawa memiliki tingkat ekonomi yang maju dibandingkan Pulau-pulau lainnya di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah data kependudukan, pertumbuhan ekonomi, dan industri. Kemudian diolah dengan menggunakan metode overlay dan crosstab. Pergeseran karakteristik migran tenaga kerja yang terlihat yaitu migran tenaga kerja perempuan terampil serta lakilaki ahli. Migran tenaga kerja perempuan terampil bergeser dari zona tengah dan selatan Pulau Jawa ke zona tengah Pulau Jawa dalam status ekonomi yang sama yaitu tidak maju. Migran tenaga kerja laki-laki ahli tetap berada di zona selatan dengan status ekonomi tidak maju, tetapi mengalami pergeseran dari wilayah dengan 1 jenis spesialisasi ke wilayah dengan 2 jenis spesialisasi industri. Sedangkan konsentrasi industri manufaktur mengalami pergeseran hanya di zona utara dan tengah. Dengan demikian pergeseran pola migran tenaga kerja tidak memiliki keterkaitan dengan pergeseran konsentrasi industri.

Krugman's theory reveals that in the existence of economies of scale, developed region has characteristic of industry, so that labor will migrate to the region. This shows an association between the patterns of migrant labor to the industrial concentration. The study aimed to look at whether The Krugman's theory could be applied in Java or not. The island of Java had an advanced economic level compared to other islands in Indonesia. The variables used were population data, economic growth, and industry. Then the data processed using the overlay method and crosstab. There were shift characteristics of skilled migrant woman workers and male experts. Skilled migrant woman workers shifted from central and southern zones of the island of Java to the middle zone of the island of Java in the same unprogressive economic status. Experted migrant man labors remained in the southern zone with the unprogressive economic status, but they shifted from areas with a kind of specialization to the region with two types of industrial specialization. On the other hand, the concentration of manufacturing industry shifted only in the northern and central zones. In the conclusion, the shift pattern of migrant labor had no connection with the shift of industrial concentration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1956
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Startian Bonata
"Di era digital dewasa ini, hampir seluruh aktivitas yang manusia lakukan bergantung pada internet bahkan muncul tren berbelanja yang dilakukan melalui internet yang dikenal dengan istilah belanja online. Belanja online dilakukan melalui sebuah platform belanja yang dikenal sebagai e-commerce. Subyek dalam penelitian ini adalah konsumen belanja online dari segmen mahasiswa. Kegiatan belanja online dan perilaku konsumen dalam bertransaksi online seolah telah mengikis arti penting ruang. Peran ruang baik riil maupun virtual dalam proses belanja online pun dipertanyakan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan statistik, pendekatan moment of truth MOT, dan pendekatan keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap tahapan belanja online, ruang masih terlibat baik sebagai media ataupun sebagai penghalang yang membentuk suatu pola keruangan yang khas. Ruang yang terdisrupsi disruptive space juga merupakan fenomena geografi yang terjadi dan diungkap dalam penelitian ini. Ruang yang menjadi elemen kunci disiplin ilmu geografi tidaklah lenyap dan hilang tetapi telah mengalami transformasi.

In the digital era, as now, all activity largely depends on the internet. Online shopping is the new way of shopping and so e commerce is the platform which normally used for this purpose. Online shopping have eroded the use of space significanly. That is why, through this study, the role of space in ldquo real rdquo and ldquo virtual rdquo terms will be reviewed further to answer the research problem. The research was carried out through two different kind of approaches which is statistical approach and spatial approach. In this research, moment of truth MOT is used as the spatial approach.
The results showed that in every stage of the online shopping process, space involves as a media or as a barrier that create a spatial pattern of online shopping. Disruptive space is also a geographical phenomenon that occurs and is revealed in this study. The space that became the main element in geography has undergone a transformation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindang Muharza Viawan
"Salah satu produk wisata Kota Bandung yang berpotensi berkembang pesat adalah kuliner. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagian-bagian Kota Bandung sebagai model yang menjelaskan sebaran produk wisata kuliner yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan berupa suasana menikmati kuliner bagi wisatawan. Memahami lokasi dan pola ruang produk wisata ini akan dapat membantu dalam mengenal kapasitas wilayah dalam pembangunan wisata kuliner melalui perspektif ruang. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pola keruangan wisata kuliner yang dikaitkan dengan fasilitas wisata, aksesibilitas, dan organisasi keruangan kota. Analisis yang dipergunakan adalah analisis proses keruangan dari wilayah dalam membentuk suasana dan pola ruang dari variabel fasilitas wisata dan aksesibilitas dalam penentuan lokasi. Hasil penelitian mendapatkan tiga suasana, yaitu terbentuk suasana sejarah (historic ambient), transisi perkotaan (urban transition), dan gentrifikasi peripheral (gentrification-perpheral). Produk wisata kuliner di Kota Bandung menyebar dari pusat kota dengan suasana sejarah menuju arah timur laut pinggir kota dengan suasana gentrifikasi peripheral dan pada kawasan transisi kotanya merupakan wisata kuliner dengan suasana transisi perkotaan. Produk wisata Kuliner dengan suasana sejarah membentuk pola acak, suasana transisi perkotaan membentuk pola mengelompok linear dan suasana gentrifikasi peripheral membentuk pola acak.

Culinary is one of potentially developing tourism product in Bandung City. This study is aiming to provide an overview of part of city spaces as a model to describe distribution of culinary tourism product which meets needs and desire of tourist to experiencing ambient cluster to enjoying the culinary. Understanding the spatial patterns and location preferences of culinary tourism product would escalated knowledge of carrying capasities in developing culinary tourism through space perspectives. In particular, this study is carried on in order to figure out spatial patterns where this research observing with city spatial organization, accessibility, tourism facilities as variable. It uses spatial process analysis to detemine how and where the ambient clustered and pattern analysis to describe the spatial interaction between variable. This study come to outcome that has been three ambient which is called as historic, urban transition, and gentrification-peripheral ambient. Culinary tourism product spreading in one direction from city core on historic ambient to peripheral zone in east north on gentrification-peripheral ambient and in transition zone on urban transition ambient. Historic ambient culinary tourism product forming a random pattern, urban transition ambient form a linear clusttered pattern, and gentrification-peripheral forming random pattern.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library