Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ursula Firdaus Hasan
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah infertilitas merupakan masalah yang banyak dialami pasangan suami istri. Pria bertanggung jawab terhadap 25 -47 infertilitas. Laporan terdahulu menyebutkan bahwa terapi akupunktur dan moksibusi dapat memperbaiki kualitas semen yang abnormal. Penelitian ini ditujukan untuk melihat efek terapi akupunktur dan moksibusi terhadap kualitas semen.Penelitian ini memakai metode before and after treatment. Penelitian dilakukan pada 14 orang responden dengan abnormalitas semen. Terapi akupunktur dan moksibusi dilakukan sebanyak 24 kali terapi. Seminggu dua kali terapi. Dilakukan penilaian sebelum dan sesudah terapi terhadap volume semen, konsentrasi sperma,motilitas sperma dan morfologi sperma.Terapi akupunktur dan moksibusi mempunyai efek meningkatkan jumlah volume semen.Volume semen sebelum terapi ml 2,74 0,77, sesudah terapi ml 3,15 1,07, dimana p-value 0,015.Terapi akupunktur dan moksibusi mempunyai efek meningkatkan konsentrasi sperma. Nilai sebelum terapi juta/ml 8,44 5,20, nilai sesudah terapi juta/ml 17,09 15,07, dimana nilai p-value adalah 0,020. Tidak terdapat peningkatan yang bermakna pada motilitas dan morfologi sperma.Terapi akupunktur dan moksibusi dapat meningkatkan volume dan konsentrasi sperma
ABSTRACT
The problem of infertility is a problem experienced by many couples. The men responsible for 25 47 of infertility. Some previous report that acupuncture therapy and moxibustion can improve the abnormal semen quality. This study aimed to see the effects of acupuncture and moxibustion therapy on semen quality.This study used the method before and after treatments. The study was conducted on 14 respondents with semen abnormalities.Acupuncture therapy and moxibustion done as much as 24x therapy,two times a week therapy. Conducted assessments before and after therapy to sperm concentration, sperm motility and spermmorphologyAcupuncture and moxibustion therapy has the effect of increasing the amount of semen volume. Value before treatment ml 2.74 0.77, after therapy ml 3.15 1.07, with p value 0.015. Acupuncture and moxibustion therapy has the effect of increasing the concentration of sperm. Values before million ml 8.44 5.20, the value after therapy million ml 17.09 15.07, where the value p value is 0.020. There is no increase of motility and normal morphology.Acupuncture and moxibustion therapy can improve volume andspermconcentration.
[, ]: 2016
T55627
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rothmadani
Abstrak :
The research conducted to see the influence of the sperm preserve to confront with fertilization of degree and hatch capacity of jambal siam fish. The research conducted in BBI Rambah Village from June until August 2002....
Jakarta: Jurnal Akademika, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Salah satu penyebab infertilitas pada pria adalah rendahnya motilitas sperma (asthenozoospermia). Motilitas yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara Iain adanya gangguan pada fungsi mitokondria. Porin atau voltage dependent anion channel (VDAC) merupakan kanal ion dengan berat molekul 30-35 kDa yang terdapat di membran luar mitokondria sel eukariota. Sampai saat ini telah berhasil diidentifikasi 3 tipe porin dengan tingkat homologi yang tinggi. Sebagai kanal ion, porin bertanggung jawab atas keluar masuknya metabolit di dalam sel, termasuk ATP. Porin tidak hanya memperantarai transport ATP dari dalam mitokondria bahkan juga mengatur proses keluarnya ATP. Hasil penelitian Sampson et al. (2001) dengan teknik knock-out mouse yang mendelesikan 4 exon terakhir gen VDAC3 mencit menyebabkan mencit jantan mutan sehat tapi infertil asthenozoospermia (jumlah sperma normal tapi motilitas menurun). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis exon 6 gen VDAC3 manusia pada sperma motilitas rendah dari pasien infertilitas asthenozoospermia dibandingkan dengan sperma motilitas lurus dan cepat (normal). Sperma pasien asthenozoospermia diswim-up dan diambil sperma yang gerakannya lemah. Sedangkan sperma yang normal diswim-up dan diambil sperma yang berenang ke atas (gerakannya baik). Setelah itu dilakukan isolasi DNA dari sperma yang didapat. Jumlah sampel sperma asthenozoosperrnia adalah 30 sampel, sedangkan sperma normal sebanyak 20 sampel. DNA genom yang sudah didapatkan kemudian di amplifikasi dengan primer yang spesifik untuk exon 6 gen VDAC3. Hasil PCR dielektroforesis dengan gel agarose 2%. Setelah dilakukan sekuensing terhadap produk PCR dari sampel yang ada dengan menggunakan Big Dye Terminator Mix menggunakan mesin sekuensing the ABI 377A. Hasil dan Kesimpulan: Dan 30 sampel sperma pasien asthenozoospermia, 28 sampel menunjukkan adanya hasil amplifikasi fragmen exon 6 gen hVDAC3 berukuran + 225 pb dan dan hasil sekuensing ditemukan adanya 4 mutasi substitusi nukleotida yang menyebabkan perubahan asam amino penyusun exon 6 gen hVDAC3 pada 9 sampel, yaitu perubahan asam amino posisi 131 dan isoleusin menjadi leusin sebanyak 8 sampel (26,67%), posisi 174 dari lisin menjadi asam glutamat sebanyak 1 sampel (3,33%), posisi 143 dari valin menjadi glisin sebanyak 1 sampel (3,33%), dan posisi 164 dan leusin menjadi triptofan sebanyak 1 sampel (3,33%). Mutasi ini mungkin dapat menyebabkan gangguan fungsi mitokondria sperma dalam mengeluarkan ATP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Wati Utami
Abstrak :
Kriopreservasi sperma sebagai bagian dari prosedur rutin dalam program TRB untuk dapat memaksimalkan dan melestarikan sperma manusia. Namun, perubahan suhu yang cukup drastis selama proses kriopreservasi menyebabkan penurunan proporsi sperma fungsional. Pembentukan kristal es intraseluler menjadi pemicu utama kerusakan membran dan organel yang berakibat pada peningkatan stres osmotik maupun stres oksidatif. Upaya perbaikan kualitas sperma pasca kriopreservasi terus dikembangkan, terutama mengenai kombinasi krioprotektan/cryoprotectant agent (CPA) untuk meminimalisir pembentukan kristal es intraseluler. Dalam penelitian ini, sperma dipaparkan kombinasi CPA trehalosa dan gliserol dengan konsentrasi yang berbeda (P1-P9) dengan perbandingan kontrol (Kitazato) untuk dianalisis pada berbagai parameter kualitas sperma, kadar MDA, dan indeks fragmentasi DNA (IFD) post-thawing. Hasil analisis menunjukkan kelompok perlakuan P5 (Tre0.125M+Gly 6%) menghasilkan rata-rata motilitas progresif, morfologi, CSR dan viability rate post-thawing tertinggi. Seluruh kelompok perlakuan menunjukan perbedaan yang tidak signifikan (p>0.05) dengan kontrol dilihat dari parameter motilitas progresif, CSR, dan viability rate. Untuk uji HOS, kelompok perlakuan P6 (Tre0.125M+Gly8%) menghasilkan rata-rata HOS+ lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan lainnya, namun kelompok tersebut berbeda signifikan dengan kontrol. Pada analisis MDA dan IFD, kelompok P5 juga menghasilkan rerata terendah dengan perbedaan yang tidak signifikan terhadap kontrol. Kombinasi CPA sebagai kandidat alternatif krioprotektan komersial Kitazato ialah kelompok P5 (Tre0.125M+Gly 6%). ......Sperm cryopreservation is an essential procedure in the TRB program to maximize and preserve human sperm. Unfortunately, significant temperature changes during the cryopreservation process can reduce the proportion of functional sperm. The formation of intracellular ice crystals is the primary cause of damage to the membrane and organelles, leading to increased osmotic stress and oxidative stress. Ongoing efforts are being made to improve sperm quality after cryopreservation, particularly through the use of cryoprotectants or cryoprotectant agents (CPAs) to minimize the formation of intracellular ice crystals. In this study, we exposed sperm to different concentrations of a combination CPA trehalose and glycerol (P1-P9), and compared them to controls (Kitazato) after which sperm quality was measured based on several parameters; MDA levels, and post-thawing DNA fragmentation index (DFI). P5 treatment group (Tre 0.125M + Gly 6%) yielded the highest average post-thawing progressive motility, morphology, CSR, and viability rate. Meanwhile, no significant difference (p>0.05) was found in terms of progressive motility, CSR, and viability rate parameters. Futhermore, P6 treatment group (Tre 0.125M + Gly 8%) exhibited a higher average HOS+ than the other treatment groups, where only the P6, P4, P5, and P1 groups showed significant differences from the control (Kitazato) in the HOS test. In the MDA and IFD analyses, P5 group had the lowest average score and no significant difference from the control (Kitazato). CPA P5(Tre0.125M+Gly6%) can be an alternative to Kitazato's commercial CPA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramety Utami
Abstrak :
Hampir 50% kasus infertilitas disebabkan oleh faktor pria. Infertilitas pria dapat tidak terdeteksi dengan analisis sperma dan mempengaruhi keluaran Teknologi Reproduksi Berbantu. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pemeriksaan untuk meramalkan infertilitas pria. Dengan desain potong lintang dan consecutive sampling didapatkan 2 kelompok subjek, infertil (78 subjek) dan fertil (36 subjek). IFD sperma diperiksa menggunakan metode sperm chromatin dispersion (SCD) dengan kit Halosperm®. Didapatkan nilai median IFD sperma kelompok infertil lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok fertil. IFD sperma juga memiliki AUC yang paling tinggi dibandngkan ketiga komponen analisis sperma (konsentrasi, motilitas, dan morfologi). IFD sperma memiliki nilai diagnostik yang lebih tinggi dibandingkan analisis sperma dengan titik potong optimal 26,1% dengan sensitivitas 80,8%, spesifisitas 86,1%, NDP 92,6%, dan NDN 67,4%. ......Almost 50% of infertility are caused by male factors. Male infertility could not be detected by conventional sperm analysis and affect the outcome of Assissted Reproductive Technology. This study aim to develop a method to predict male infertility better. Using cross-sectional design and consecutive sampling, obtained two groups of subjects, infertile (78 subjects) and fertile (36 subjects). Sperm DNA fragmentation index (DFI) was examined using sperm chromatin dispersion (SCD) test by Halosperm® kit. Median value of sperm DFI on infertile group was significantly higher compared to fertile group. Sperm DFI also had the highest AUC compared to the three components of conventional sperm analysis (concentration, motility, and morphology). Sperm DFI had a higher diagnostic value than the sperm analysis with optimal cut-off-point of 26.1% with sensitivity of 80.8%, specificity of 86.1%, PPV of 92.6%, and NPV of 67.4%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Lucia Ekowati
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Antibodi antisperma (antisperm antibody, ASA) telah diketahui dapat menyebabkan infertilitas pada manusia. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan pada kelompok penelitian kami, telah diidentifikasi dua antigen sperma (BM 66 dan 88 kDa) yang bereaksi dengan ASA dalam serum pasien pria infertil EIS 07 dan diisolasi klon cDNA penyandi antigen tersebut [cDNA Autoimmune Infertility Related Protein (cDNA AIRP)]. cDNA AIRP ini merupakan cDNA yang "novel" dengan panjang 2,3 kb dan menyandi suatu protein dengan panjang 567 asam amino. Separuh ujung amino protein AIRP (AIRP N') ini bersifat hidrofilik, sehingga juga antigenik dan separuh ujung karboksi bersifat hidrofobik. Karakterisasi lebih lanjut dilakukan untuk menjelaskan fungsi protein tersebut pada proses fertilisasi dan hubungannya dengan infertilitas imunologis. Tujuan penelitian ini adalah: (1) membuktikan bahwa protein AIRP merupakan antigen sperma native yang dikenali oleh serum EIS 07 (2) memperoleh gambaran awal fungsi protein AIRP dengan menentukan lokasi protein tersebut pada sperma manusia. Pada penelitian ini pertama-tama cDNA AIRP N' disubklon ke dalam vektor plasmid pGEX dan diekspresikan pada bakteri E.coli dalam bentuk protein fusi. Protein rekombinan dimurnikan dengan menggunakan kolom kromatografi glutation dan hasilnya dianalisa dengan SDS-PAGE. Antigenisitas protein rekombinan tersebut diuji dengan mereaksikannya dengan serum pasien infertil pada Western immunoblotting. Protein rekombinan tersebut kemudian disuntikkan ke mencit untuk membuat antibodi poliklonal yang selanjumya dipakai sebagai pelacak pada analisa imunohistokimia untuk menentukan lokasi protein AIRP tersebut pada sperma manusia. Hasil dan Kesimpulan : cDNA AIRP N' sepanjang 469 pb berhasil disubklon ke dalam plasmid pGEX-4T-3 dan diekspresikan dalam bentuk protein fusi dengan GST. Protein fusi GST-AIRP N' berhasil dipurifikasi namun peptida AIRP N' tidak dapat dipisahkan dari protein GST karena tidak stabil. Serum pasien infertil (EIS 07) yang telah digunakan sebagai pelacak untuk skrining cDNA AIRP bereaksi sangat kuat dengan protein GST-AIRP N' namun tidak bereaksi sama sekali dengan protein GST. Hasil tersebut menunjukkan bahwa serum EIS 07 hanya mengenali epitop AIRP N' pada protein GST-AIRP N'. Reaksi AIRP N' dengan EIS 07 bersifat sangat spesifik karena AIRP N' tidak dikenali oleh serum dari pasien infertil yang lain maupun serum kontrol yang berasal dari individu normal. Hasil tersebut sesuai dengan beberapa laporan terdahulu bahwa infertilitas imunologis dapat melibatkan beberapa macam antigen dan antigen ini dapat berbeda pada setiap kasus. Dengan menggunakan teknik kompetisi pada Western blotting, dibuktikan bahwa reaksi serum EIS 07 dengan antigen sperma native dapat dihambat oleh protein GST-AIRP N', tetapi tidak oleh protein GST, secara dose dependent. Antibodi poliklonal terhadap peptida AIRP N' maupun serum EIS 07 bereaksi dengan antigen sperma manusia pada bagian post acrosonial. Hasil imunohistokimia ini tidak hanya menunjukkan lokasi dari protein AIRP tetapi juga memprediksi fungsi protein ini yang mungkin berhubungan langsung dengan reaksi akrosom atau penetrasi dan fusi sperma ke dalam ovum.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T1692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Muliawati
Abstrak :
ABSTRAK
Proses pematangan spermatozoa terjadi karena adanya interaksi antara protein dengan membran plasma spermatozoa. Walaupun proses pematangan spermatozoa ini sangat penting, namun gen yang berperan dalam sekresi protein di epididimis ini masih banyak yang belum dikarakterisasi. Gen-gen yang berperan dalam proses pematangan spermatozoa umumnya merupakan protein sekretorik, terekspresi pada segmen spesifik, diregulasi androgen, faktor testikular dan perkembangan postnatal. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa b-defensin merupakan gen yang banyak terekspresi di organ reproduksi pria dan memiliki peran dalam pertahanan tubuh dan pematangan spermatozoa. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi ekspresi gen Defb20 untuk mengetahui perannya dalam proses pematangan spermatozoa. Studi in silico dilakukan untuk prediksi struktur gen, signal peptide dan domain fungsional. Quantitative real-time PCR digunakan untuk mengukur ekspresi gen Defb20 pada analisis sebaran jaringan, regulasi androgen dan faktor testikular serta postnatal developmen. Hasil penelitian mendapatkan bahwa sekuen Defb20 mengandung domain penting seperti N-myristoilation dan beberapa situs phosporilasi protein kinase yang mungkin berperan dalam mekanisme interaksi protein dengan membran plasma. Sekuen asam amino Defb20 mengandung signal peptides, mengindikasikan protein yang disekresikan dan terlibat dalam proses pematangan spermatozoa. -defensins 20 (Defb20) terekspresi spesifik di epididimis dengan ekspresi tertinggi terdapat pada kaput epididimis. Defb20 diregulasi oleh androgen yang ditunjukkan dengan adanya penurunan ekspresi Defb20 paska dilakukan gonadektomi dan kondisi ini dapat diperbaiki dengan pemberian hormon pengganti. Defb20 juga diregulasi oleh faktor testikular, yang dibuktikan dari menurunnya ekspresi Defb20 setelah ligasi pada duktus eferen (efferent duct ligation (EDL)). Defb20 mulai terekspresi pada hari ke-21 setelah lahir yang mengindikasikan gen Defb20 terekspresipada suatu periode perkembangan epididimis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Defb20 memiliki karakteristik ekspresi : mengandung signal peptide yang mengarahkan sintesis protein pada jalur sekretorik, spesifik terekspresi di epididimis, diregulasi androgen dan faktor testikular serta mulai terekspresi pada masa pubertas hingga dewasa
ABSTRACT
Epididymal sperm maturation occurs via interactions between sperm and proteins secreted by the epididymal epithelium. Although this is an important process, the genes that encode secreted proteins remain largely uncharacterized. The genes that play a role in sperm maturation process has character, among others; is a secretory protein, expressed specifically in the epididymis, regulated by androgen, testicular factor, and postnatal development. Previous studies showed that family of-defensins preferentially eaxpressed in male reproductive tracts and play an important role in both innate immunity and sperm fertility. This study aimed to characterize Defb20 to understand its role in sperm maturation. This study using in silico analyses and quantitative real-time PCR (qRT-PCR). In silico analyses were performed to predict gene structure, signal peptides and functional domains. Defb20 expression in various tissues, after gonadectomy, efferent duct ligation and postnatal development were measured using quantitative real-time RT-PCR. Defb20 sequence contains important domains such as N-myristoilation and kinase binding sites which are putatively involved in the protein activation and protein-plasma membrane interaction. The amino acid sequence of Defb20 contains signal peptides, indicating characteristic of secretory proteins involved in the sperm maturation. β-defensins 20 (Defb20) was expressed exclusively in the epididymis with the highest expression in the caput region. Defb20 was regulated by androgen showing down-regulation after gonadectomy and the expression was recovered after testosterone replacement. However, Defb20 was also regulated by testicular factors in which the expression was down-regulated after efferent duct ligation (EDL). The dependency on the androgen was further confirmed by postnatal expression analysis in which Defb20 begin to express at day21 postnatal indicating specific stage of expression after initial development of the epididymis. In conclusion, Defb20 have a potential to be involved in the epididymal sperm maturation process. Defb20 has characteristic expression; has a signal peptide sequence that directs synthesis in the secretory pathway, specifically expressed in the epididymis, androgen and testicular factors regulated, and expressed in puberty to adulthood
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4   >>