Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririn Febriana Anggraeni
Abstrak :
Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013. Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. ......Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly. Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013. Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Kholijah Aspia
Abstrak :
Transgender adalah salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh epidemic HIV dan 49 kali lebih mungkin untuk hidup dengan HIV dibandingkan populasi umum. Data dari Amerika Latin dan Karibia menunjukkan bahwa prevalensi HIV jauh lebih tinggi pada pekerja seks transgender wanita dibandingkan pada pekerja seks pria dan wanita non-transgender. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menjual seks dengan status HIV pada waria di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Penelitian ini adalah studi crosssectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 867 waria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian didapatkan prevalensi HIV sebesar 26.1% dan proporsi menjual seks pada waria dengan status HIV positif sebesar 31,1%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara menjual seks dengan status HIV dengan PR adjusted 1,358 [95% CI: (1,045-1,766)] p-value=0,022. Kesimpulan penelitian ini adalah waria yang menjual seks 1,358 kali lebih berisiko memiliki status HIV positif dibandingkan dengan waria yang tidak menjual seks setelah dikontrol oleh variabel riwayat IMS. Transgender is one of the groups with the most HIV epidemics and 49 times more likely to live with HIV than the general population. Data from America and the Caribbean show a much higher HIV prevalence in female transgender sex workers than in male and non-transgender female sex workers. This thesis discusses the relationship between selling sex with HIV status among transgender in Indonesia which is a further analysis of the 2015 IBBS data. This study is a cross-sectional study. The subjects in this study were 867 transgender who met the inclusion and exclusion criteria. The results obtained by HIV prevalence of 26.1% and the proportion of selling sex in transgender with HIV positive status of 31.1%. Multivariate analysis showed an association between selling sex with HIV status with adjusted PR 1.358 [95% CI: (1.045-1.766)] p-value = 0.022. The conclusion of this study is that transgender who sell sex are 1,358 times more likely to have HIV positive status compared to transgender who do not sell sex after being controlled by a variable named STIs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulan Anggraini
Abstrak :
Pola penularan HIV berdasarkan faktor resiko tidak mengalami perubahan. Bahkan berdasarkan kajian kajian paruh waktu Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN), salah satu kelompok dengan prevalensi HIV meningkat yaitu kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) di Poli IMS/VCT Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang dipakai yaitu crossectional, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari form VCT dan form register IMS. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas berkaitan dengan perilaku beresiko, digunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam pada 3 orang LSL. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh LSL yang merupakan klien VCT di Poli IMS/VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang baru berkunjung pada bulan Januari ? Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015. Hasil penelitian ini diketahui 37,1% LSL klien VCT terinfeksi HIV. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dan pekerjaan terhadap status HIV pada LSL. Untuk itu perlunya kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kejadian HIV, khususnya pada kelompok LSL.
ABSTRACT
HIV transmission patterns based on risk factors did not change. Even based studies part-time studies Strategy and National Action Plan (SRAN), one of the groups with increased HIV prevalence is MSM. This study aims to determine the factors associated with HIV status in MSM (men having sex with men) in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo 2014. This study is a quantitative research, design used is cross-sectional, using secondary data obtained from the form VCT and STI register form. To get a broader picture relating to risky behavior, used primary data obtained from in-depth interviews on 3 MSM. The population in this study is the entire MSM who are clients of VCT in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo new visit in January to December 2014. The study was conducted in December 2015. The results of this study are known for 37.1% of HIV-infected MSM VCT clients. Statistical analysis showed a significant relationship between the variables education and work against HIV status in MSM. Therefore the need for cross-sectoral cooperation to suppress the incidence of HIV, particularly in MSM.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipto
Abstrak :
Latar belakang: Infeksi intrakranial merupakan masalah yang menjadi tantangan berat bagi setiap dokter yang merawat. Tingkat kematian saat rawat inap pasien infeksi intrakranial sangat tinggi. Walaupun pasien infeksi intrakranial dapat keluar dari rumah sakit dalam keadaan hidup, namun berbagai komplikasi dan masalah paska rawat inap yang kompleks dapat menyebabkan kematian pasien saat rawat jalan. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif untuk mengetahui kesintasan 180 hari pada pasien infeksi otak yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo. Populasi penelitian ini adalah subjek dari penelitian Optimization of Diagnosis and Treatment of Tuberculous Meningitis ODT-TBM selama periode Januari-Desember 2015. Keluaran 180 hari subjek diketahui dengan penelusuran data kunjungan rawat jalan melalui rekam medis, telepon, pesan singkat atau kunjungan rumah. Analisis kesintasan Total survival rate dilakukan dengan menggunakan analisis cox regression baik univariat maupun multivariat. Penyajian data kesintasan dilakukan dengan menggunakan kurva kaplan meier. Hasil: Didapatkan 218 pasien dengan diagnosis akhir infeksi intrakranial. Berdasarkan status HIV, didapatkan 47,7 subjek HIV positif dan 52,3 HIV negatif. Tingkat kesintasan 180 hari pasien infeksi intrakranial di RSCM secara umum adalah 43,5. Kesintasan pada kelompok HIV positif 32,7 secara bermakna p 0,005; Rasio Hazard 1,695 1,177-2,442 lebih buruk daripada HIV negatif 53,5. Faktor lain yang mempengaruhi kesintasan adalah usia, papiledema, suhu aksila awal, SKG awal, anemia, hiponatremia, gambaran herniasi serebri pada pencitraan otak, rasio glukosa CSS/serum, dan kadar protein CSS. Kesimpulan : Tingkat kesintasan 180 hari pasien infeksi intrakranial pada penelitian ini rendah. Infeksi HIV secara bermakna mempengaruhi kesintasan pasien infeksi intrakranial. ......Background: Managing brain infection patients is a challenge for every physician. Beside a very high in hospital mortality, many complexes problems and complications can cause patient die after discharge. Methods: This is a retrospective cohort research to find 180 days outcomes of brain infection patients that admitted in Cipto Mangunkusumo Hospital. The study population is Optimization of Diagnosis and Treatment of Tuberculous Meningitis ODT TBM research subject that admitted in 2015. Health records, phone calls, short message or home visit is done to find patient rsquo s outcome. Total survival rate analysis is done with univariate and multivariate cox regression analysis. The comparison of survival rates between 2 groups is presented by Kaplan Meier curve. Results: A total of 218 subjects were included in this study. There were 47,7 subjects with HIV positive and 52,3 HIV negative. Overall 180 days survival rates is 43,5. HIV status is strongly influenced the survival rate of brain infection patients in this study p value 0,005 Hazard Ratio 1,695 1,177 2,442. The survival rate of HIV negative subjects was 53,5 that significantly higher than HIV positive subjects 32,7. Other factors that influenced the survival rate in this research are age, papil edema, early axial temperature, Glasgow coma scale, anemia, hyponatremia, imaging of brain herniation, blood CSF glucose ratio and CSF protein. Conclusion: The survival rate of brain infection patients in this research is low. HIV infection significantly influenced patients rsquo survival rates.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanadia Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Wanita Pekerja Seks Langsung (WPS) adalah salah satu kelompok populasi kunci yang paling berisiko tertular dan menularkan virus HIV. Prevalensi HIV pada WPSL pada tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP) 2015. Sampel penelitian ini adalah wanita pekerja seks (WPS) berusia 15 tahun ke atas yang pernah melakukan hubungan seks komersial dengan minimal 1 pelanggan dalam 1 bulan terakhir. Hasil penelitian didapatkan WPSL dengan status HIV (+) sebesar 8,6%. Variabel yang secara statistik berhubungan adalah riwayat penggunaan narkoba suntikan (OR 5,449, CI 95% 1,624 - 18,285) dan riwayat gejala IMS (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Oleh karena itu, program pencegahan HIV-AIDS perlu terus ditingkatkan bagi kelompok perempuan pekerja seks untuk mencegah penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik dan penularan melalui hubungan seksual.
ABSTRACT
Female Direct Sex Workers (FSW) are one of the key population groups most at risk of contracting and transmitting the HIV virus. The prevalence of HIV in FSW in 2015 increased compared to 2013. The purpose of this study was to determine the factors associated with HIV status in FSW in 16 districts/cities in Indonesia in 2015. The design of this study was cross sectional. This study uses secondary data from the 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP). The sample of this study is female sex workers (FSW) aged 15 years and over who have had commercial sex with at least 1 customer in the last 1 month. The results of the study found that the WPSL with HIV (+) status was 8.6%. The variables that were statistically related were a history of injection drug use (OR 5,449, 95% CI 1,624 - 18,285) and a history of STI symptoms (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Therefore, HIV-AIDS prevention programs need to be continuously improved for groups of women sex workers to prevent HIV transmission through the use of needles and transmission through sexual contact.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Agustin
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang psikososial remaja dengan HIV pasca pembukaan status yang ditinjau menggunakan kerangka analisis penyesuaian psikososial dari tahapan Stage Models dan mengidentifikasi bentuk serta sumber dukungan sosial yang diterima. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi fenomenologi dan pencarian informan menggunakan teknik snowball sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan terhadap 5 (lima) informan utama usia 18-20 tahun yang telah mengetahui status seropositif HIV yang dimiliki, dan 3 (tiga) informan pendukung sebagai pengasuh. Waktu pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Maret hingga bulan Mei 2023. Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami bagaimana proses pembukaan status HIV kepada ADHA, kondisi psikososial yang dialami remaja ketika mengetahui status HIV, dan bentuk-bentuk dukungan sosial yang diterima oleh remaja selama proses penerimaan diri terhadap status HIV yang dimiliki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembukaan status yang tidak diimbangi dengan informasi memadai tentang HIV, membuat anak kebingungan sehingga memiliki pengetahuan dan regulasi diri yang rendah. Selain itu, dinamika psikososial yang terjadi pada remaja pasca mengetahui status HIV mengalami kondisi akhir yang dicapai dalam bentuk penerimaan diri ataupun penolakan diri. Penerimaan diri dicerminkan dengan adanya kemandirian, penguasaan diri, serta kepatuhan menjalani pengobatan, sedangkan penolakan diri ditunjukkan dengan kecemasan, depresi, rendahnya harga diri, dan ketidakpatuhan menjalani pengobatan. Di samping itu, dukungan sosial pasca pembukaan status berasal dari anggota keluarga, teman sebaya, pasangan, maupun lembaga. Kehadiran dukungan sosial mendorong penerimaan diri pada remaja dengan HIV. Remaja dengan dukungan sosial yang penuh dan konsisten memiliki harga diri yang tinggi serta pandangan hidup lebih positif jika dibandingkan dengan remaja yang kurang mendapatkan dukungan sosial. ......This study discusses the psychosocial adjustment of adolescents with HIV after the disclosure of their status using the Stage Models' psychosocial adjustment analysis framework and identifies the forms and sources of social support received. This research uses a qualitative method with a phenomenological study research type and informant search using snowball sampling technique. Research data was collected through in-depth interviews and field observations of 5 (five) main informants aged 18-20 years who already knew their HIV seropositive status, and 3 (three) supporting informants as caregivers. The time of data collection was carrie out from March to May 2023. This study also aims to understand how the process of opening HIV status to ADHA, psychosocial conditions experienced by adolescents when knowing HIV status, and forms of social support received by adolescents during the process of self-acceptance of their HIV status. The results showed that the disclosure of status that is not balanced with adequate information about HIV, makes children confused so that they have low knowledge and self-regulation. In addition, the psychosocial dynamics that occur in adolescents after knowing their HIV status experience the final condition achieved in the form of self-acceptance or self-rejection. Self-acceptance is reflected in the presence of independence, self-control, and compliance with treatment, while self-rejection is indicated by anxiety, depression, low self-esteem, and non-compliance with treatment. In addition, post-opening social support comes from family members, peers, partners, and foundations. The presence of social support promotes self-acceptance in adolescents with HIV. Adolescents with full and consistent social support have high self-esteem and a more positive view on life when compared to adolescents who lack social support.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Sandra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah limfosit T-CD4+, limfosit TCD8+, dan rasio CD4+/CD8+ serta hubungannya dengan status gizi pada pasien HIV positif. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari penelitian pada penderita HIV positif yang belum mendapatkan terapi antiretroviral. Data yang diambil meliputi data usia, jenis kelamin, jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, rasio CD4+/CD8+, status gizi. Analisis data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Fisher. Subyek penelitian terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan dengan median usia 27 (19-59) tahun. 62,5% subyek memiliki status gizi normal. 78,1% memiliki jumlah limfosit T-CD4+ antara 200-500/μL, 68,8% memiliki jumlah limfosit TCD8+ > 785/μL, 96,9% memiliki rasio sel limfosit T-CD4+/T-CD8+  1. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+ dengan status gizi (p=0,520), antara jumlah sel limfosit T-CD8+ dengan status gizi (p=1,000), serta antara rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi (p=1,000). Simpulan penelitian adalah tidak ada hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, dan rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi pada pasien HIV. Penelitian ini menyarankan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang sesuai dan sebaran responden merata. ......The aim of this study was to investigate the CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio and their relationships with nutritional status in HIV positive patients. This was a cross-sectional study with secondary data from a study of HIV positive patients who had not started antiretroviral therapy. Data collection consisted of age, sex, CD4+ count, CD8+ count, CD4+/CD8+ ratio, nutritional status. Statistical analysis used Kolmogorov-Smirnov and Fisher’s test. Subjects consisted of 17 men and 15 women, median of age was 27 (19-59) years. 62,5% had normal nutritional status. As many as 78,1% of the CD4+ count were between 200-500/μL, as many as 68,8% of the CD8+ count were > 785/μL, and 96,9% showed CD4+/CD8+ ratio 1. There was no significant relationship between CD4+ count and nutritional status (p=0,520), between CD8+ count and nutritional status (p=1,000), and between CD4+/CD8+ ratio and nutritional status (p=1,000). The conclusions of this study was there was no significant relationship of CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio with nutritional status in HIV (+) patients. This research suggests to do further research with adequate sample and normal distribution of responden.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library