Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Shabrina Assafrina
"Alat kesehatan sekali pakai sering digunakan berulang kali di rumah sakit demi mengurangi biaya pengeluaran rumah sakit dan limbah medis. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) merupakan rumah sakit yang melakukan praktik penggunaan berulang alat kesehatan sekali pakai yang memiliki risiko penularan infeksi yang membahayakan keselamatan pasien. Praktik ini perlu dievaluasi fungsi dan sterilitasnya agar dapat menjamin keselamatan pasien di RSUI. Sebelum digunakan kembali, alat kesehatan dilakukan pemrosesan ulang melalui pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi dengan prosedur lengkap yang dilakukan di Central Sterile Supply Department (CSSD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alat kesehatan sekali pakai yang digunakan kembali di RSUI dan cara sterilisasi yang digunakan, mengevaluasi fungsi dan sterilitas alat kesehatan yang digunakan kembali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross-sectional, peneliti melakukan observasi ke CSSD, membagikan formulir penilaian fungsi alat kepada pengguna alat, dan mengirimkan beberapa sampel alat untuk diuji sterilitasnya di Laboratorium Kesehatan DKI. Setelah melakukan observasi, teridentifikasi 10 alat kesehatan sekali pakai yang di-resterilisasi menggunakan Low-Temperature Steam Formaldehyde (LTSF). Dari kesepuluh alat, hanya 5 alat yang dapat dievaluasi fungsi dan hanya 6 alat yang dapat dievaluasi sterilitasnya. Hasil menunjukkan bahwa seluruh alat yang dievaluasi dapat berfungsi dengan baik dan steril hingga beberapa kali penggunaan.

Single-use medical devices are often used repeatedly in hospitals to reduce hospital expenses and medical waste. UI Hospital implements the reuse of single-use medical devices that has infection risk which may harm the patients. This practice needs to be evaluated for its function and sterility to ensure patient safety at UI Hospital. Before medical devices are reused, it needs to be reprocessed through cleaning, disinfection, and sterilization with complete procedures that must be followed at the Central Sterile Supply Department (CSSD). The aim of this research is to identify the single-use medical devices that are reused and the sterilization method employed, evaluate their function and sterility. This research is a descriptive observational study with a cross-sectional design, the researcher observed CSSD, distributed medical devices function assessment forms to the users, and sent several samples of devices to DKI Health Laboratory for sterility testing. Observation results showed that ten identified single-use medical devices were re-sterilized using Low-Temperature Steam Formaldehyde (LTSF). However, only five out of ten devices could be evaluated for their function, and only six could be evaluated for sterility. The results concluded that the evaluated devices still functioned properly and were still sterile for several times of use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine
"Validasi adalah bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang menjamin bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa menghasilkan produk yang berkualitas. Umumnya produk-produk parenteral disterilisasi menggunakan cara sterilisasi panas lembab menggunakan otoklaf yang dianggap sebagai cara terpercaya dalam proses sterilisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan orientasi tahap konfirmasi yang merupakan bagian dari validasi proses sterilisasi dengan otoklaf milik Laboratorium Farmasetika Departemen Farmasi FMIPA UI dan mengetahui pengaruh tekanan, waktu dan volume sampel terhadap proses sterilisasi dengan otoklaf. Orientasi tahap konfirmasi yang dilakukan menggunakan dua indikator, yaitu pertama menggunakan indikator negatif dengan melakukan uji sterilitas terhadap bahan yang telah disterilisasi dan kedua menggunakan indikator positif berupa indikator biologik Bacillus stearothermophilus.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa otoklaf yang diuji mampu melakukan proses sterilisasi. Tidak diperoleh pengaruh tekanan terhadap proses sterilisasi, akan tetapi diperoleh pengaruh waktu dan volume sampel terhadap proses sterilisasi dengan otoklaf."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audrie
"Alat kesehatan sekali pakai merupakan perangkat kesehatan yang dirancang untuk satu kali penggunaan pada seorang pasien setiap satu prosedur. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah rumah sakit secara internal telah melalukan pemrosesan ulang alat kesehatan sekali pakai untuk digunakan kembali. Praktik penggunaan kembali alat kesehatan sekali pakai di RSUI dilakukan dengan pemrosesan ulang di Central Sterile Supply Department (CSSD). Pemrosesan ulang tersebut melalui tahap pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi dengan prosedur lengkap. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan alat kesehatan sekali pakai pada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Evaluasi ini penting agar dapat meminimalisir risiko penularan infeksi yang membahayakan keselamatan pasien. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif observasional dengan desain prospektif, dilakukan evaluasi terhadap fungsi dan sterilitas alat kesehatan sekali pakai yang digunakan kembali. Observasi dilakukan di CSSD dengan membagikan formulir penilaian fungsi alat kepada para pengguna alat, dan mengirimkan beberapa sampel alat untuk diuji sterilitasnya di Laboratorium Kesehatan DKI. Hasil menunjukkan dari 10 alat kesehatan sekali pakai yang di-resterilisasi menggunakan Etilen Oksida (EO), 7 alat dapat digunakan kembali sebanyak 2 kali, sementara 3 alat sisanya dapat digunakan kembali sebanyak 1 kali. Selain itu, evaluasi sterilitas menunjukkan bahwa 5 alat kesehatan sekali pakai masih steril setelah dilakukan penggunaan berulang.

Disposable medical devices are healthcare tools designed for one-time use on a patient during a single procedure. Recently, some hospitals have internally engaged in reprocessing of disposable medical devices for reuse. The practice of reusing single-use medical devices at UI Hospital is carried out through reprocessing in the Central Sterile Supply Department (CSSD). The reprocessing involves cleaning, disinfection, and sterilization following complete procedures. This study was conducted to evaluate the use of disposable medical devices at RSUI. Such evaluation is essential to minimize the risk of infection transmission that could jeopardize patient safety. Employing a descriptive observational research method with a prospective design, the evaluation focused on the functionality and sterility of the reprocessed disposable medical devices. Observations were carried out in the CSSD by distributing assessment forms for the device users and sending some device samples for sterility testing at the Health Laboratory of DKI Jakarta. The results showed that out of 10 disposable medical devices resterilized using Ethylene Oxide (EO), 7 devices could be reused twice, while the remaining 3 devices could be reused once. Additionally, the sterility evaluation indicated that 5 disposable medical devices remained sterile after repeated use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezki Tri Wahyuni
"Industri farmasi merupakan industri yang memproduksi suatu obat. Setiap industri farmasi harus mampu memenuhi kriteria Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan produk yang bermutu. Industri farmasi yang memproduksi produk sediaan steril harus memenuhi persyaratan fisika, kimia dan bebas dari mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, maka dari itu harus dilakukan validasi untuk memberikan jaminan telah efektifnya proses sterilisasi pada sediaan steril yang telah diproduksi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan validasi metode analisa stasis test pada uji sterilitas produk sediaan steril di PT. Mahakam Beta Farma. Penelitian dilakukan pada tanggal 03 Juli - 31 Agustus 2023 di Departemen Quality Control (QC) PT. Mahakam Beta Farma. Hasil dari validasi metode analisa stasis test yang telah dilakukan bahwa hasil dari validasi sudah valid karena hasil pengujian sudah sesuai dengan kriteria keberterimaan yang sudah ditetapkan pada protokol validasi uji sterilitas produk sediaan steril di PT. Mahakam Beta Farma.

The pharmaceutical industry is an industry that produces drugs. Every pharmaceutical industry must be able to meet the criteria for Good Medicine Manufacturing Practices (CPOB) in order to guarantee and produce quality products. The pharmaceutical industry that produces sterile preparation products must meet physical, chemical requirements and be free from microorganisms, both bacteria and fungi, therefore validation must be carried out to provide assurance that the sterilization process has been effective for the sterile preparations that have been produced. The aim of this research is to validate the stasis test analysis method for sterility testing of sterile preparation products at PT. Mahakam Beta Farma. The research was conducted on 03 July - 31 August 2023 at the Quality Control (QC) Department of PT. Mahakam Beta Farma. The results of the validation of the stasis test analysis method that have been carried out show that the results of the validation are valid because the test results are in accordance with the acceptance criteria that have been determined in the sterility test validation protocol for sterile preparation products at PT. Mahakam Beta Farma.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
"Magnesium merupakan pilihan material yang dapat digunakan sebagai material implan tulang dengan karakteristik yang mirip dengan tulang, merupakan elektrolit normal dalam tubuh, memiliki harga yang ekonomis, dan bersifat dapat terdegradasi. Namun magnesium memiliki keterbatasan yaitu memiliki tingkat korosi yang tinggi. Untuk meningkatkan resistensi korosi dan memperbaiki sifat mekanis dikembangkan berbagai metode, salah satunya adalah proses Equal Channel Angular Pressing (ECAP). Persyaratan utama sebagai material implan tulang adalah bersifat biokompatibel. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik biokompatibilitas magnesium yang telah melalui proses ECAP secara in vitro. Metode: Karakteristik biokompatibilitas magnesium ECAP dievaluasi melalui uji toksisitas terhadap sel osteoblas menggunakan MTT Assay, analisis logam berat yang terkandung di dalamnya dengan perhitungan paparan akumulatif logam berat berdasarkan provisional tolerable daily intake (PTDI),
serta uji sterilitas setelah melalui proses sterilisasi menggunakan autoclave. Hasil:
Tingkat proliferasi sel osteoblas dengan pemberian ekstrak magnesium ECAP lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Logam berat yang dihitung paparan akumulatifnya adalah aluminium, arsen, timbal, kadmium, dan merkuri. Paparan akumulatif logam berat 100% pada penggunaan magnesium ECAP 11,8297 g. Pada uji steriitas tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada tiap tahapan pengujian. Kesimpulan: Magnesium ECAP bersifat tidak toksik, dan dapat merangsang pertumbuhan sel osteoblas dengan batas penggunaan maksimum
11,8297 g, serta steril.

Magnesium is the choice of material for bone implant with characteristic similiar to the bone, one of the normal elctrolytes in the body, have economical price, and degradable. However magnesium has limitation which is
high corosity rate. To improve corosion resistance and mechanical properties, many methods proposed, one of them is the Equal Channel Angular Pressing (ECAP). The important requirement for bone implant material is biocompatible. Purpose: To evaluate the biocompatibility of magnesium through Equal Channel Angular Pressing (ECAP) process in vitro. Method: Biocompatibility characteristics of magnesium ECAP was evaluated by toxicity test using MTT assay, analysis of heavy metals in magnesium ECAP by accumulative heavy metal exposure based on provisional tolerable daily intake (PTDI), also sterility test after sterilized using autoclave. Results: Cell proliferation rate in magnesium extract treatment group was higher than the control group. The heavy metals count for accumulative exposure were aluminium, arsenic, lead, cadmium, and mercury. Hundred percent of accumulative exposure was on the use of 11.8297 g magnesium ECAP. In sterility test there was no evidence of bacterial growth in every part of the test. Conclusion: Magnesium ECAP is not toxic and able to induce proliferation of osteoblast with maximum dose is 11.8297 g, and also proved sterile after sterilization using autoclave.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library