Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Stella Febriana Hendarin
"Untuk memenuhi Sustainable Development Goals PBB no.13 yaitu mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim, salah satu hal yang harus diatasi adalah emisi gas karbon dioksida. Di antara banyak metode, yang paling umum digunakan adalah penjerapan CO2 dengan menggunakan absorben. Dalam penelitian mencari absorben yang paling ramah lingkungan, Deep Eutectic Solvent (DES) ditemukan sebagai alternatif pengganti teknologi penyerapan CO2 konvensional dan ILs. Sebelumnya, dibuat seperangkat alat untuk uji absorpsi CO2 oleh DES di Lab RPKA, Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Akan tetapi, kapasitas absorpsi CO2 yang dihasilkan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil tersebut dengan melakukan modifikasi alat. Pada penelitian ini, DES yang terbentuk dari kombinasi antara Carvacrol dan 1-Naphthol dengan rasio molar 9:1 menghasilkan kapasitas absorpsi CO2 yang tertinggi pada tekanan 7,06 bar dengan fraksi mol CO2 0,46 mol CO2/mol DES, dimana pada penelitian sebelumnya dihasilkan 0,0090 mol CO2/mol DES pada tekanan 7,88 bar. Oleh karena itu, penambahan stirring dalam uji absorpsi terbukti memperbesar permukaan absorpsi CO2 sehingga meningkatkan perpindahan masssa molekul CO2.

To fulfil the United Nations Sustainable Development Goals no.13, which is taking actions to combat climate change, one of the most important things to do is to solve the carbon dioxide gas emission. One of the most used methods is CO2 capture by using absorbent. In the research to find the most “green” absorbent, Deep Eutectic Solvent (DES) is discovered as an alternative to the conventional CO2 capture technology and ILs. Previously, an apparatus set is made in the RPKA laboratory, Chemical Engineering Department, Universitas Indonesia, to test CO2 absorption by DES. However, the CO2 absorption capacity is still lower than in similar research. This research aims to improve the result by modifying the apparatus set. The DES combination of Carvacrol and 1-Naphthol with a 9:1 molar ratio in this research results in the highest CO2 absorption capacity under 7.06 bars pressure with CO2 mole fraction of 0.46 mol CO2/mol DES, while the previous research results in 0.0090 mol CO2/mol DES under 7.88 bars pressure. Therefore, adding stirring while doing the absorption test is proven to enlarge the CO2 absorption surface and thus boost the mass transfer of CO2 molecules.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Intan Pratiwi
"Melalui proses sol-gel, penelitian ini menitikberatkan pada optimasi parameter yang dapat mengarahkan terbentuknya fasa tunggal BTO. Pada studi stirring awal, temperatur 50°C selama 30 menit TiO2 dalam HNO3 memiliki hasil yang lebih baik pada pola difraksi, ditandai dengan komposisi TiO2 kurang dari 2%. Pada rasio antara HNO3 dengan NH4OH sebesar 2:1 (pH asam), temperatur sintering memberikan efek terhadap kristalisasi dari senyawa dasar BTO, yaitu dengan mengurangi fasa lain, seperti Ti2O3 dan TiO2 secara signifikan dari temperature 800°C hingga 900°C selama 2 jam. Selain itu penelitian ini mengindikasikan adanya pengaruh fasa lain terhadap sifat listrik, yaitu terjadi pemisahan antara dua sampel BTO pada frekuensi 10 Hz untuk nilai kapasitansi dan 1 kHz untuk konduktivitas.

This research focused on parameters of optimization which could produced single phase of BTO. TiO2 and HNO3 precursors which stirred at 50°C for 30minutes showed better diffraction patterns, indicated by TiO2 composition less than 2%. In ratio of HNO3 : NH4OH equal to 2:1 (acid condition), the sintering temperature had effect to BTO crytallization, indicated by secondary phase (Ti2O3 and TiO2) significantly decreased with temperature variase between 800°C to 900°C for 2 hours. Furthehhhrmore, this study indicated the existences of secondary phase had effect to electrical properties of samples. Showed by the separation of two BTO samples for capacitance measurment at 10 Hz and conductivity measurment at 1 kHz."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Sioe
"Penelitian mikroplastik pada produsen utama di laut seperti makroalga  dan lamun menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir karena kemampuannya untuk masuk ke dalam jejaring makanan di laut. Namun, penelitian mengenai ekstraksi mikroplastik pada makroalga belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengadukan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada Padina minor (Yamada 1925). Mikroplastik pada permukaan makroalga diluruhkan dengan magnetic stirrer pada waktu 0, 5, 10, dan 15 menit. Mikroplastik yang tersisa setelah perlakuan pengadukan dihitungan dengan melarutkan jaringan makroalga dengan menggunakan basa kuat Natrium Hidroksida (NaOH 6M). Pengurangan kelimpahan mikroplastik terjadi pada pengadukan selama 5 menit sebesar 46,36±5,22%, pengadukan selama 10 menit sebesar 56,70±5,34%, dan pengadukan selama 15 menit sebesar 73,81±4,55%. Mikroplastik yang masih melekat pada pengadukan selama 5 menit sebesar 53,62±5,22%, pengadukan selama 10 menit sebesar 43,29±5,34%, dan pengadukan selama 15 menit sebesar 26,18±4,55. Mikroplastik jenis fiber, fragmen, dan film ditemukan pada makroalga P. minor. Warna mikroplastik yang ditemukan meliputi biru, hitam, dan transparan. Berdasarkan ukurannya, mikroplastik yang ditemukan berkisar antara 19-3492,09 μm. Rata-rata ukuran mikroplastik terpanjang diperoleh oleh jenis fiber diikuti dengan film, dan fragmen. Kelimpahan mikroplastik berkurang seiring dengan bertambahnya waktu pengadukan. Waktu pengadukan selama 15 menit memberikan hasil pengurangan kelimpahan mikroplastik tertinggi dibandingkan waktu pengadukan lainnya.

Research on microplastics in major marine producers such as macroalgae and seagrasses has received considerable attention in recent years because of their ability to enter the marine food web. However, research on the extraction of microplastics in macroalgae has not been widely carried out. This study aims to determine the effect of stirring on reducing the abundance of microplastics in Padina minor (Yamada 1925). Microplastics on the surface of macroalgae were removed with a magnetic stirrer at 0, 5, 10, and 15 minutes. Microplastic remaining after stirring treatment was calculated by dissolving macroalgae tissue using a strong base of Sodium Hydroxide (NaOH 6M). Microplastics reduction occurred from stirring for minutes by 46.36±5.22%, stirring for 10 minutes by 56.70±5.34%, and stirring for 15 minutes by 73.81±4.55%. The microplastics that were still attached to 5 minutes of stirring were 53.62±5.22%, 43.29±5.34% stirring for 10 minutes, and 26.18±4.55% stirring for 15 minutes. Microplastic fibers, fragments, and films were found in P. minor macroalgae. The colors of the microplastics found included blue, black, and transparent. Based on their size, the microplastics found ranged from 19-3492.09 μm. The average size of the longest microplastic was obtained by the type of fiber followed by film, and fragments. The abundance of microplastics decreased with increasing stirring time. The stirring time for 15 minutes gave the highest reduction in microplastic abundance compared to other stirring times."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Tri Pujiyati
"ABSTRAK
Pembentukkan kompleks ion logam dengan ligan multidentat yang
berstruktur 1, 2 dan 3 dimensi menarik untuk dipelajari karena dapat
membentuk kompleks yang stabil. Penelitian ini, mempelajari pembentukkan
kompleks ligan 2 dimensi, yaitu 18-Crown-6-ether dengan ion Pb(II) melalui
ekstraksi dalam sistem heksana-air. Ion Pb(II) dipilih berdasarkan
kesesuaian ukuran diameter Pb(II) dengan cincin eter. Reaksi pembentukkan
kompleks dipelajari melalui spektrum absorpsi dengan spektrofotometer UVVis.
Kompleks Pb(II)–18-Crown-6 yang terbentuk berupa kompleks kation,
[Pb(18-Crown-6)]2+ yang terlarut dalam fasa air yang ditandai kenaikkan
serapan 18-Crown-6 dalam fasa air, dan penurunan serapan 18-Crown-6
dalam fasa organik. Ion pikrat diberikan untuk meningkatkan ekstraksi
dengan membentuk kompleks pasangan ion, berupa [Pb(18-Crown-6)]Pic2.
Adanya kompleks ini ditunjukkan dengan kenaikan absorbansi pada 280 nm
dalam fasa organik. Keberadaan anion lain seperti Cl-, CH3COO-, dan OHdalam
sistem akan memberikan efek kompetisi terhadap pembentukkan
kompleks yang diinginkan. Mekanisme pembentukan kompleks ini kemudian
diperjelas dengan data antarmuka sistem heksana-air, menggunakan High
Speed Stirring Spectrophotometry. Pada antarmuka diamati adanya spesies
ligan dan kompleks pasangan ion yang teradsorpsi, sehingga pembentukan
kompleks dapat dibuktikan melalui tahap pertemuan reaktan pada
antarmuka."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nurdianti
"ABSTRAK Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch, metode high speed stirring (HSS) dan metode centrifugal liquid membrane (CLM). Molar rasio pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) yang diperoleh adalah [HL] : [Fe] = 2 : 1, sehingga kompleks yang terbentuk ialah kompleks netral Fe(II)L2 dan kompleks kation Fe(III)L2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam pelarut heksana menghasilkan spektrum absorpsi UV-Vis pada ??maks = 450 nm dengan nilai absorptivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1 cm-1, serta koefisien distribusi, KD = 8,81. Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Fe(II)L2 yang terbentuk akan terekstrak dalam fasa organik (dengan ??maks = 533 nm dan 750 nm), sedangkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kompleks kation Fe(III)L2+ tidak terekstrak pada fasa organik tapi terlarut pada fasa air (dengan ??maks = 512 nm). Adsorpsi zat pada antarmuka diselidiki dengan menggunakan metode high speed stirring (HSS). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa saat kondisi kecepatan pengadukan tinggi (4500 rpm), sebagian besar ligan 5-Br-PADAP dan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP akan teradsorpsi pada antarmuka. Tetapi saat kecepatan pengadukan dihentikan (stop), sebagian besar zat akan kembali terekstrak ke dalam fasa organik. Nilai konstanta adsorpsi ligan 5-Br-PADAP pada antarmuka (K??) heksana-air dengan metode ini didapat sebesar 3,15 x 10-4 cm. Juga diperoleh konstanta adsorpsi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP pada antarmuka heksana-air sebesar 2,73 x 10-3 cm. Pembentukan kompleks dengan metode CLM menghasilkan spektra absorpsi dengan ??maks ( kompleks Fe(II)L2: 550 nm dan 750 nm, serta kompleks kation Fe(III)L2+: 523 nm ) yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode batch, disimpulkan bahwa kompleks tersebut berada pada antarmuka. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Aggregat jenis ini disebut J-aggregat. Pembentukan kompleks Fe ?V 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan pH. Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks dan aggregat kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 8,63 x 102 M-1 s-1 dan kagg = 6,26 x 102 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 4,20 x 10 M-1 s-1 dan kagg = 6,36 x 10 M-1 s-1. Kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP dapat direduksi menjadi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP menggunakan asam askorbat dan kinetika reaksi reduksinya diamati dengan metode CLM. Diperoleh konstanta laju rata-rata reaksi reduksi sebesar 9,76 x 10 M-1 s-1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library