Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halimah
"Telah dilakukan penelitian terhadap empat spesies pohon yang berpotensi sebagai pohon penyerap polusi udara di dua lokasi berbeda yaitu Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan Kampus Universitas Indonesia (UI). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan anatomi daun Cerbera odollam, Polyalthia longifolia, Swietenia macrophylla, dan Terminalia mantaly di dua lokasi tersebut, sehingga dapat memberikan informasi spesies yang memiliki kemampuan yang paling baik dalam penyerapan polutan udara. Tiga individu dari masing-masing spesies pohon dipilih secara acak di kedua lokasi, dan dari tiap individu diambil dua helai daun untuk dibuat sampel sayatan anatomi. Sayatan melintang daun dibuat dengan hand sliding microtome, sedangkan sayatan paradermal dibuat dengan metode pengerikan (scraping). Berdasarkan pengukuran parameter lingkungan, TPST Bantargebang memiliki iklim mikro yang lebih panas, kering, dan terang serta cenderung memiliki polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan di Kampus UI. Hasil pengamatan anatomi menunjukkan, T. mantaly memiliki ketebalan kutikula, kutikula, dan indeks stomata yang lebih rendah di TPST Bantargebang dibandingkan Kampus UI. Ketebalan lapisan kutikula dan epidermis mengindikasikan pertahanan terhadap polutan, kekeringan dan pembelokan sinar matahari berlebih agar tidak merusak jaringan internal daun. Oleh karena itu, diduga T. mantaly sensitif terhadap perubahan lingkungan. Spesies C. odollam dan S. macrophylla memiliki ketebalan dari lamina, epidermis adaksial dan abaksial, mesofil, tinggi parenkim palisade, dan kerapatan stomata yang lebih tinggi di TPST Bantargebang dibandingkan Kampus UI (P<0,05). Kerapatan stomata tertinggi terdapat pada S. macrophylla dan memiliki indeks stomata yang lebih tinggi di TPST Bantargebang. Kerapatan dan indeks stomata dapat menjadi parameter tumbuhan disebut sebagai penyerap polutan udara dan bioindikator. Semakin tinggi kerapatan dan indeks stomata di area terpolusi menunjukkan tumbuhan tersebut merupakan bioindikator yang baik. Spesies dengan kategori paling baik sampai kurang baik sebagai penyerap polutan dan bioindikator yaitu S. macrophylla, C. odollam, P. longifolia, dan T. mantaly.

Research has been conducted on four tree species that have the potential to absorb air pollution at two locations, namely Bantargebang integrated waste management site (landfill) and Universitas Indonesia (UI) campus. This study aims to determine and analyze the anatomical differences of the leaves of Cerbera odollam, Polyalthia longifolia, Swietenia macrophylla, and Terminalia mantaly in Bantargebang landfill and UI campus to provide information on species that have the best ability to absorb air pollutants. Three individuals were selected randomly from each species at each location, and two leaves were taken from each individual. Cross section of leaf anatomy was made using the hand sliding microtome, while paradermal section were made using the scraping method. Based on the measurement of environmental parameters, Bantargebang landfill has a microclimate that is hotter, drier, and brighter and tends to have higher air pollution than the UI campus. The results of anatomical observations showed that T. mantaly had a lower cuticle thickness, cuticle, and stomatal index in Bantargebang landfill compared to UI Campus. The thickness of cuticle and epidermis layer indicates a defense against pollutants, and also helps the plant to retain leaf moisture and deflect excess sunlight from damaging the leaf tissue. Therefore, it is suspected that T. mantaly is sensitive to environmental changes. Cerbera odollam and Swietenia macrophylla had a thickness of lamina, adaxial and abaxial epidermis, mesophyll, palisade parenchyma height, and higher stomatal density in Bantargebang landfill than UI Campus (P<0.05). The highest stomatal density was found in S. macrophylla and had a higher stomatal index in Bantargebang landfill. Stomatal density and stomatal index can be used as plant parameters, which are known as air pollutant absorbers and bioindicators. The higher the density and the stomatal index in the polluted area, the more suitable the plant are to be used as absorber of air pollution and biondicator. The results showed that species with good to poor categories as as pollutant absorbers and bioindicators were S. macrophylla, C. odollam, P. longifolia, and T. mantaly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kelapa merupakan komodotas penting bagi Indonesia.Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri,kelapa juga merupakan komoditas ekspor penghasil devisa. Sebagian besar pertanaman kelapa rakyat belum memenuhi standar budi daya....."
BUTEPER
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Martha Della Rahayu
"Induksi poliploidi pada bibit Phalaenopsis amabilis telah dilakukan menggunakan kolkisin secara in vivo. Induksi poliploidi dilakukan dengan meneteskan kolkisin pada pucuk bibit P. amabilis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kolkisin yang efektif untuk induksi poliploidi bibit P. amabilis dan menghasilkan bibit P. amabilis poliploid. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak dengan satu faktor, yaitu konsentrasi kolkisin. Pucuk bibit P. amabilis ditetesi 0,01 ml kolkisin (0, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 5000 mg L-1 ). Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kolkisin dari 1000 sampai 5000 mg L -1 tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup dan pertumbuhan bibit pada 24 minggu setelah perlakuan (24 MSP). Bibit P. amabilis poliploid dapat dihasilkan pada penetesan kolkisin 1000, 3000, 4000, dan 5000 mg L -1 dengan konsentrasi kolkisin paling efektif adalah 5000 mg L -1 . Bibit poliploid memiliki ukuran stomata lebih besar dari bibit diploid sebaliknya kerapatan stomatanya lebih rendah.

ABSTRACT
Polyploid induction on the seedlings of Phalaenopsis amabilis has been done using colchicine under in vivo condition. Polyploid were induced by dripping colchicine to the shoot tip of P. amabilis seedlings. The objective of this study was to obtain an effective concentration of colchicine to induce polyploidy in P. amabilis seedlings and to produce polyploid seedlings. Experiment was arranged in randomize completely block design with one factor, the colchicine concentration. Seedlings of P. amabilis were dripped with 0,01 ml of colchicine solutions (0, 1000, 2000, 3000, 4000, and 5000 mg L-1 ). Results of the experiment showed that increasing colchicine concentration from 1000 to 5000 mg L-1 did not give significant effect to the survival and the growth of the seedlings which were observed at 24 weeks after treatment (WAT). Polyploid seedlings of P. amabilis could be produced by dripping colchicine at the concentration of 1000, 3000, 4000, and 5000 mg L -1 but the most effective concentration was 5000 mg L-1. Polyploid seedlings of P. amabilis have larger size with the lower density of stomata compared with their diploid counterparts."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, 2015
580 BKR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Gusti Made Arya Parwata
"ABSTRACT
Jarak pagar (Jatropha curcasL.), salah satu tanaman sumber bahan bakar nabati tropis, telah terkenal karena ketahanannya terhadap
cekaman kekeringan, akan tetapi, kemampuannya untuk tumbuh pada lingkungan yang kering masih jarang diteliti.
Perubahan status air daun, kadar klorofil, suhu permukaan daun, konduktansi stomata, kadar prolin dan
abcisic acid (ABA), laju transpirasi dan fotosintesis dikaji pada empat genotip jarak pakar (IP-1A, IP-2M, Unggul lokal dan Daun
kuning) yang diperlakukan cekaman kekeringan pada lahan pasir pantai di Jawa Tengah, Indonesia. Cekaman kekeringan menurunkan secara signifikan status air daun, kadar klorofil daun, konduktansi stomata, laju transpirasi dan fotosintesis, dan meningkatkan suhu daun, kadar prolin dan ABA. Genotip tahan (IP-1A dan IP-2M) memiliki status air daun, kadar klorofil dan laju fotosintesis lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan genotip yang peka (Unggul
lokal dan Daun kuning). Tidak terdapat perbedaan yang nyata di ntara genotip jarak pagar terhadap suhu daun, konduktansi stomata dan laju transpirasi.

Abstract
Jatropha curcas L., an important tropical biofuel crop, is reputed for its drought resistance, however, its ability to perform in dry conditions has still hardly been investigated. Changes in leaf water status, chlorophyll content, leaf surface temperature, stomatal conductan
ce, proline and abcisic acid (ABA) content, transpiration and photosyntheticrate were studied in four
Jatropha genotypes (IP-1A, IP-2M, Local superior and Yellow leaf) and subjected to drought stress in coastal sandy land conditions in Central Java, Indonesia. Drought stress significan
tly decreased the leaf water status, leaf chlorophyll content, stomatal conductance, transpiration and photosynthetic rate, and increased leaf
temperature, proline and ABA content. Resistant genotypes (IP-1A and IP-2M) had significantly higher leaf water status, chlorophyll content and photosynthetic rate than susceptible genotypes (Local superior and Yellow leaf). There were no differences between the
Jatropha genotypes on leaf temperature, stomat
al conductance and transpiration rate."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Mataram. Fakultas Pertanian;Universitas Mataram. Fakultas Pertanian;Universitas Mataram. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Fakultas Pertanian], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sholia Hajar
"Universitas Indonesia, Depok memiliki 10 variasi bunga Hibiscusrosa¬sinensisyang meliputi variasi bentuk, ukuran, dan warna bunga. Kesepuluh variasi bunga tersebut dikelompokan menjadi 3 tipe bentuk bunga, yaitu bunga single, double, dan crested. Penelitian mengenai variasi morfologi dan anatomi daun, serta jumlah kromosom dari ke¬3 tipe bentuk bunga tersebut belum pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukan ke¬3 tipe bunga tersebut memiliki circum scriptioovatus hingga broad ovatus, apex folii acutus hingga acuminatus, basis folii rotundatus hingga truncatus, dan margo folii serratus hingga crenatus. H.rosa¬sinensis memiliki stomata anisositik dan trikom uniseluler dan multiseluler. Hasil pengamatan terhadap jumlah kromosom dari kuncup bunga memperlihatkan dugaan terjadinya poliploidi. Hasil penelitian tehadap karakteristik morfologi dan anatomi daun, serta jumlah kromosom belum dapat digunakan untuk memperlihatkan perbedaan antara ketiga tipe bunga (single, double, dan crested).

Hibiscusrosa¬sinensisthat grown at Univesity of Indonesia, Depok has 10 flower variations, that clustered into three flower types single¬, double¬, and crested¬flower. Study on variation of leaf morphology and anatomy, and chromosome number of the three flower types has not been done. The three types of flower have circumscriptio ovatus up to broad ovatus, apex folii acutus up to acuminatus, basis folii rotundatus up to truncatus, margofolii serratus up to crenatus. Hrosa¬sinensishas anisocytic stomata, and unicellular up to multicellular trichome. Chromosome number analysis from flower buds showed that the polyploidy phenomenon could be found in H.rosa¬sinensis. The three flower types of H.rosa¬sinensisstill cannot be separated based on the result of leaf morphology and anatomy characters that performed in this research. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S752
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library