Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okuizumi, Hikaru
New York: Harcourt, Inc., 2000
895.65 OKU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mi, Fu
Peking: Henri Vetch, 1938
895.18 MI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Running Press, 2013
782.421 MAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Rahmadi
"Pendahuluan dan tujuan: Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) adalah prosedur invasif minimal yang digunakan untuk mengangkat batu ginjal dengan mengakses sistem pelviokalises secara perkutan. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efikasi dan keamanan posisi terlentang dan tengkurap dalam Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) yang digunakan untuk pengobatan batu ginjal pada pasien Indonesia.
Metode: Studi ini adalah uji coba terkontrol acak samar tunggal dari pasien yang menjalani PCNL dari Februari hingga Mei 2018. Terdapat 19 subjek pada kelompok supine dan 19 pada kelompok prone dengan total 38 subjek penelitian. Hasil penelitian yang dibandingkan meliputi waktu operasi, lama rawat inap, angka bebas batu, kehilangan darah, konversi ke operasi terbuka, transfusi darah, dan komplikasi. Hasil ini dievaluasi menggunakan uji T independent dan uji chisquare.
Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan pada demografi pasien atau lokasi batu antara kedua kelompok. Selain itu, rata-rata waktu operasi, LOS, kehilangan darah, dan transfusi darah tidak berbeda secara statistik. Ada tingkat bebas batu yang lebih tinggi pada kelompok terlentang dibandingkan kelompok rawan (70,0% vs 47,4%, masing-masing, p = 0,151). Subyek lebih banyak ditransfusikan pada kelompok terlentang (30,0%) dibandingkan kelompok rawan (15,8%), tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p = 0,292). Satu-satunya komplikasi adalah laserasi infundibular, yang terjadi pada 20% subjek pada kelompok terlentang dan 15,8% subjek pada kelompok telungkup (p = 0,732).
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa posisi supine dan prone untuk PCNL memiliki hasil efikasi dan keamanan yang serupa.

Introduction: The percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is a minimally invasive procedure used to remove kidney stones by accessing the pelvicalyceal system percutaneously. This study was designed to compare the efficacy and safety of the supine and prone positions in percutaneous nephrolithotomies (PCNLs) used for the treatment of kidney stones in Indonesian patients.
Methods: This was a single-blinded randomized controlled trial of those patients undergoing PCNLs from February to May of 2018. There were 19 subjects in the supine group and 19 in the prone group for a total of 38 study subjects. The study outcomes that were compared included the operative time, length of hospital stay (LOS), stone-free rate, blood loss, conversion to open surgery, blood transfusion, and complications. These outcomes were evaluated using the Student's t test and the chi-squared test.
Results: There were no significant differences in the patient demographics or stone locations between the two groups. Additionally, the medians of the operative times, LOSs, blood losses, and blood transfusions were not statistically different. There was a higher stone-free rate in the supine group than in the prone group (70.0% vs. 47.4%, respectively, p = 0.151). More subjects were transfused in the supine group (30.0%) than in the prone group (15.8%), but this difference was not statistically significant (p = 0.292). The only complications were infundibular lacerations, which occurred in 20% of the subjects in the supine group and 15.8% of the subjects in the prone group (p = 0.732).
Conclusion: This study showed that the supine and prone positions for PCNLs had similar efficacy and safety outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahendra Wijaya .J
"Introduction:
Bladder stones, a common urological condition, can significantly impact a patient's quality of life, leading to symptoms such as obstructive lower urinary tract symptoms (LUTS) and hematuria. In recent years, the utilization of laser lithotripsy has emerged as a promising technique for the removal of bladder stones, offering potential advantages in terms of efficacy and safety.
Material & Methods:
Data obtained from the medical record was collected retrospectively since the use of laser lithotripsy in 2019. Patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were included. Data on patients’ age, sex, symptoms, maximum stone diameter, operation duration, complications, and length of in-hospital duration were gathered and analyzed using SPSS v.27. The primary endpoint was to assess the stone size being successfully removed and procedure duration.
Results:
We recruited 46 participants (40 men and 6 women) with a mean age of 55,5 years old. In 18 (39%) participants, obstructive LUTS was the main presenting symptom, followed by hematuria in 9 (19%) patients. In 10 (28%) of cases, work-up was done by plain abdominal x-ray, while the remaining 36 (72%) underwent CT-scan. The mean surgery duration was 57,2 ± 22,3 minutes. Out of subjects, 3 (6,5%) experienced hematuria as a side effect while 1 (2,1%) patient had a fever.
Conclusion:
Our data demonstrated a safe and effective result of laser lithotripsy used for bladder stones removal. More research is warranted to compare the current modality applied in Indonesia general hospitals along with cost analysis to provide the best treatment option for the patients.

Pendahuluan:
Batu kandung kemih, kondisi urologi yang umum, dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien, menyebabkan gejala seperti gejala obstruktif saluran kemih bawah (LUTS) dan hematuria. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan litotripsi laser telah muncul sebagai teknik yang menjanjikan untuk pengangkatan batu kandung kemih, menawarkan potensi keuntungan dalam hal efektivitas dan keamanan.
Metode:
Data yang diperoleh dari catatan medis dikumpulkan secara retrospektif sejak penggunaan litotripsi laser pada tahun 2019. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan. Data tentang usia, jenis kelamin, gejala, diameter batu maksimum, durasi operasi, komplikasi, dan lama rawat inap pasien dikumpulkan dan dianalisis menggunakan SPSS v.27. Titik akhir utama adalah menilai ukuran batu yang berhasil diangkat dan durasi prosedur.
Hasil :
Penelitian ini terdapat 46 subjek (40 pria dan 6 wanita) dengan usia rata-rata 55,5 tahun. Pada 18 subjek (39%), gejala utama yang muncul adalah obstruksi, diikuti oleh hematuria pada 9 pasien (19%). Pada 10 kasus (28%), pemeriksaan dilakukan dengan X-ray abdomen, sedangkan 36 lainnya (72%) menjalani CT-scan. Rata-rata durasi operasi adalah 57,2 ± 22,3 menit. Tiga orang (6,5%) mengalami hematuria sebagai efek samping sementara 1 pasien (2,1%) mengalami demam.
Kesimpulan:
Penggunaan litotripsi laser untuk menghilangkan batu kandung kemih aman dan efektif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan metode saat ini yang diterapkan di rumah sakit umum di Indonesia, serta analisis biaya untuk memberikan opsi pengobatan terbaik bagi pasien.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Priliantika Yuliadi
"Latar Belakang: Batu ginjal merupakan salah satu bentuk dari batu saluran kemih, yang merupakan masalah yang cukup besar dan bisa menyebabkan morbiditas yang bermakna.Batu ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan dapat berujung pada gagal ginjal, bahkan kematian.Hiperglikemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya batu ginjal.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara hiperglikemia dengan penurunan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal.
Metode: Studi potong lintang yang melibatkan 5464 pasien batu ginjal yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada tahun 2000-2013. Analisis data dilakukan pada 877 orang pasien yang memiliki data gula darah sewaktu dan kreatinin serum, dengan cara mempelajari rekam medis pasien. Sampel penelitian didapatkandengan metodetotal population sampling.
Hasil: Rasio subjek laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Prevalensi hiperglikemia sebesar 4.79% dan prevalensi fungsi ginjal buruk sebesar 32.39%. Pada uji analisis hubungan hiperglikemia dengan fungsi ginjal didapatkan nilai p = 0.013.
Kesimpulan: Hiperglikemia memiliki hubungan yang bermakna dengan fungsi ginjal. Diperlukan tatalaksana serta pencegahan hiperglikemia untuk mencegah perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal.

Background: Kidney stones are one of the forms of urinary tract stones, which is a pretty big problem and can cause significant morbidity. Kidney stones can cause renal dysfunction and can lead to kidney failure, and even mortality. Hyperglycemia can affect the risk of developing kidney stones.
Aim: Knowing the relationship between hyperglycemia and renal function in patients with kidney stones.
Methods: A cross-sectional study involving 5464 patients undergoing treatment for calculous disease at the General National Center Cipto Mangunkusumo Hospital between 2000 and 2013. Analysis was done to 877 patients whoseblood glucose and serum creatinine data were recorded, from patient’s medical record. Samples were obtained by using total population samplingmethod.
Results: Male to female subjects ratio were 2:1. Subjects with hyperglycemia was 4.79%, and there were 32.39% subjects havepoor kidney function.In the analysis of the association between hyperglycemia and kidney function, it is shown that the significance value of p = 0.013.
Conclusion: Hyperglycemia has a significant association with kidney function.Preventions and management of hyperglycemia are necessary to prevent deterioration of kidney function in kidney stone patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruhayati Sadili
"Sebelum ditemukannya alat-alat canggih, pengobatan penyakit batu saluran kemih, khususnya batu ureter, adalah dengan cara operasi terbuka (invasif). Namun saat ini pengobatan yang bersifat invasif mulai ditinggalkan, dan beralih ke cara pengobatan yang minimal invasif, bahkan non invasif.
Saat ini, di RSUPN-CM Jakarta, telah tersedia alat untuk mengobati penyakit batu saluran kemih, khususnya batu ureter distal, yang bersifat minimal invasif, yaitu Ureterorenoskop, dan yang bersifat non invasif, yaitu Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL). Cara pengobatan batu ureter dengan menggunakan alat Ureterorenoskop, disebut tindakan Ureteroskopi (URS).
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui efektivitas biaya dari pengobatan batu ureter distal, antara yang menggunakan cara URS dengan cara ESWL. Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data sekunder subbagian urologi swadana RSUPN-CM, tahun 2001 periode Juni s/d Desember. Analisis data biaya investasi menggunakan biaya investasi setahun. Analisis biaya menggunakan metode Activity Based Costing (ABC), karena metode ini yang paling cocok untuk menganalisis biaya dalam mengobati penyakit batu ureter distal yang merupakan salah satu jenis kegiatan yang ada di subbagian urologi yang memiliki berbagai jenis kegiatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pengobatan batu ureter distal yang paling efektif biaya adalah dengan cara ESWL. Bahkan tindakan ESWL kelas super VIP masih lebih efektif biaya dibandingkan dengan tindakan URS dengan ruang perawatan kelas III.

An Effectiveness Analysis of Distal Urethral Stones Treatment Compared with Ureterorenoskop and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy at RSUPN-CM Jakarta, 2001Before sophisticated-medical equipment was discovered, invasive surgery was used for Urinary Tract Stone treatments; especially urethral stone. Today, invasive surgery has been no longer implemented, and shifting into minimal or non invasive treatment.
RSUPN-CM Jakarta, has two different medical equipments to treat Urinary Tract Stone patient which are Ureterorenoscop for minimal invasive treatment and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) for non invasive treatment. The treatment using Ureterorenoscop is called Ureteroscopy (URS).
The aim of this research is to examine and compare the cost effectiveness of urethral distal stone treatment using both equipments. This research is descriptive, using secondary data from subbagian urologi RSUPN-CM in the period of June-December 2001. Meanwhile, data analysis for investment cost is considered in annual base.
The analysis of this study is using Activity Based Costing (ABC) method. This method is the most appropriate method for urethral distal stone treatment since subbagian urologi comprises a broad range of interrelated activities. ABC method, therefore, will evaluate the cost of effectiveness for both URS and ESWL.
The study shows that ESWL is the most effective cost compared to URS. Even, Super VIP using ESWL is more effective than class III URS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djahalia Rumagesan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tatalaksana bukan pembedahan pada batu sulit duktus biliaris komunis, tidak dapat dilakukan dengan ERCP saja, namun memerlukan modalitas terapi lain seperti pemasangan sten bilier, litotripsi mekanik, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. Pemasangan sten bilier, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy, memiliki tingkat efektivitas dalam mencapai bersihan total bervariasi 70-80%. Di Indonesia sendiri, belum ada data mengenai efektivitas ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten dibandingkan dengan pemasangan sten bilier saja sebagai tatalaksana ekstraksi batu sulit.Tujuan: Mengetahui efektivitas ESWL dalam mencapai bersihan total pasca pemasangan sten bilier dibandingkan dengan pemasangan sten bilier saja Metode: Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif dengan menggunakan
data sekunder dari registri Pusat Endoskopi Saluran Cerna Rumah Sakit Umum Pemerintah Cipto Mangunkusumo yang melibatkan 126 subjek batu sulit. Dilakukan analisis dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu subjek yang dilakukan pemasangan sten bilier saja, dan subjek yang dilakukan ESWL pasca pemasangan sten bilier dengan keluaran akhir efektivitas berupa bersihan total menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sampel berjumlah 126 subjek yang terdiri dari 72 subjek yang dilakukan ESWL
pasca pemasangan sten bilier dan 54 subjek yang menjalani pemasangan sten bilier saja. Efektivitas ESWL pasca pemasangan sten bilier dalam mencapai bersihan total yaitu 69,1% dan efektivitas sten bilier dalam mencapai bersihan total yaitu 64,8%. ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten bilier tidak memberikan perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,703 dengan resiko relatif (RR= 1,050; IK95% 0,816-1,351). Terdapat 26 subjek yang tidak menyelesaikan pengobatan. Simpulan: Subjek dengan batu sulit duktus biliaris yang dilakukan ESWL sebagai terapi tambahan pasca pemasangan sten bilier memiliki efek terapi yang sama dengan subjek yang dilakukan pemasangan sten bilier saja dalam mencapai bersihan total.
Background: Management non-surgical therapy of difficult stones, cannot be removed by ERCP only. There are modalities procedure like biliary stenting, mechanical
lithotripsy, and Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) are important in the therapy of difficult stones of the common bile duct. Efficacy of ESWL for achieve ductal clearence aprroxymately 70-80%. However, in Indonesia, there is no data about the theraupetic effect of ESWL for ductal clearance of difficult bile duct stones after biliary stenting compared to insertion of the biliary stent alone. Objective: To determine theraupetic effect of ESWL after biliary stenting compared to biliary stent placement alone Methods: This study is a retrospective cohort study using secondary data from the Gastrointestinal Endoscopy Center registry of the Cipto Mangunkusumo Government General Hospital which involved 126 subjects with difficult stones. The analysis was
done by dividing the subjects into two groups, those who were subjected to biliary stent placement only, and subjects that had ESWL procedure after biliary stent were inserted. The final outcome is total ductal clearance using the Chi Square analysis. Results: The sample consisted of 126 subjects. Seventy-two subjects were subjected to ESWL after insertion of biliary stents and 54 subjects were subjected to biliary stent placement only. The effectiveness of ESWL procedure after biliary stents insertion in achieving total clearance was 69.1% and the effectiveness of biliary stents alone in achieving total clearance was 64.8%. ESWL as an adjunctive therapy after biliary stent placement did not provide statistically significant difference with a p value of 0.703 with a relative risk (RR = 1.050; 95% C0.816-1.351). There were 26 subjects who did not complete treatment.
Conclusion: The therapeutic effects of ESWL after biliary stenting did not result in statistical differences of succesfull total ductal clearance for difficult bile duct stones."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kindy Aulia
"Penyakit batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar. Riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan jumlah kasus batu ginjal sebesar 0,6% dari seluruh masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit batu ginjal dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dan dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Pada penyakit batu saluran kemih stone burden adalah luas permukaan batu yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit tersebut. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan data sekunder dari rekam medis pasien batu ginjal di Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo sebanyak 5464 pasien. Dengan menggunakan teknik total population sampling didapatkan sebanyak 1898 pasien memiliki data kadar kreatinin dan ukuran batu ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara high stone burden dengan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal. Dari penelitian ini didapatkan perbandingan subjek laki-laki terhadap perempuan sebesar 4:1 dan perbandingan jumlah subjek usia dewasa dengan usia lanjut sebesar 3:2. Sebesar 834 (43,9%) dengan prevalensi high stone burden, sebesar 778 (41%) dengan prevalensi fungsi ginjal buruk. Melalui uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara high stone burden dengan penurunan fungsi ginjal (p<0,001). Perlu dilakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih awal pada pasien batu ginjal.

Urolithiasis is a big problem with many cases. Riset kesehatan dasar 2013 showed that kidney stone disease have 0,6% of prevalence from all of the health problems in Indonesia. Kidney stone disease can cause reduced kidney function and it leads to kidney failure. Stone burden is kidney stone?s surface area which is a factor that have some effect in urolithiasis. This is a cross-sectional study, the secondary data collected from 5464 medical records of kidney stone patients at Department of Urology, Cipto Mangunkusumo General Hospital. With total population sampling, there are 1898 subjects who have cratinin serum and stone size data. Purpose of this study is to find association between high stone burden and kidney function in kidney stone patients. From this study, we found that the ratio of men and women is 4:1 and the ratio of adults and elders is 3:2. High stone burden have 43,9% (834) of prevalence and reduced kidney function have 41% (778) of prevalence. From statistic test we found that there is a significant association between high stone burden and reduced kidney function (p< 0,001). Education to the people about the importancy of early medical check up and treatment is needed to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Lamtiur Gracesita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada satu keluarga yang memiliki anak praremaja usia 11 tahun dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki masalah perilaku temper tantrum. Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua dalam melakukan pengasuhan yang positif untuk mengelola permasalahan perilaku anak dengan mild intellectual disability. Program intervensi dilaksanakan sebanyak 7 sesi (3 sesi di klinik dan 4 sesi praktikum di rumah).
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan roleplay. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain Child Behavior Checklist, Parenting Scale (dari Arnold,O Leary, Wolff, dan Acker, 1999), Parenting Sense of Competence (dari Gibaud-Wallston dan Wandersman, 1978), serta Catatan Pengukuran Temper Tantrum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku temper tantrum O, menurunkan disfungsi gaya pengasuhan orangtua dan meningkatkan pandangan kompetensi orangtua dalam praktik pengasuhan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>