Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amira Aulia Musnadi
"Streptococcus macedonicus MBF10-2 adalah suatu galur bakteri asam laktat yang
bersifat GRAS (generally recognized as safe). S. macedonicus MBF10-2 telah
dikembangkan selama ini untuk pemanfaatan dalam bidang farmasi dan kesehatan, salah
satunya sebagai bahan aktif perawatan kesehatan kulit dalam bentuk lisat antibakteri.
Penggunaan lisat dalam produk perawatan kesehatan kulit beberapa dekade terakhir telah
terbukti efektif, misalnya untuk mengatasi masalah penuaan kulit. Parameter uji aktivitas
antioksidan dalam penuaan kulit akibat radikal bebas diuji cobakan dalam penelitian
terhadap S. macedonicus MBF10-2 yang berupa lisat hasil pelisisian sel maupun cell free
supernatant (CFS) sebagai pembanding. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji
aktivitas antioksidan dan sensitivitas lisat serta CFS S. macedonicus MBF10-2 terhadap
kulit manusia. Lisat dan CFS didapatkan dari penelitian terdahulu yang selanjutnya
difraksinasi dan disimpan dalam bentuk kering beku. Uji antioksidan dilakukan dengan
metode DPPH berdasarkan nilai IC50 dan uji sensitivitas dilakukan dengan metode patch
test. Hasil percobaan dengan 3 kali pengulangan menunjukkan bahwa metode fraksinasi
dan pengeringan beku bersifat reproducible. Nilai IC50 lisat sebesar 840 μg/ml
menunjukkan aktivitas antioksidan sangat lemah, sementara nilai IC50 fraksi-fraksi CFS
sebesar 16.050 μg/ml; 11.945 μg/ml; dan 13.488 μg/ml berarti tidak ada aktivitas
antioksidan. Uji sensitivitas kulit memberikan hasil negatif dimana fraksi lisat dan CFS
tidak menyebabkan alergi dan iritasi sehingga aman terhadap kulit manusia.

Streptococcus macedonicus MBF10-2 is a species from the lactic-acid bacteria (LAB)
group that is generally recognized as safe (GRAS). S. macedonicus MBF10-2 has been
developed for pharmaceutical and healthcare benefits, one of which is an active ingredient
for skin care in the form of antibacterial lysate. In the last decade, application of lysate as
skin care products has proven to be effective to overcome premature skin aging. The
parameter of antioxidant in skin aging due to free radicals were tested in a study of S.
macedonicus MBF10-2 lysate in comparison with cell free supernatant (CFS). The
purpose of this study is to examine the antioxidant activity and the sensitivity of S.
macedonicus MBF10-2 lysate and CFS on human skin. The lysate and CFS are obtained
from previous study which are then fractionated and stored in freeze dried form.
Antioxidant assay is carried out by DPPH method based on the IC50 value and skin
sensitivity test is demonstrated by patch test. The results show that the fractionation and
freeze dry method are reproducible which was carried out in triplicates. The IC50 value of
the lysate is 840 μg/ml indicating the lysate is a very weak antioxidant, meanwhile the
IC50 value of the CFS fractions are 16.050 μg/ml; 11.945 μg/ml; and 13.488 μg/ml
showing that the CFS fractions do not possess any antioxidant activity. Skin sensitivity
test resulted negative, which proves that each fraction of lysate and CFS is non-allergenic
and non-irritating therefore it is safe for the human skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yehezkiel Willy Susanto
"

Pemanfaatan bakteri telah banyak dilakukan pada banyak aspek kehidupan manusia dan menghasilkan dampak yang positif. Salah satu pemanfaatannya adalah asam laktat dan bakteriosin yang diekskresikan dari bakteri Streptococcus macedonicus. Bakteri Streptococcus macedonicus MBF10-2 adalah salah satu galur dari bakteri asam laktat yang diketahui memiliki potensi aktivitas antimikroba terhadap beberapa bakteri Gram positif. Aktivitas antimikroba ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai produk perawatan kulit. Dalam penelitian ini digunakan medium berbasis nabati yaitu de Man, Rogose, dan Sharpe (MRS) Vegitone untuk menjamin kehalalan dari proses dan produk akhir. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum perolehan massa sel terbanyak selama fermentasi pada medium de Man, Rogose, Sharpe (MRS) Vegitone pada skala yang diperbesar untuk meningkatkan produksi lisat. Optimasi kondisi optimum perolehan massa sel dilakukan dengan melakukan pengkulturan sel secara bertahap hingga skala besar pada fermentor. Optimasi pelisisan sel dilakukan dengan cara menggunakan metode ultrasonikasi dan gabungan dari ultrasonikasi dengan penambahan lisozim (enzimatik) dengan kondisi pada pH 7 dan 8 dengan pengulangan 20x dan 40x. Pengujian untuk mengkonfirmasi bahwa bakteri sudah terlisis dengan baik yaitu menggunakan pewarnaan Gram dan pengujian MTT Assay. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perolehan massa sel yang didapat pada medium MRS Vegitone adalah 7.987 gram, dan perolehan massa sel pada medium MRS standar adalah 8.7013 gram. Hasil dari optimasi lisis menunjukkan bahwa metode gabungan ultrasonikasi dan enzimatik dengan kondisi pH 8 dan pengulangan 40x memberikan hasil yang lebih baik, dibuktikan dengan pengujian perwarnaan Gram yang menunjukkan bahwa sel yang terlisis paling banyak dan rendemen hasil freeze dry sebesar 5.7267%. Dari pengujian MTT Assay juga menunjukkan bahwa sel telah terlisis dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa waktu inkubasi optimum medium MRS Vegitone adalah 16 jam dengan efisiensi jumlah massa sel pada medium MRS Vegitone adalah 8,21% lebih sedikit jika dibandingkan dengan medium MRS Standar dan kondisi lisis yang optimum adalah dengan metode gabungan ultrasonikasi dan enzimatik dengan kondisi pH 8 dan pengulangan 40x dengan perolehan rendemen hasil freeze dry sebesar 5.7267%.


The use of bacteria has been done in many aspects of human life and has a positive impact. Several of the potential substance are lactic acid and bacteriocin. One of the example is Streptococcus macedonicus. Streptococcus macedonicus MBF10-2 is one of the strains of lactic acid bacteria that have antimicrobial activity against several Gram-positive bacteria. This antimicrobial activity is expected to be developed as a skin care product. In this study, vegetable-based medium was used, namely de Man, Rogose, and Sharpe (MRS) Vegitone to ensure halalness of the process and final product. Therefore, this study aims to obtain the optimum conditions for obtaining the most cell mass gain during fermentation in the de Man, Rogose, and Sharpe (MRS) Vegitone on a scale that is enlarged to increase lysate production. Optimization of the optimum conditions for cell mass gain was done by culturing cells gradually to a large scale in fermentor. Optimization of cell lysis is done by using ultrasonication method and a combination of ultrasonication with the addition of lysozyme (enzymatic) with conditions at pH 7 and 8 with repetitions of 20 times and 40 times. Tests to confirm that the bacteria has been properly destroyed, that is, using Gram staining and MTT assay. The results showed that the cell mass gain obtained in the MRS Vegitone medium was 7.987 grams and the cell mass gain obtained in Standard MRS medium was 8.7013 grams. The results of lysis optimization showed that the combined method of ultrasonication and enzymatic with condition at pH 8 with repetitions of 40 times gave better results, proven by the Gram staining test which showed that the most cells are destroyed and the freeze dry yield was 5.7267 %. In MTT assay also shows that the cell has been properly destroyed. It can be concluded that the optimum incubation time of MRS Vegitone medium is 16 hours with the efficiency of cell mass in the MRS Vegitone medium was 8.21% less when compared to the standard MRS medium and the optimum lysis condition is the combined of ultrasonication and enzymatic method with pH 8 and 40 times repetition with the yield of freeze dry is 5.7267%.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Hiumawan
"Resistensi antibiotik merupakan tantangan besar yang dialami oleh sektor kesehatan. Pengembangan berbagai antibiotik baru seperti lantibiotik merupakan salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini. Pada penelitian in vitro sebelumnya, Streptococcus macedonicus MBF10-2 diprediksi memiliki Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS) berupa lantibiotik dengan mekanisme aksi pembentukan pori. Bacteriocin Like Inhibitory Substance yang dihasilkan belum diketahui secara spesifik jenisnya sehingga pada penelitian kali ini dilakukan identifikasi jenis lantibiotik dan mekanisme aksinya pada tingkat molekuler secara in silico. Identifikasi dilakukan dengan cara menyejajarkan sekuens dengan berbagai pustaka lantibiotik. Setelah teridentifikasi, dilakukan sekuensing dari hasil ekstraksi DNA lantibiotik yang telah diamplifikasi untuk mendeteksi keberadaan mutasi pada sekuens. Penelitian mengenai mekanisme aksi tingkat molekuler dari lantibiotik ini dilakukan dengan pembuatan model struktur tiga dimensi menggunakan metode template-based dan de novo. Hasil model kemudian dievaluasi dan ditambatkan dengan lipid II yang merupakan molekul prekursor pada sintesis dinding sel bakteri untuk melihat potensi interaksinya. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa lantibiotik yang dihasilkan oleh Streptococcus macedonicus MBF10-2 adalah salivaricin 9. Terdapat 4 model salivaricin 9 dengan hasil evaluasi terbaik diantara model lainnya yang digunakan dalam penambatan molekuler, yaitu Sal9.3, Sal9.5, Sal9.6, dan Sal9.7. Hasil penambatan menunjukkan bahwa model salivaricin 9 memiliki potensi interaksi dengan lipid II, terutama pada cincin A dan C nya. Hasil penambatan ini kemudian dibandingkan dengan hasil penambatan lipid II dengan nisin sebagai referensi. Untuk mengonfirmasi potensi yang dihasilkan oleh salivaricin 9 terhadap lipid II, maka diperlukan uji in vitro lebih lanjut.

Antibiotic resistance is a major challenge faced by health sector. Development of various new antibiotics such as lantibiotics is one method to overcome the issue. In recent in vitro studies, Streptococcus macedonicus MBF10-2 was predicted to have unknown Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS) as lantibiotics with pore-forming mechanism of action. Therefore, this study aims to identify lantibiotic produced by Streptococcus macedonicus MBF10-2 and its molecular level of mechanism of action by in silico method. Identification was done by aligning the sequences with various lantibiotic sequences. Once identified, sequencing of the amplified DNA extraction was carried out to detect the presence of mutations before continuing the study. Research on the molecular mechanism of action begins with template-based and de novo protein structure modelling. Models then evaluated and docked with lipid II which is a precursor molecule in bacterial cell wall synthesis to see its potential interactions. Salivaricin 9 was identified as lantibiotic produced by Streptococcus macedonicus MBF10-2. There are 4 models of salivaricin 9 with the best evaluation results among the others used in molecular docking, namely Sal9.3, Sal9.5, Sal9.6, and Sal9 .7. Docking results showed salivaricin 9 models has the potential for interaction with lipid II, especially in ring A and C. Results of these docking then compared with another lantibiotic target such as nisin. To confirm the potency of salivaricin 9 against lipid II, further in vitro tests are needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Chairunisa
"Perubahan mikroflora kulit memainkan peran penting dalam kondisi seperti dermatitis atopik, psoriasis, jerawat dan kanker kulit. Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini telah banyak digunakan lisat bakteri sebagai bahan baku produk kesehatan kulit. Lisat bakteri yang banyak dimanfaatkan untuk produk kesehatan kulit adalah lisat dari bakteri asam laktat. Salah satu bakteri asam laktat yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba adalah Streptococcus macedonicus MBF10-2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memproduksi lisat kering Streptococcus macedonicus MBF10-2 dalam medium MRS soy peptone dan pelisisan ultrasonikasi dengan jumlah besar, serta memperoleh konfirmasi aktivitas antimikroba lisat Streptococcus macedonicus MBF10-2 berdasarkan nilai kadar hambat minimal (KHM) terhadap beberapa bakteri kulit. Hasil perolehan serbuk kering lisat Streptococcus macedonicus MBF10-2 dalam medium MRS soy peptone dengan pelisisan ultrasonikasi menggunakan probe ¼ (6 mm) dalam tabung 50 mL yaitu sebanyak 0,5657 gram, 0,5797 gram, dan 0,5818 gram dan perolehan rendemen yaitu sebesar 3,57%, 4,52% dan 4,84%. Lisat yang diperoleh kemudian ditentukan nilai KHM-nya menggunakan metode mikrodilusi secara kolorimetri terhadap beberapa bakteri kulit Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Corynebacterium diphteriae. Nilai KHM lisat S. macedonicus MBF10-2 terhadap bakteri kulit S. aureus dan S. epidermidis adalah sebesar > 200.000 μg/mL, sedangkan terhadap bakteri C. diphteriae adalah sebesar 200.000 μg/mL. Cell-free supernatant (CFS) S. macedonicus MBF10-2 dengan nilai KHM 100.000 μg/mL memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri kulit S. aureus, S. epidermidis, dan C. diphteriae yang lebih baik daripada lisat S. macedonicus MBF10-2.

Changes in skin microflora play an important role in conditions such as atopic dermatitis, psoriasis, acne and skin cancer. To overcome this problem, currently many bacterial lysates have been used as raw material for skin care products. Bacteria lysate that are widely used for skin care products are lysates from lactic acid bacteria. One of the lactic acid bacteria that has antimicrobial activity is Streptococcus macedonicus MBF10-2. The purpose of this study was to produce large amounts of Streptococcus macedonicus MBF10-2 dry lysate in MRS soy peptone medium by ultrasonication lysis, and to get antimicrobial activity confirmation of Streptococcus macedonicus MBF10-2 lysate based on the minimum inhibitory concentration (MIC) against several indicator bacteria and skin bacteria. The results of dry powder obtained from Streptococcus macedonicus MBF10-2 lysate in MRS soy peptone medium by ultrasonication lysis using probe ¼ (6 mm) in 50 mL tube were 0,5657 grams, 0,5797 grams, dan 0,5818 grams with yields of 3,57%, 4,52% and 4,84%. The lysate obtained was then determined the MIC value using the colorimetric microdilution method against several skin bacteria, such as Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Corynebacterium diphteriae. The MIC value of the S. macedonicus MBF10-2 lysate against S. aureus and S. epidermidis was > 200.000 μg/mL, whereas for C. diphteriae was 200.000 μg/mL. The cell-free supernatant (CFS) of S. macedonicusMBF10-2 with MIC value 100.000 μg/mL had antimicrobial activity against S. aureus, S. epidermidis, and C. diphtheria which was better than S. macedonicus MBF10-2 lysate."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Sitti Khayyira
"Beberapa produk kesehatan kulit telah memanfaatkan lisat bakteri dalam produk perawatan sebagai pencerah, pencegahan inflamasi kulit, serta mengatasi kulit sensitif. Substansi yang dimanfaatkan dalam produk perawatan kulit adalah posbiotik, yaitu faktor terlarut (produk atau produk sampingan metabolik) yang disekresikan oleh bakteri hidup atau diperoleh setelah lisis bakteri. Masa kini, tren riset pengembangan perawatan kesehatan mengarah pada pemanfaatan mikrobioma terapeutik, yaitu campuran beberapa mikroba yang dikembangkan dari hasil isolasi mikrobiota yang diperoleh dari organ target terapi. Lisat bakteri memiliki manfaat dalam meningkatkan kesehatan manusia. Salah satu bakteri yang dikembangkan adalah bakteri asam laktat Streptococcus macedonicus MBF 10-2, yang akan diaplikasikan pada sediaan perawatan kesehatan kulit. Medium nabati modifikasi de Man Rogosa & Sharpe (MRS) dengan pepton kedelai digunakan untuk proses fermentasi pada fermentor kapasitas 2 L.  Pelet sel yang diperoleh dilisis menggunakan dua metode, yaitu mekanik dan kombinasi mekanik-enzimatik. Aktivitas inhibisi lisat terhadap bakteri indikator dilakukan sebagai kontrol kualitas. Potensi antioksidan dievaluasi dengan uji diphenyl picrylhydrazyl (DPPH).  Pengembangan mikrobioma terapeutik dilakukan dengan pengumpulan sampel mikrobiota kulit. Sampel diambil dengan cotton swab steril pada bagian dahi dan pipi subjek. DNA genomik dari sampel swab diekstraksi untuk diproses menggunakan Next Generation Sequencing (NGS). Lisat diuji efeknya terhadap pertumbuhan mikrobiota kulit yang dikultivasi untuk melihat kemampuan tumbuh bersama. Rendemen lisat tertinggi diperoleh dari metode kombinasi mekanik-enzimatik. Aktivitas lisat terhadap bakteri indikator menunjukkan kemampuan inhibiai yang konsisten dengan optimasi menggunakan metode respon permukaan (Response Surface Methodology, RSM) pada penelitian sebelumnya. Lisat menunjukkan potensi antioksidan yang lemah dengan nilai inhibitory concentration 50% (IC50) sebesar 840 mg/mL hingga 38.519 mg/mL. Analisis NGS menemukan bahwa Actinobacteria dan Firmicutes merupakan filum dengan kelimpahan terbanyak, yaitu 67% dan 28.59%. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara mikrobiota subjek perempuan dan laki-laki. Lisat S. macedonicus MBF 10-2 menghambat pertumbuhan mikrobiota kulit secara parsial, namun perlu dielusidasi lanjut mengenai jenis mikroba yang dihambat.

Several skin health products have been employing bacterial lysate as brightening, antiinflammation, and treatment for sensitive skin. Postbiotics containing soluble factors are utilized for their potential for various modulatory effect on health treatment, while offering safety advantages over viable probiotics. Research trends of development for health treatments are heading towards utilization of therapeutic microbiome, a mixture of several microbial strains isolated from target organs. Bacterial lysate have been developed for various health benefits, including strain Streptococcus macedonicus MBF 10-2 to be developed for skin health. Plant based soy peptone on modified de Man Rogosa and Sharpe (MRS) medium and cell disruption methods optimization were employed in a 2-L flask fermentation of S. macedonicus MBF 10-2 in order to obtain larger amount of lysate according to previous study by response surface methodology (RSM) as reported. Cell was harvested and then lysed using two methods, i.e ultrasonication and combination of ultrasonication-lysozyme. Growth inhibitory activity of lysate against indicator bacteria as quality control was carried out by well diffusion method. Antioxidant capacity was evaluated by diphenyl picrylhydrazyl (DPPH) assay. Skin microbiome samples were collected by swabbing on forehead and cheek skin for the development of therapeutic microbiome. Genomic DNA from bacterial swab samples were directly extracted to be further processed into Next Generation Sequencing (NGS). Cultivated skin microbiome were challenged by S. macedonicus MBF 10-2 lysate to observe the effect of lysate on normal skin microbiome growth. Lysis by combination of ultrasonication-lysozyme yielded the greatest amount of lysate. Growth inhibitory of indicator bacteria by S. macedonicus MBF 10-2 lysate possessed similar activity to that of predicted in Response Surface Methodology (RSM) as previously reported. Lysate exhibited weak antioxidant capacity with inhibitory concentration 50% (IC50) values 840 – 38,519 mg/mL. Actinobacteria and Firmicutes are the most abundant phyla present on the skin as presented by NGS data, which constitute to 67% and 28.59%. No significant difference was observed between male and female skin microbiome composition. S. macedonicus MBF 10-2 lysate partially inhibited growth of skin microbiome. Further characterization is needed to elucidate the mechanism of skin microbiome modulation by S. macedonicus MBF 10-2 lysate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library