Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Delvi Elfiza
Abstrak :
ABSTRAK Penurunan performa seorang atlet yang mengalami overtraining akan berdampak pada penurunan fungsi otak. Pada keadaan overtraining, atlet mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak sehingga sering muncul kesalahan teknik meski sudah diperbaiki berulang-ulang, hal ini diduga adanya gangguan pada proses pembelajaran dan penurunan kadar Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Overtraining syndrome dapat disebabkan oleh stres oksidatif akibat peningkatan produksi ROS. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian antioksidan. Salah satu antioksidan eksogen adalah Hibiscus sabdariffa Linn. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak air Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari dapat mencegah keadaan stres oksidatif di otak tikus Wistar yang mengalami overtraining sehingga mampu menjaga fungsi memori. Metode penelitian berupa eksperiment ini dilakukan pada 20 ekor tikus jantan galur Wistar usia 8-10 minggu, berat badan 200-250gr. Terbagi atas kelompok kontrol (K), kontrol diberi ekstrak air Hibiscus sabdariffa Linn. (KR), overtraining (OT), dan overtraining diberi ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn. (OTR). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar BDNF yang bermakna antara kelompok K (0,0852 pg/mg) dengan OT (0,075 pg/mg) dan OTR (0,0774 pg/mg). Hasil uji memori dengan Water-E Maze menunjukan bahwa fungsi memori pada kelompok OT maupun OTR terganggu. Tidak ada perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok K (0,17 nmol/mL jar) dan KR (0,167 nmol/mL jar) dengan OTR (0,180 nmol/mL jar). Tidak ada perbedaan bermakna aktivitas GPx antara kelompok K (8,801 U/mg prot) dan KR (9,933 U/mg prot) dengan OTR (8,691 U/mg prot). Hal ini mengindikasikan bahwa Pemberian Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari pada tikus Wistar yang mengalami overtraining dapat mencegah penurunan kadar BDNF tetapi tetap terjadi penurunan fungsi memori. serta dapat mencegah stres oksidatif yang dibuktikan pada rendahnya kadar MDA dan tingginya aktivitas GPx.
ABSTRACT Decrease in the performance of an athlete experiencing overtraining will decline brain function. In overtraining, athletes have difficulties in learning motor skills that often arise despite technical errors have been repaired over and over again, it is alleged interference in the learning process and decreased levels of Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Overtraining syndrome can be caused by oxidative stress due to increased production of ROS. This situation can be overcome by giving antioxidants. A exogenous antioxidants is Hibiscus sabdariffa Linn. This study aims to determine Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kg/day can improve memory function and prevent the increased oxidative stress in Wistar rats experiencing overtraining. Experimental research method in 20 male Wistar strain rats aged 8-10 weeks, weight 200-250gr. Divided into a control group (K), control water extract of Hibiscus sabdariffa Linn. (KR), overtraining (OT), and overtraining given extracts of Hibiscus sabdariffa Linn. (OTR). Results of the study found there was not significant difference levels of BDNF between the group K (0,0852 pg/mg) with OT (0,075 pg/mg) and OTR (0,0774 pg/mg). The result of the memory test with a water-E maze that memory function in OT group and OTR bothered. There was not significant difference levels of MDA between the groups K (0,17 nmol/mL jar) and KR (0,167 nmol/mL jar) with OTR (0,180 nmol/mL jar). There was not significant difference activity of GPx between the groups K (8,801 U/mg prot) and KR (9,933 U/mg prot) with OTR (8,691 U/mg prot). This indicates that the administration of Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kg/day in Wistar rats experiencing overtraining can prevent in decreasing levels of BDNF but decline in memory function. and can prevent oxidative stress as evidenced in the low levels of MDA and the high activity of GPx.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candrarukmi Yogandari
Abstrak :
Beberapa studi di bidang akupunktur mengemukakan bahwa akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi untuk mengurangi radikal bebas pada atlet yang menjalani latihan teratur dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Latihan dasar kemiliteran merupakan latihan intensif yang dijalani oleh setiap calon prajurit yang memungkinkan terjadinya stres oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah modalitas akupunktur manual dan elektroakupunktur mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar malondialdehid pada calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran. Metode penelitian menggunakan uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 34 calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual dan kelompok elektroakupunktur yang masing-masing terdiri dari 17 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok akupunktur manual 0,228 ± 0,441 dan selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok elektroakupunktur 0,409 ± 0,415. ......Several studies in the field of acupuncture suggests that acupuncture is a treatment modality for reducing free radicals in athletes who undergo regular training with high intensity and long duration. Military basic training is intensive training undergone by each candidate that would allow soldiers to oxidative stress. The purpose of this study was to compare whether the manual acupuncture and electroacupuncture modalities have the same effect on levels of malondialdehyde in recruits during training military base. The research method uses a single-blind randomized trials with a control. This study was conducted on 34 recruits when basic military training and were divided into 2 groups: manual acupuncture and electroacupuncture group, each of which consists of 17 people. The results showed that the mean difference of plasma MDA concentration on manual acupuncture group 0.228 ± 0,441 and mean difference of plasma MDA concentration in electroacupuncture group 0.409 ± 0.415.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Hertina
Abstrak :
Kerusakan sel hati dapat disebabkan oleh berbagai senyawa kimia yang toksik. Karbon tetraklorida (CCl4) sering dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati oleh radikal bebas melalui mekanisme stres oksidatif. Studi fitokimia telah banyak membuktikan bahwa kulit buah manggis kaya akan xanton yang dikenal dalam kapasitasnya sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (EEKBM) terhadap kerusakan oksidatif pada hati tikus akibat induksi dari CCl4, melalui aktivitas glutation peroksidase (GPx) dan rasio glutation tereduksi/teroksidasi (GSH/GSSG). Tikus putih jantan galur Sprague Dawley dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok CCl4 dan kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak 900, 1080 dan 1296 mg/kg BB per oral selama 8 hari sebelum diberikan CCl4. Kemudian aktivitas GPx dan rasio GSH/GSSG diukur dari jaringan hati tikus. Diperoleh hasil bahwa pemberian EEKBM pada percobaan ini menurunkan aktivitas GPx pada dosis 900 dan 1080 mg/Kg BB secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok tikus yang diberi CCl4. Pada dosis 1296 mg/Kg BB terjadi kenaikan aktivitas GPx. Hasil pengukuran rasio GSH/GSSG tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol dan kelompok CCl4, meskipun terlihat adanya kecenderungan penurunan/perubahan yang sejajar dengan gambaran aktivitas GPx. Dari penelitian ini diduga bahwa ekstrak etanol 50% kulit buah manggis bekerja sebagai penangkal radikal bebas. ......Liver cell damage could be caused by variety of toxic compounds. Carbon tetrachloride (CCl4) was commonly used as an inducer of liver damage through oxidative stress mechanism by free radical. Phytochemical studies had proven that the mangosteen rind was rich in xanthone as an antioxidant. The research aimed to study the effect of 50% ethanol extract of mangosteen rind (EEKBM) against oxidative damage in rat liver due to induction of CCl4, through the activity of glutathione peroxidase (GPx) and the ratio of reduced / oxidized glutathione (GSH/GSSG). White male rats Sprague-Dawley strain were divided into 5 groups: control group, CCl4 group and the treated group with the extract doses of 900, 1080 and 1296 mg/kg orally for 8 days before being given CCl4. Then the activity of GPx and GSH/GSSG ratio were measured from rat’s liver tissue. The yield of the research showed that the administration of EEKBM reduced the GPx activities significantly (p< 0.05) to doses 900 and 1080 mg/kg bw compared with the control group and the group of rats given CCl4. At the dose of 1296 mg/kg bw exhibited an increase in GPx activity. The measurement results of GSH/GSSG ratio showed no significant difference from the control group and the CCl4 group, although there was declining trend which was parallel to the picture of GPx activity. Study suggested that 50% ethanol extract of mangosteen rind worked as free radical scavenger.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T47210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Praditi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan mengetahui respon limfosit limpa mencit terhadap kondisi hipoksia relatif dan stres oksidatif karena imunisasi. Imunisasi dilakukan dengan cara induksi suspensi SDMD 2 kepada mencit melalui jalan intraperitoneum. Sampel yang digunakan adalah limfosit limpa mencit Balb/c jantan sebanyak 24 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok kontrol tidak diimunisasi , kelompok 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Limpa diambil berturut-turut setelah 0,24,48, dan 72 jam imunisasi. SDMT diperoleh dari darah limpa menggunakan larutan Ficoll 1.084, kemudian limfosit diisolasi dengan metode adheren. Ekspresi protein HIF-1?, HIF-2?, dan Nrf2 menggunakan metode ELISA; ekspresi relatif mRNA HIF-1?, HIF-2? diukur dengan metode qRT-PCR; dan aktivitas enzim GPx diukur dengan metode spektrofotometri. Protein HIF-1? meningkat secara signifikan pada 24 jam pertama setelah imunisasi, kemudian menurun setelah 48 jam dan 72 jam, ekspresi relatif mRNA HIF-1? meningkat setelah 48jam dan 72 jam. Hal ini disebabkan oleh protein HIF-1 distabilkan pada jam ke-24, setelah 48 jam dan 72 jam mRNA tidak ditranslasikan atau protein segera didegradasi. Protein HIF-2? meningkat secara signifikan setelah 72 jam imunisasi, sementara ekspresi relatif mRNA HIF-2? meningkat secara signifikan setelah 24 jam dan 72 jam setelah imunisasi. Hal ini menjelaskan bahwa protein HIF-2 bekerja pada hipoksia kronik. Protein Nrf2 mengalami peningkatan yang tidak signifikan setelah 48 jam. Aktivitas enzim GPx meningkat signifikan pada 24 jam pertama kemudian menurun setelahnya. Kemungkinan setelah 48 jam enzim GPx tidak bekerja sendiri dalam menetralkan radikal bebas, namun dibantu oleh enzim CAT yang juga diatur ekspesinya oleh Nrf2.
ABSTRACT
This research use experimental method, the aim is to explore the mice rsquo s spleen lymphocytes responses towards relative hypoxia and oxidative stress due to immunization. The immunization performed by injecting 2 sheep red blood cell intraperitoneally. The samples are spleen lymphocytes from 24 male Balb c mice, divided into 4 groups control, 24 hours, 48 hours, and 72 hours group. Spleen was isolated after 0 hour, 24 hours, 48 hours and 72 hours after immunization. PBMC obtained from spleen blood through Ficoll 1.084 separation, then lymphocytes were isolated by adherent method. HIF 1 , HIF 2 and Nrf2 protein expression were analyzed with ELISA method, mRNA expression were analyzed with qRT PCR method, and GPx enzyme activity were analyzed through spectrophotometry. HIF 1 protein elevated significantly 24 hours post immunization and decreased afterwards while HIF 1 mRNA increase significantly after 47 hours and 72 hours post immunization. This result is due to stabilized HIF 1 protein on 24 hours group that give rise to its concentration while its mRNA remain low, while after 48 hours and 72 hours the mRNA expression increase but not translated into protein or the protein sin quickly degraded. HIF 2 protein increased significantly 72 hours post immunizaation while mRNA expression elevated on 24 hours and 72 hours group. This result suit the theory that HIF 2 protein works on chronic hypoxia. Nrf2 protein increase insignificantly on 48 hours post immunization and GPx activity rise significantly after 24 hours immunization and decrease afterwards. This may due to enzyme CAT helps enzyme GPx in neutralize free radical, in which CAT is also regulated by Nrf2 protein.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teja Kisnanto
Abstrak :
Pemanfaatan teknologi nuklir terutama radiasi gamma telah menjadi bagian penting di bidang kedokteran. Radiasi gamma dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang menyebabkan kerusakan biologis pada sel normal. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat mencegah reaksi berantai radikal bebas. Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi kemampuan dari bawang putih, petai, jengkol, tomat dan NAC dalam melindungi sel tehadap radiasi gamma. Kelompok perlakuan terdiri atas: A (kontrol), B (radiasi), C (bawang putih+radiasi), D (petai+radiasi), E (jengkol+radiasi), F (tomat+radiasi) dan G (NAC+radiasi). Tiap kelompok terdiri atas 4 ekor tikus jantan. Paparan radiasi gamma dilakukan setelah pemberian bahan alam selama 8 hari berturut-turut. Uji biokimia berupa pengukuran konsentrasi Malondialdehid (MDA), Glutation (GSH), 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG), aktivitas spesifik Glutation Peroksidase (GPx), Katalase (CAT) serta uji immunofluoresensi foci γH2AX pada limfosit dan plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan radiasi gamma dapat menyebabkan peningkatan signifikan pada konsentrasi MDA, GSH, 8-OHdG dan jumlah foci γH2AX serta penurunan signifikan pada aktivitas spesifik GPx dan CAT (p<0.05). Sementara itu, pemberian ekstrak bawang putih, jengkol, tomat dan NAC mampu secara signifikan mengurangi radikal bebas akibat radiasi gamma. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bawang putih, jengkol, tomat dan NAC mampu melindungi tikus terhadap stres oksidatif akibat radiasi gamma. ......Application of nuclear technology, especially gamma radiation, has become an important part of the medical field. Gamma radiation exposure can produce reactive oxygen species (ROS) which cause biological damage to normal cells. Antioxidants are chemical compounds that can prevent free radical chain reaction. This study has been focused to explore the capability some materials of garlic, petai, jengkol, tomatoes and N-acetylcystein (NAC) in counteracting free radicals caused by gamma radiation. This research was divided into 7 treatment groups, namely A (control), B (radiation), C(garlic+radiation), D(petai+radiation), E(jengkol+radiation), F(tomato+radiation) and G(NAC+radiation). Each group consists of 4 male rats. The irradiation were given after 8 days the suplement had been given. Detection of  malondialdehyde (MDA), glutathione (GSH), glutathione peroxidase (GPx), catalase (CAT), 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG) by biochemical, and γ-H2AX foci by immunoflouresence assay were made from lymphocytes and plasma. The results showed that gamma radiation cause a significant increase in MDA, GSH, 8-OHdG concentration and the number of foci γH2AX and a significant decrease in GPx and CAT specific activity (p <0.05). Giving garlic extract, jengkol bean, tomato and NAC can significantly reduce free radicals due to gamma radiation. The conclusion is garlic, jengkol bean, tomato and NAC can protect mice against oxidative stress due to gamma radiation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filda Vionita Irene de Lima
Abstrak :
Peningkatan stres oksidatif pada obesitas mempercepat onset proses senescence. Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) mengandung antioksidan alami yang dapat menurunkan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan menilai efek pemberian ekstrak etanol biji ketumbar terhadap stres oksidatif dan cellular senescence pada hati tikus yang diinduksi obes. Induksi obesitas pada tikus Wistar menggunakan pakan tinggi lemak dilakukan selama 12 minggu. Ekstrak biji ketumbar 100mg/kgBB diberikan selama 12 minggu pasca induksi. Berat badan, Indeks Lee, IMT dan profil lipid plasma diukur pada minggu ke 12 dan 24. Setelah nekropsi pada minggu ke 24, diperiksakan MDA hati dan plasma, uji aktvitas spesifik katalase hati, aktivitas SA-β-Gal dan p16INK4A jaringan hati serta profil lipid plasma. Pemberian ekstrak biji ketumbar tidak menurunkan parameter obesitas yaitu berat badan (p=0,44), indeks Lee (p=0,35), IMT (p=0,97) dan kolesterol (p=0,09), namun menurunkan trigliserida (p=0,04) pada tikus obes. Terjadi penurunan MDA plasma (p=0,013) dan hati (p=0,008) disertai peningkatan aktivitas spesifik enzim katalase (p=0,01) pada tikus obes yang diberikan ekstrak biji ketumbar. Peran ekstrak biji ketumbar terhadap perbaikan status stres oksidatif dapat menghambat senescence yang tampak menyebabkan penurunan p16INK4A (p=0,006) namun tidak menurunkan aktivitas SA-β-Gal (p=0,277) pada hati tikus yang diinduksi obesitas ......Increased oxidative stress in obesity accelerates the onset of the senescence. Coriander seed (Coriandrum sativum L) contains natural antioxidants that can reduce oxidative stress. This study aimed to assess the effect of coriander seed ethanolic extract on oxidative stress and cellular senescence in the liver of obese rats. Obesity induction in Wistar rats using high-fat diet was carried out for 12 weeks. Coriander seed extract 100mg/kg BW was administered 12 weeks post-induction. BW, Index Lee, BMI, and plasma lipid were measured at 12nd and 24th weeks. After necropsy at 24th week MDA, catalase-specific activity test, SA-β-Gal activity and p16INK4A of liver tissue, also plasma profile lipids and MDA were examined. Coriander seed extract did not reduce BW (p=0.44), Lee's index (p=0.35), BMI (p=0.97) and cholesterol (p=0.09), but decreased triglycerides (p=0.04) in obese rats. Plasma and liver MDA was decreased (p=0,013 and p=0.008) accompanied by an increase in specific activity of the catalase enzyme (p=0.01) in obese rats given coriander seed extract. The role of coriander seed extract in improving oxidative stress status inhibits senescence which appeared to cause a decrease in p16INK4A (p=0.006) but did not decrease SA-β-Gal activity (p=0.277) in the liver of obese induced rats.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widia Jusman
Depok: Universitas Indonesia, 2010
D1762
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Gayatri Dwipoerwantoro
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D1745
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Safa Putri Calista
Abstrak :
Latar Belakang: Intermittent fasting (IF) dan prolonged fasting (PF) merupakan bagian dari puasa yang meliputi pola makan waktu puasa dan waktu tidak puasa dalam sehari. Ada banyak manfaat terkait puasa dan salah satunya adalah IF dapat mengurangi stres oksidatif yang bermanfaat bagi otak. Karbonil, biomarker stres oksidatif yang irreversible dan universal telah dikaitkan dengan penuaan sel, jaringan, organ, dan penyakit terkait usia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh puasa terhadap kadar protein karbonil di otak. Metode: Penelitian ini menggunakan sampel jaringan otak yang diperoleh dari 15 ekor kelinci white New Zealand yang dikelompokkan ke dalam tiga perlakuan pemberian pakan yang berbeda yaitu 5 kelompok kontrol, 5 kelompok IF (dipuasakan 16 jam), dan 5 kelompok PF (dipuasakan 40 jam). Sampel diperlakukan sesuai perlakuan masing- masing selama tujuh hari berturut-turut. Kadar karbonil kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 390 nm. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS. Hasil Penelitian: Semua sampel terdistribusi normal (p>0,05), namun pengaruh puasa intermiten (IF) dan puasa berkepanjangan (PF) terhadap kadar karbonil otak pada kelinci White New Zealand tidak signifikan. Kadar karbonil sampel IF lebih rendah daripada PF dengan rata-rata dan standar kesalahan masing-masing 365,4 ± 24,2 dan 409,1 ± 44,7 nMol/mg protein. Kesimpulan: Meskipun tidak signifikan, perlakuan IF dan PF satu minggu yang dilakukan pada kelinci White New Zealand mampu menurunkan kadar karbonil pada otak. IF mampu menurunkan lebih banyak protein karbonil dibandingkan PF. ......Introduction: Intermittent fasting (IF) and prolonged fasting (PF) is a part of fasting that includes eating pattern of fasting-time and non-fasting time in a day. There are many benefits related to fasting and one of them is that IF can reduce oxidative stress that benefits the brain. Carbonyl, an irreversible and universal marker of oxidative stress has been linked to cell, tissue, organ aging and age-related diseases hence this research is conducted to see whether there are any effects of fasting towards protein carbonyl level in the brain. Methods: This research uses brain tissue sample obtained from 15 white New Zealand rabbit that are grouped into three different feeding treatments: 5 control groups, 5 IF (16 h fasting time) groups, and 5 PF (40 h fasting time). They are treated accordingly for seven days straight. Level of carbonyl then is measured by spectrophotometer at 390 nm wavelength. The data was analyzed using IBM SPSS. Result: All samples are normally distributed (p>0.05), however the effect of IF and PF towards brain carbonyl level in white New Zealand rabbit are not significant. The carbonyl level of IF group samples are reduced more than PF group with mean and standard of error of 365.4 ± 24.2 and 409.1 ± 44.7 nMol/mg protein respectively. Conclusion: Although insignificant, one-week treatment of IF and PF done on White New Zealand rabbit are able to decrease carbonyl level in their brain, with IF being able to reduce more protein carbonyl than PF.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrina Aulia Sholihah
Abstrak :
Stres oksidatif yang diduga berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular terjadi akibat sistem pertahanan tubuh yang tidak adekuat untuk mengatasi produksi radikal bebas yang meningkat. Bekatul merupakan produk samping padi (Oryza sativa) dengan kandungan antioksidan yang mampu mendukung sistem pertahanan tubuh melawan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan antioksidan pada bekatul terhadap kerusakan jantung tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Parameter yang diukur yaitu malondialdehid (MDA) dengan metode Wills. MDA merupakan produk peroksidasi lipid. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley usia 6-8 minggu dengan berat 100-200 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (K1), bekatul 200 mg/kgBB (K2), bekatul 400 mg/kgBB (K3), CCl4 0,55 mg/gBB (K4), bekatul 200 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K5), bekatul 400 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA. Data penelitian dianalisis dengan uji one-way ANOVA. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan kadar MDA pada K3 lebih rendah secara signifikan terhadap K1, kadar MDA pada K5 lebih rendah secara signifikan terhadap K4, kadar MDA pada K6 lebih rendah secara signifikan terhadap K4. Kadar MDA yang rendah secara signifikan pada pemberian bekatul tersebut mengindikasikan bekatul sebagai sumber antioksidan yang cukup poten dalam melawan radikal bebas
Oxidative stress, which may contribute to pathogenesis of cadiovascular vents, is a result from inadequate body defense system against increased free radicals. Rice bran is byproduct of rice (Oryza sativa) milling which contains antioxidant component to support the body defense system. The aim of this study was to determine antioxidant component ability of rice bran against heart induced by CCl4. The biomarker measured was malondialdehyde (MDA). MDA is one of lipid peroxidation products. This experimental study used 24 white male Sprague-Dawley 6-8 week old rats, weighted between 100-200 g. These rats were divided into six groups. These groups were normal control (K1), 200 mg/kg BW rice bran (K2), 400 mg/kg BW rice bran (K3), 0.55 mg/g BW CCl4 (K4), 200 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K5), and 400 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K6). After obtaining the MDA levels, the data were analyzed using one-way ANOVA test. The result of one-way ANOVA test shows a mean difference (p < 0.05). This study shows lower levels of MDA in K3 compared to K1 significantly, K5 compared to K4 significantly, and K6 compared to K4 significantly. These significant low levels of MDA because of rice bran feeding indicated potent antioxidant content in rice bran
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>