Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silalahi, Ronald MP
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan dan mendefinisikan makna revolusi yang dikomunikasikan Soekarno dalam pidato-pidato politiknya pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Kajian wacana merupakan disiplin yang berfokus pada investigasi hubungan bentuk dan fungsi di dalam komunikasi verbal. Dalam penelitian ini, hubungan antara kedua aspek tersebut membangun makna revolusi yang dikomunikasikan dalam pidato-pidato Soekarno. Interpretasi makna ini difokuskan pada teori-teori struktur makro semantis dan pragmatis guna menemukan proposisi makro dan daya ilokusioner yang dikandungnya.
The purposes of the study are to portray and to define the meaning of revolution, which is communicated by Soekarno in his political speeches in ?Demokrasi Terpimpin? era (1959-1966). This is a qualitative research by using discourse analysis approaches. Discourse analysis devoted two things of the relationship between form and function in verbal communication. In this research, the relation between these two aspects builds the meaning of revolution, which is communicated in the speeches of Soekarno. The interpretation of meaning is focused on semantics and pragmatics macro-structures theories to build macro propositions and its illocutionary force.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinatrya Azali Aryadhani
Abstrak :
ABSTRAK Pengelasan pertama berkembang sebagai teknik kepentingan ekonomi utama ketika penggunaan besi menjadi luas, karena diperlukan tidak hanya untuk membuat produk jadi tetapi juga sebagai bagian dari pembuatan besi itu sendiri. Pengelasan terdiri dari fusi atau penyatuan dua atau lebih potongan bahan (logam atau plastik) dengan aplikasi panas dan / atau tekanan. Pengelasan adalah cara utama untuk membuat dan memperbaiki produk logam. Prosesnya efisien, ekonomis, dan dapat diandalkan sebagai cara untuk menggabungkan logam. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304. Pengelasan dilakukan tanpa bahan tambah (autogenous). Pengelasan dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa fluks dan dengan fluks (A-TIG Welding). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur makro dan sifat mekaniknya. Pada ketiga fluks terjadi peningkatan kedalaman penetrasi sebesar 56.7% dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekerasan pada daerah terpengaruh panas lebih rendah sebesar 18.9% pada pengelasan A-TIG dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekuatan tarik semakin meningkat sebesar 12.9% dengan metode A-TIG dibandingkan tanpa fluks. Sifat mekanik pada pengelasan A-TIG lebih ductile dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks.
ABSTRACT The first welding developed as a technique of primary economic importance when the use of iron became widespread, because it was needed not only to make finished products but also as part of making iron itself. Welding consists of fusion or joining of two or more pieces of material (metal or plastic) with the application of heat and / or pressure. Welding is the main way to make and repair metal products. The process is efficient, economical, and reliable as a way to combine metals. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel. Welding was carried out without added material (autogenous). Welding is done in two ways, without flux and with flux (A-TIG Welding). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the macro structure and mechanical properties. In all three fluxes there was an increase in penetration depth of 56.7% compared to welding without flux. The value of hardness in heat-affected areas is lower by 18.9% in A-TIG welding compared to welding without flux. The value of tensile strength increased by 12.9% with the A-TIG method compared without flux. Mechanical properties of A-TIG welding are more ductile compared to welding without flux.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Edenbert Dormantua
Abstrak :
Pada industri bangunan kapal, pengelasan merupakan metode yang sangat umum dipakai untuk melakukan penyambungan pelat-pelat baja. Di galangan, juru las menggunakan besar arus dan kecepatan pengelasan yang bervariasi. Seringkali alasan yang sering dipakai adalah untuk mengejar deadline pengerjaan kapal sehingga sesuai dengan timeline yang telah direncanakan. Ada juga dengan motivasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan, yaitu agar pekerjaan cepat selesai. Fenomena yang biasa terjadi adalah kuat arus dinaikkan dari standar galangan atau kecepatan pengelasan ditingkatkan menjadi lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi kualitas sambungan akhir, seperti perbedaan struktur makro dan mikro hasil las yang selanjutnya berimplikasi pada sifat-sifat mekanis material. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara parameter proses MMAW terhadap struktur makro hasil las serta hubungannya dengan sifat mekanis material baja berkekuatan tarik tinggi setelah proses pengelasan. Parameter pengelasan yang dipakai adalah kuat arus dan kecepatan pengelasan. Arus las yang dipakai dalam penelitian ini adalah 110 A yang merupakan standar galangan, 120 A, dan 130 A sedangkan kecepatan pengelasan divariasikan berdasarkan kecepatan pengelasan normal (yang biasa dipakai juru las), dipercepat, dan diperlambat dari kecepatan pengelasan normal. Hasil pengelasan tersebut diuji di laboratorium untuk memperoleh foto struktur makro sambungan material setelah melalui proses pengelasan. Dari foto struktur makro, akan diperoleh analisis perubahan struktur makro pada material yang selanjutnya akan dihubungkan terhadap sifat-sifat mekanis akhir material. Penelitian ini nantinya akan memperlihatkan parameter pengelasan optimum yang akan digunakan pada industri bangunan kapal (galangan) untuk membangun kapal. ......In ship building industry, welding is a very common method used to establish joining plates of steel. In the shipyard, welder often use vary large current and travel speed. Frequently, the reason often used is to pursue the construction deadline so that the vessel in accordance with the timeline. There is also lack of motivation that can be accounted for, such as speedy completion. A common phenomenon is welding currents of shipyard standard raised or welding speed increased becomes higher than the normal. This affects the quality of the final joining, such as differences in the macro-structur and micro-structur of welds which would have implications for the mechanical properties of the material. This study aimed to explore the relationship between process parameters MMAW against the macro-structure of welds and its relationship with the mechanical properties of high tensile strength steel material after the welding process. Welding parameters used are welding currents and welding speed. Welding currents used in this study was 110 A which is a standard of shipyard, 120 A, and 130 A while welding speed was varied by normal welding speed (which is usually used by welder), accelerated and slowed from the normal welding speed. Welds are tested in the laboratory to obtain macro-structure photo of the joining after the welding process. From the photo, it will be obtained the analysis of changes macro-structure of the material which would be linked to the mechanical properties of the final material then. This study will show the optimum welding parameters to be used in the ship building industry (shipyard) to build the ship.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Noventa
Abstrak :
Proses Friction Stir Spot Welding (FSSW) adalah variasi dari friction stir welding (FSW) yang memuyai potensi besar untuk mengganti proses penyambungan single-spot seperti resistance spot welding (RSW) dan rivet. Dalam beberapa tahun terakhir,proses FSSW dengan dissimilar material sudah banyak menarik perhatian dalam berbagai macam sektor industri seperti otomotif, kelistrikan, pendingin, luas angkasa, dan lainnya. Studi literatur ini membahas geometeri pahat, struktur makro, struktur mikro (aliran material dan IMC), sifat mekanis (kekerasan mikro dan sifat tarik), dan cacat las pada proses FSSW aluminium-aluminium, aluminium-tembaga, aluminium-baja dan aluminium-magnesium. Banyak peneliti telah melakukan berbagai macam pengelasan FSSW namun masih banyak celah antara penelitian yang telah dilakukan dengan aplikasi industri yang sesungguhnya. Terdapat kesamaan antara proses FSSW dengan berbagai material yang telah disebutkan, seperti diameter pin yang semakin panjang meningkatkan pengadukan dalam proses pengelasan, kedalaman tusuk dan kecepatan putar yang semakin besar mengakibatkan bertambahnya jumlah flash, ukuran grain pada stir zone, ketebalan IMC dan beban geser. Nilai kekerasan di bawah pin dekat lubang kunci diketahui lebih tinggi dari daerah lainnya, Cacat las yang paling sering ditemukan dalam studi literatur ini adalah retak.
Friction Stir Spot Welding (FSSW) process is a variation of the Friction Stir Welding (FSW) which has a great potential to change the single-spot connection process such as Resistance Spot Welding (RSW) and rivet. In recent years, the FSSW process with dissimilar material has attracted many attention in various industrial sectors such as automotive, electricity, cooling, aerospace, and others. This literature study discusses tool geometry, macrostructure, microstructure (material flow and IMC), mechanical properties (micro hardness and tensile properties), and welding defects in the FSSW aluminum-aluminum, aluminum-copper, aluminum-steel and aluminum-magnesium processes. Many researchers have conducted various kinds of FSSW welding but there are still many gaps between the research that has been carried out with actual industrial applications. There is a similarity between the FSSW process with various materials mentioned, such as the longer diameter of the pin increasing the stirring in the welding process, the greater plunge depth and rotational speed resulting in an increase in the number of flashes, grain size in the stir zone, IMC thickness and shear loads. The hardness value under the pin near the keyhole is known to be higher than other areas. The welding defects most commonly found in this literature study are cracks.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library