Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Listyarini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
"Kebisingan yang dihasilkan dari proses industri dan jalan perkotaan mungkin mencapai tingkat yang berlebihan dan menyebabkan dampak negatif pada kesehatan manusia. Pada situasi ini, barrier biasa digunakan untuk mengurangi dampak kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan barrier ramah lingkungan untuk mengendalikan kebisingan industri dan jalan raya perkotaan. Penggunaan daur ulang styrofoam sebagai bahan baku batafoam diharapkan dapat menyelesaikan 2 masalah yaitu polusi suara dan limbah.
Batafoam yang terbuat dari daur ulang styrofoam, agregat halus, semen, dan air memiliki beberapa kemampuan yang unik untuk mengurangi kebisingan. Berbagai campuran semen dan agregat halus (1:4, 1:6, 1:8) yang diproduksi dengan mengganti agregat halus dengan styrofoam sebanyak 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80% dari volume. Lima belas prototipe batafoam diproduksi rangkap tiga. Densitas, porositas, kuat tekan, koefisien penyerapan suara (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), dan Sound Transmission Class (STC) diteliti. Pengujian akustik baik absorpsi maupun TL menggunakan Dua Mikrofon dan Empat Mikrofon Impedance Tubes (tipe 2406) dari Bruel dan Kjael sesuai dengan prosedur standar ISO 10534-2. Rentang frekuensi maksimum adalah 6400 Hz.
Studi ini jelas menunjukkan bahwa densitas dan kekuatan tekan batafoam cenderung menurun sejalan dengan peningkatan persentase styrofoam. Komposisi 1: 6 dengan 60-80% styrofoam dan 1: 8 dengan 40-80% styrofoam tidak memenuhi persyaratan aplikasi struktural, tetapi tetap memiliki kemampuan TL yang baik. Karakteristik akustik batafoam menunjukkan bahwa ? berada di kisaran 0,15-0,29, masuk material peredam kelas E. NRC berada di kisaran 0,18-0,33, masuk bahan nonreflektif.
Kemampuan absorpsi batafoam lebih baik dari beton dan dinding bata. Nilainilai STC berada di kisaran 37-40 dB, memenuhi kriteria desain partisi (1) antara kantor dan kantor yang berdekatan, (2) antara kantor dan eksterior bangunan, (3) antara kelas, dan (4) kelas dengan koridor. Batafoam memiliki TL yang baik (> 45 dB), sehingga sangat potensial sebagai bahan penghalang kebisingan. Batafoam efektif mereduksi kebisingan lebih dari 5 dBA. Biaya penerapan barrier adalah 1 dBA /orang/tahun lebih rendah dari biaya penggunaan APT (dengan skenario penggantian APT sekali / bulan atau 1 kali /3bulan).

The noise resulted from industrial process and urban road might reach excessive level and lead to negative impact on human health. In this situation, sound barrier were commonly used to mitigate the noise impact. This research aimed at the development of environmentally friendly barrier for noise control on industry and urban freeways. The use of recycled expanded polystyrene (EPS) in the form of batafoam was expected to combat the existing problems of both noise and waste pollution.
The batafoam, which has some unique capabilities to mitigate noise, was made from recycled EPS, fine aggregate, cement, and water. Various mixture of cement and fine aggregate (1:4, 1:6, 1:8) were produced by replacing fine aggregate with EPS as much as 0%, 20%, 40%, 60%, and 80% of volume. Fifteen prototypes of batafoam were produced triplicate. The density, porosity, compressive strength, sound absorption coefficient (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), and Sound Transmission Class (STC) were investigated. Two-Microphone and Four-Microphone Impedance rubes (type 2406) of Bruel and Kjael were applied to measure the normal incident absorption coefficient and transmission loss according to the ISO 10534-2 standard procedure. The maximum frequency range of measure was 6400 Hz.
This study clearly demonstrated that the density and compressive strenght of the batafoam tended to decrease as increasing of the percentage of content of EPS. Composition 1:6 with 60-80% of EPS and 1:8 with 40-80% of EPS did not meet the requirements of structural application. The acoustic characteristics of batafoam indicated that ? were in range of 0.15 to 0.29 and were classified as class E of absorbing material. NRCs were in range of 0.18 to 0.33 and were classified as non-reflective material. Those were better than concrete and masonry's sound absorption characteristic.
The STC values were in range of 37-40 dB, which mean they met the design criteria partition (1) between office and adjacent office, (2) between office and exterior of building, (3) between classes, and (4) class with corridor. The batafoam had good transmission loss (>45 dB), so it is potential to utilize the EPS waste as a noise barrier materials. It was effective as well to reduce noise more than 5 dBA. the barrier application cost was 1 dBA/person/year lower than the cost of Hearing Protection Devices use (with once/ month and one/ 3months subtitution).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianta Mustofa Kamal
"Penyimpan Energi Termal dengan sistem chilled water storage pada dasarnya adalah suatu konsep efisiensi dari sistem pendingin yang beroperasi sepanjang hari. Untuk kerja sistem ini dipengaruhi oleh isolator tanki yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu pengujian untuk memilih isolator tanki yang paling baik. Eksperimen dilakukan dengan membuat tiga model storage tank, yang masing-masing model tersebut berukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan tingginya 30 cm serta diisolasi dengan Styrofoam, Armaflex, dan Polyurethane-foam. Ketiga isolator tersebut dapat ditemukan di pasaran. Pengamatan terhadap temperatur dilakukan setiap jam secara kontinu hingga 48 jam dan selama 8 jam untuk kondisi lingkungan konstan. dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa polyurethane-foam merupakan isolator tanki yang paling baik.

Thermal Energy storage with chilled water storage system is a concept of cooling system which operated for 24 hours. Since the work of this system is affected by tank insulation used, it is necessary to do the test to choose the best tank insulation. The testing of experiment was done by making three models of storage tank in which each model had 30 cm in length, 30 cm in width, and 30 cm in height. Those insulations, which can easily be found in market, were isolated with Styrofoam, Arm flex, and Polyurethane-foam. The observation of the temperature was consecutively done for every one hour until 48 hours and for every 8 hours that its ambient temperature was constant. The result of the experiment showed that polyurethane-foam was the best tank insulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ikbal Alexander
"Kemasan pangan plastik adalah jenis bahan yang tidak dapat terurai, sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kandungan selulosa yang tinggi pada jerami padi dapat dijadikan sumber biopolimer untuk membuat kemasan pangan biodegradable. Tetapi, kemasan biodegradable dilaporkan memiliki kinerja hidrofilik yang buruk dan kerapuhan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemasan pangan biodegradable menggunakan limbah jerami padi yang sesuai dengan SNI ISO 535:2016. Kemasan pangan biodegradable ini dibuat dari jerami padi dan singkong sebagai sumber biopolymer. Metode pelapisan Meyer-Rod diadopsi untuk menghasilkan sudut kontak yang tinggi dan ketahanan air yang tinggi dengan empat lilin alami yang berbeda; soy wax, candelilla wax, beeswax, dan carnauba wax. Analisis penyerapan air dilakukan menurut metode Cobb60 yang dijelaskan dalam SNI ISO 535:2016. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan selulosa jerami padi dengan penambahan beeswax meningkatkan sifat ketahanan air secara signifikan dan menunjukkan penurunan indeks Cobb60 sebesar 2,8 g/m2. Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah penggunaan selulosa jerami padi sebagai sumber biopolymer mempunya potensi untuk menggantikan penggunaan kemasan pangan plastik.

Fossil-based foam is a non-biodegradable material which can cause severe environmental deterioration. Starch-based biodegradable material has shown the potential to replace the plastic foams. Starch-based biodegradable foam reportedly has poor hydrophilic performances and high brittleness. The objective of this research is to develop starch-based biodegradable foam using rice husk waste that complies with SNI ISO 535:2016 The biodegradable foams were fabricated with cassava starch and rice straw as natural fiber sources. The Meyer-Rod coating method was adopted to produce high contact angle and high water resistance with four different natural waxes; soy wax, candelilla wax, beeswax, and carnauba wax. Water absorption analysis was performed according to the Cobb60 method described in SNI ISO 535:2016. The result shows that the use of rice straw and beeswax improved water barrier properties and decreased the Cobb60 index of 2,8 g/m2 This study concludes that the utilisation of rice straw  as a source of biopolymer could replace the use of conventional polystyrene foam."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Septiana
"Pengiriman produk rantai dingin, terutama produk farmasi yang memerlukan suhu terkontrol, merupakan tantangan yang signifikan dalam memastikan kualitas dan keselamatan produk selama transportasi. Penggunaan kotak styrofoam dan ice pack telah menjadi metode yang umum digunakan untuk menjaga suhu yang sesuai selama pengiriman yakni pada rentang suhu +2 s/d +8oC. Namun, efektivitas penggunaan kombinasi ini sangat dipengaruhi oleh konfigurasi ice pack yang digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi terhadap pengiriman produk rantai dingin menggunakan styrofoam dengan variasi konfigurasi ice pack. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan melakukan simulasi pengiriman dengan berbagai konfigurasi ice pack dalam styrofoam. Konfigurasi yang dibandingkan antara lain konfigurasi dengan jumlah ice pack sebanyak 3 dan 5 buah. Parameter yang diukur meliputi suhu internal styrofoam, suhu produk yang dikirim, dan lamanya suhu dapat dipertahankan dalam kisaran yang diinginkan. Analisis juga dilakukan terhadap perbedaan kinerja antara setiap konfigurasi ice pack termasuk perbedaan dalam jumlah, ukuran, dan penempatan ice pack. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kedua konfigurasi ice pack yang digunakan dapat mempertahankan suhu pengiriman produk sama baiknya. Akan tetapi, konfigurasi dengan jumlah ice pack sebanyak 3 buah dapat mempertahankan suhu dalam rentang lebih lama dibandingkan konfgurasi dengan 5 buah ice pack. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah durasi pengkondisian ice pack dan peletakan temperature data logger yang tidak seragam di setiap styrofoam. Untuk itu, perlu dilakukan validasi pengiriman produk rantai dingin yang terjadwal dan pengawasan ketat dalam pengiriman produk rantai dingin sehingga dapat meningkatkan keandalan dan kualitas produk yang dikirimkan ke konsumen.

Cold chain product shipments, especially pharmaceutical products that require controlled temperatures, pose a significant challenge in ensuring product quality and safety during transport. The use of styrofoam boxes and ice packs has become a commonly used method to maintain the appropriate temperature during shipment, namely in the temperature range of +2 to +8oC. However, the effectiveness of using this combination is greatly influenced by the configuration of the ice pack used. Therefore, this study aims to validate the delivery of cold chain products using styrofoam with various ice pack configurations. This study uses an experimental approach by simulating delivery with various configurations of ice packs in styrofoam. The configurations compared included configurations with 3 and 5 ice packs. The parameters measured included the internal temperature of the styrofoam, the temperature of the product being sent, and the length of time the temperature could be maintained within the desired range. An analysis was also performed of performance differences between each ice pack configuration including differences in the number, size, and placement of ice packs. The results obtained from this study are that the two ice pack configurations used can maintain the product delivery temperature equally well. However, a configuration with 3 ice packs can maintain a longer temperature range than a configuration with 5 ice packs. This can be caused by several things, one of which is the duration of the ice pack conditioning and the placement of the temperature data logger which is not uniform in each styrofoam. For this reason, it is necessary to validate the scheduled delivery of cold chain products and strict supervision in the delivery of cold chain products so as to increase the reliability and quality of the products sent to consumers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nusaiba
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi metode pengiriman produk dengan suhu di bawah 25°C menggunakan kemasan styrofoam di PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pengiriman produk yang memerlukan suhu rendah merupakan tantangan yang kompleks dalam industri distribusi dan logistik. Kemasan styrofoam merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk menjaga suhu produk selama pengiriman. Metode penelitian yang digunakan meliputi penentuan konfigurasi ice pack dan analisis statistik terhadap data yang diperoleh. Data suhu diambil menggunakan alat pemantau suhu yang dipasang di dalam kemasan styrofoam. Analisis statistik dilakukan untuk mengevaluasi apakah suhu produk tetap berada di bawah 25°C selama proses pengiriman. Hasil analisis data yang dilakukan, disimpulkan bahwa suhu pengiriman produk cool storage (below 25oC) di luar rentang persyaratan yaitu konfigurasi 1 dengan 2 lembar ice pack mampu menjaga suhu dalam kemasan di bawah 25oC dalam kurun waktu pengiriman selama 45.50 jam, 44.8 jam, dan 45.50 jam. Sementara itu, konfigurasi 2 menggunakan 3 lembar ice pack mampu menjaga suhu dengan waktu pengiriman 53.00 jam, 48.83 jam, dan 56.17 jam, namun terdapat suhu diluar rentang standar 15-25oC. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode pengiriman produk dengan suhu di bawah 25°C menggunakan kemasan styrofoam di PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Metode ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan pengiriman produk yang memerlukan suhu rendah. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan panduan bagi perusahaan lain dalam industri distribusi dan logistik untuk mengoptimalkan metode pengiriman produk dengan suhu terkendali.

This study aims to validate the method of shipping products with temperatures below 25°C using styrofoam packaging at PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Shipping products that require low temperatures pose complex challenges in the distribution and logistics industry. Styrofoam packaging is one of the commonly used methods to maintain product temperature during shipping. The research method used includes determining the configuration of ice packs and statistical analysis of the obtained data. Temperature data was collected using a temperature monitoring device installed inside the styrofoam packaging. Statistical analysis was conducted to evaluate whether the product temperature remained below 25°C during the shipping process. The results of the study showed that the shipping method using styrofoam packaging was able to maintain product temperature below 25°C during the shipping process. Statistical analysis indicated that the product temperature was stable and consistently below the specified limit. Evaluation of product quality after shipping also showed that the products remained in good condition and complied with the established standards. This research provides an important contribution to the development of shipping methods for products with temperatures below 25°C using styrofoam packaging at PT Enseval Putera Megatrading Tbk. This method can serve as a reference to improve the efficiency and safety of shipping temperature-sensitive products. Additionally, this research can also provide guidance for other companies in the distribution and logistics industry to optimize the shipping methods for controlled-temperature products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Lestari Negari
"PT Enseval Putera Megatrading (EPM) Tbk DC1 Jakarta merupakan distributor pusat yang bertanggungjawab dalam menyalurkan obat, alat kesehatan, dan produk konsumer ke 48 cabang Enseval di Indonesia yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi sesuai persyaratan guna memenuhi kebutuhan di setiap cabang dan pelanggan. Kualifikasi operasional adalah tindakan verifikasi terdokumentasi bahwa semua sistem atau peralatan yang telah dipasang atau dimodifikasi berfungsi sesuai dengan spesifikasi dalam semua proses operasional secara konsisten serta menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan Kualifikasi operasional kemasan styrofoam ini dilakukan di PT EPM DC1 Jakarta bertujuan untuk menentukan konfigurasi dan jumlah pendingin yang diperlukan untuk menjaga suhu dalam kemasan styrofoam pada rentang 15°C – 40°C serta memastikan suhu pengiriman produk memenuhi persyaratan selama pengiriman. Metode dalam kualifikasi ini dilakukan dengan pengondisian produk dummy dan alat yang akan digunakan pada suhu di bawah 25°C minimal 12 jam. Ice gel, produk dummy dan thermometer data logger diletakkan di dalam kemasan styrofoam dengan konfigurasi ice gel terletak dibagian sisi atas dan Thermometer data logger terletak diantara produk dummy. Kemudian, Styrofoam dinaikkan ke lorong Ambient Gudang B SX.088.Z Hasil menunjukkan konfigurasi menggunakan satu ice pack diletakkan pada sisi atas produk dalam kemasan styrofoam dapat menjaga suhu tidak melewati rentang 15°C – 40°C selama 24 hari. Kemasan styrofoam dengan kondisi muatan terisi dapat mempertahankan suhu antara 15°C – 40°C selama 577,17 jam, 577,67 jam, 577,33 jam dan 577,50 jam.

PT Enseval Putera Megatrading (EPM) Tbk DC1 Jakarta is a central distributor responsible for distributing drugs, medical devices, and consumer products to 48 Enseval branches in Indonesia which aims to ensure quality along the distribution line according to requirements fullfilled the needs of each branch and customer. Operational qualification is a documented verification action that all systems or equipment that have been installed or modified function in accordance with specifications in all operational processes consistently and produce products in accordance with predetermined specifications. The operational qualification of styrofoam packaging did at PT EPM DC1 Jakarta aims to determine the configuration and amount of coolant needed to maintain the temperature in styrofoam packaging in the range of 15°C - 40°C and ensure that the shipping temperature of the product meets the requirements during shipping. The method in this qualification is done by conditioning the dummy products and tools to be used at temperatures below 25°C for at least 12 hours. Ice gel, dummy product and thermometer data logger were placed in a Styrofoam package with the ice gel configuration located on the top side and the thermometer data logger located between the dummy products. Then, the Styrofoam was raised to the ambient aisle of Warehouse B SX.088.Z. The results show that the configuration using one ice pack placed on the top side of the product in styrofoam packaging can maintain the temperature not passing the range of 15°C - 40°C for 24 days. Styrofoam packaging with filled conditions can maintain temperatures between 15°C - 40°C for 577.17 hours, 577.67 hours, 577.33 hours and 577.50 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Listyarini
"Berbagai limbah styrofoam kemasan (PS) pada penelitian ini digunakan untuk membuat natrium polistirena sulfonat (NaPSS). PS disutfonasi dengan asam sulfat pekat 98% menggunakan sulfonasi heterogen dan homogen dengan pelarut dikloroetana (DCE) dengan berbagai variasi suhu (60, 80 dan 100 °C) dan variasi waktu reaksi (3, 4, 5, dan 6 jam). Produk sulfonasi diidentifikasi dengan spektroskopi FTIR. Adanya puncak pada bilangan gelombang 1140 dan 1040 cm"'datam spektrum infra merah menunjukkan karakteristik gugus sulfonat. Persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan adalah 74,9% dengan menggunakan sulfonasi heterogen pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 6 jam sedangkan persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan sulfonasi cair-cair adalah 81,91% pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 4 jam. Herat molekul rata-rata limbah styrofoam yang digunakan pada penelitian berkisar antara 90.000 -92.800 g/mol dan menghasilkan NaPSS dengan berat molekul antara 125.000 - 136.000 g/mol. Larutan NaPSS diaplikasikan sebagai flokulan pada proses pengolahan air danau dan dibandingkan dengan aquaklir, flokulan yang telah beredar di pasaran. Hasil menunjukkan bahwa NaPSS dapat menurunkan nilai turbiditas air danau dari 24,58 ntu menjadi sekitar 1 ntu, hal ini masih kurang optimum bila dibandingkan dengan aquaklir.

Several kinds of polystyrene packaging waste (PS) were used in the synthesis of sodium polyfstyrene sulfonate) (NaPSS). PS was sulfonated by using sulfonic acid under heterogeneous and Iquid-liquid sulfonation reactions with dichloroetane (DCE) as solvent. The reactions were conducted at three different temperatures i.e. 60, 80 and 100 °C and at four different reactions time (3, 4, 5 and 6 hours). The product was characterized by FTIR spectrophotometer. The absorption at 1140 and 1040 cm"1 in the infrared spectrum was characteristic for sulfonic groups. The maximum percentage sulfonation was found 74.9% for heterogeneous sulfonation at 100 °C and 6 hours reactions time and the maximum percentage sulfonation for Iquid-liquid sulfonation was found 81.91% at 100 °C and 4 hours reactions time. An aqueous solution of NaPSS was used as a flocculant in lakes water treatment, compared with aquaklir, a commercial flocculant. The results showed that NaPSS can decrease turbidity of water from 24.58 ntu to about 1 ntu, which was less than aquaklir."
[Place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2006
SAIN-11-3-2006-6
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiman
"Dalam aplikasi di bidang kelautan, bahan komposit sandwich harus mempunyai kulit dan inti yang memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi dan kelembaban. Penetitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh arah serat dan ketebalan inti terhadap kekuatan tekan dan bending pada material komposit sandwich.
Bahan kulit untuk komposit sandwich berupa komposit dari fiberglass dengan matriks polyester resin, untuk inti dari styrofoam, sedangkan untuk adhesive menggunakan bahan dasar epoxy. Arah serat kulit dibuat anyam 4 lapis, anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s, [0/45/-45/90]. Ketebalan inti yang digunakan adalah 14 mm dan 28 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen dengan ketebalan inti 28 mm menghasilkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 14 mm. Sedangkan, spesimen dengan ketebalan inti 14 mm menghasilkan kekuatan bending yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 28 mm. Spesimen dengan arah serat anyam 4 lapis menghasilkan kekuatan tekan dan bending paling tinggi, diikuti anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s dan terakhir [0/45/-45/90].

In marine application, sandwich composites should have high corrosive and moisture resistance. Polyester reinforced composite as sandwich skin's has been widely used in boat construction. Research has been conducted to investigate influence of fiber orientation and core thickness on the compressive and bending strength of foam cored sandwich composite.
Glassfiber reinforced polyester composite used as skin for sandwich and styrofoam as core. The skin has lay-up four layers woven, four layers woven-random alternatively, [0/90]s, and [Q/45/-45/9Q]. The thickness of core were 14 mm and 28 mm.
The results indicate that the thicker core has higher compressive strength than the thinner one. However for bending strength the thicker core is higher than the thinner. For skin, lay-up that has higher 0 fiber orientation indicates the highest in both of compressive and bending strength.
"
[s.l]: [s.n], 2004
JUTE-XVIII-2-Juni2004-86
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>