Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurwahidah Hasan
"Therapeutic Community (TC) bertujuan untuk merubah perilaku penyalahguna NAPZA. Program TC sarat dengan aspek asertivitas namun sejumlah residen yang keluar TC mengalami kekambuhan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan tingkat asertivitas residen yang telah menjalani TC minimal 6 bulan dan mengetahui asertivitas berdasarkan karakteristik tertentu. Metode survei dengan sampel 217 residen dari 5 fasilitas rehabilitasi digunakan melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen skala asertivitas dari teori Galassi dan Galassi (1977, dalam Rakos, 1991) dan dianalisis dengan metode distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan asertivitas tinggi pada 110 residen dan asertivitas rendah pada 107 residen. Tingkat asertivitas rendah didominasi oleh kelompok residen wanita, usia remaja, lulusan pendidikan dasar, dan dari suku Jawa. Tingkat asertivitas tinggi didominasi kelompok residen usia dewasa muda, lulusan perguruan tinggi, dan dari suku Bugis dan Betawi. Perlu dilakukan pengkajian terhadap asertivitas sebelum menjalani program, meningkatkan motivasi dan perhatian, serta melakukan pendekatan yang tepat terhadap karakteristik residen yang beragam.

Therapeutic Community (TC) aims to change the behavior of substance abusers. TC program are loaded with aspects of assertiveness, but a number of residents discharged from TC performed relapse. This study aimed to desribe the level of residents' assertiveness who have been undergoing TC for at least 6 months, and to describe their assertiveness based on certain characteristics. Survey method was used through purposive sampling technique with a sample of 217 residents of 5 rehabilitation facilities. Datas were collected by assertiveness scale made from the theory of Galassi and Galassi (1977, in Rakos, 1991) and analyzed by frequency distribution method.
The results showed high assertiveness at 110 residents and low assertiveness at 107 residents. Low assertiveness residents were dominated by group of women, teens, basic education graduates, and from Javanese. High level of assertiveness were dominated by young adult group, college graduates, Buginese and Betawinese. It's essential to do an assesment on assertiveness before residents undergoing the program, increasing motivation and attention, as well as doing the right approach to many characteristics of the residents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Up to Indonesia has already developed irrigation more and less 7.4 million Ha, covering more and less 17,500 irrigation service area consist of small and large one...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Aulia Rahmiati
"Zat-zat serupa narkotika dan psikotropika baru yang dikenal sebagai New Psychoactive Substances (NPS) telah berkembang di pasaran dalam beberapa tahun terakhir di dunia Internasional maupun di Indonesia. Telah teridentifikasi sebanyak 27 NPS diantara 74 jenis yang beredar di Indonesia pada tahun 2019 yang merupakan turunan kanabinoid dan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 Tahun 2018. Prediksi terhadap NPS perlu dilakukan dan dapat dilakukan menggunakan metode in silico. Penelitian ini bertujuan memperoleh model interaksi dan afinitas penambatan molekuler dari New Psychoactive Substances (NPS) terhadap reseptor Cannabinoid-1 (CB1) dilakukan secara in silico. Penambatan molekuler dilakukan menggunakan AutoDock melalui program PyRx serta dilakukan visualisasi interaksi hasil penambatan molekuler menggunakan Ligplot dan PyMOL. Parameter optimasi yang didapatkan untuk penambatan molekuler CB1 adalah menggunakan grid box 50x50x50 unit dengan energi evaluasi medium (2.500.000). Golongan NPS yang termasuk pada rentang energi ikatan -9,00 hingga -11,00 kkal/mol adalah kanabinoid (62%), fentanil (70%) dan plant-based substances (50%). Pada rentang -7,00 hingga -9,00 kkal/mol yaitu arilsikloheksilamin (70%). Sedangkan pada rentang -4,00 hingga -7,00 kkal/mol yakni katinon (58%), fenetilamin (84%), piperazin (81%) dan triptamin (64%).

New narcotic and psychotropic substances known as New Psychoactive Substances (NPS) have evolved on the market in recent years both in Indonesia and internationally. As many as 27 NPS have been identified among 74 type in Indonesia in 2019 which are cannabinoid derivatives and have been regulated in Ministry of Health Republic of Indonesia Regulation No. 50 of 2018. Prediction of NPS needs to be done and can be done using the method in silico. This study aims to obtain a model of interaction and molecular binding affinity of the New Psychoactive Substances (NPS) on Cannabinoid-1 (CB1) receptor using in silico method. Molecular docking is done using AutoDock in PyRx program and visualize molecular docking interactions using Ligplot and PyMOL. Optimization parameter obtained for molecular docking of CB1 is using 50x50x50 unit grid box with medium energy evaluation (2.500.000). The NPS group included in the binding energy range of -9.00 to -11.00 kcal/mol are cannabinoids (62%), fentanyl (70%) and plant-based substances (50%). In the range of -7.00 to -9.00 kcal/mol, namely arylcyclohexylamine (70%). Whereas in the range of -4.00 to -7.00 kcal/mol are cathinone (58%), phenethylamine (84%), piperazine (81%) and tryptamine (64%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti
"Tesis ini membahas tentang bahaya NPS (New Psychoactive Substances) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas generasi muda dan metode pencegahannya. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Penelitian ini memperoleh data dari Badan Narkotika Nasional dan melakukan wawancara mendalam terhadap informan yang memiliki pengetahuan yang cukup, mengerti dan paham tentang NPS (New Psychoactive Substances), informan yang ahli dalam bidang kepemudaan dan kepemimpinan, psikolog dan pemerhati (LSM). Jumlah informan sebanyak 13 orang.
NPS (New Psychoactive Substances) merupakan senyawa atau zat yang disalahgunakan baik dalam bentuk murni atau sediaan yang tidak dikontrol oleh 1961 Single Convention on Narcotics Drugs atau 1971 Convention on Psychotropics Substances yang dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia. NPS merupakan analog dari Narkoba dengan memiliki struktur kimia yang mirip dengan NPS sehingga mempunyai efek yang sama atau mirip atau lebih berbahaya atau lebih dahsyat daripada narkoba tergantung dari jenis NPSnya. Sehingga dampak NPS bahayanya sangat mengancam kualitas generasi muda, dimana penyalahgunaan NPS dapat menyebabkan penurunan fungsi otak sekitar 60%. Apalagi di Indonesia peredaran NPS masih bebas karena belum semua NPS diatur dalam peraturan Undang-undang. Banyak yang belum tau tentang NPS baik efek maupun nama jalanannya sehingga penyalahgunaannya karena ketidaktahuan dan ditawarkannyapun dengan nama samaran.(193). Metode pencegahan beredarnya NPS dikalangan generasi muda adalah sosialisasi dengan memberikan edukasi kepada generasi muda tentang bahaya NPS, pendidikan sejak usia dini melalui sekolah, peran keluarga dan lingkungan dalam pencegahan, mengatur regulasi NPS di Indonesia ,melakukan kerjasama dengan semua stakeholders dalam rangka pencegahan beredarnya narkoba NPS dan juga melakukan pengawasan pada pintu perbatasan yang dicurigai sebagai pintu masuknya NPS di Indonesia.

This thesis discusses the dangers of NPS (New psychoactive Substances) that can lead to a decrease in the quality of the young generation and methods of prevention. The approach of this study used a qualitative approach by conducting in-depth interviews. This study obtained data from the National Narcotics Agency and conduct depth interviews with informants who have sufficient knowledge, know and understand about the NPS (New psychoactive Substances), informants who are experts in the field of youth and leadership, psychologists and observers (NGOs). The number of informants as many as 13 people.
NPS (New psychoactive Substances) is a compound or substance that is abused either in pure form or dosage that is not controlled by the 1961 Single Convention on Narcotics Drugs or the 1971 Convention on Psychotropics Substances that may pose a threat to human health. NPS is an analog of the drug to have a chemical structure similar to the NPS so as to have the same or similar effect or a more dangerous or more powerful than the drugs depends on the type of NPSnya. So the danger is threatening the NPS impact the quality of the young generation, which the NPS abuse can cause a decrease in brain function is about 60%. Especially in Indonesia circulation NPS still free because not all of the NPS is regulated in the Act. Many who do not know about NPS good effect and name the streets so that its misuse due to ignorance and ditawarkannyapun with a pseudonym. (193). NPS circulation prevention methods among young people is socialization with educating young people about the dangers of NPS, education from an early age through the school, the role of family and the environment in the prevention, arranging NPS regulations in Indonesia, to cooperate with all stakeholders in order to prevent the circulation of drugs NPS and also conduct surveillance on suspected border gate entrance NPS in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tambunan, Carolina Tonggo Marisi
"ABSTRAK
NPS belakangan mulai banyak muncul di pasar gelap narkoba di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. NPS umumnya disintesis dengan memanipulasi struktur kimia dari suatu senyawa psikoaktif sehingga menghasilkan produk dengan struktur yang serupa namun tidak identik dengan senyawa psikoaktif ilegal. Pada tahun 2016, para-metoksimetamfetamina PMMA , metamfetamina dengan substituen metoksi merupakan NPS yang paling banyak ditemui pada sampel yang dikirim ke Balai Laboratorium Narkoba BNN oleh penyidik. Keterbatasan bahan pembanding PMMA menjadi hambatan dalam mengidentifikasi sampel narkotika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis PMMA dari metamfetamina sabu melalui 4 tahap reaksi : nitrasi, reduksi, hidrolisis garam diazonium, dan metilasi. Identifikasi dan karakterisasi senyawa menggunakan KLT, UV, dan GC-MS. Purifikasi senyawa PMMA menggunakan KLT preparatif Silica Gel RP18 F254S dengan komposisi eluen etil asetat: metanol: ammonia 85: 10: 5 yang ditunjukkan dengan bercak pada Rf 0.3. PMMA hasil sintesis dengan kemurnian 99,3790 telah digunakan sebagai bahan pembanding untuk analisis sampel. Tablet mengandung PMMA dan sampel spike dianalisis menggunakan metode GC-MS dengan kolom kapiler HP-5MS 30 m x 0.25 mm i.d dan waktu analisis kurang dari 30 menit. Kromatogram menunjukkan puncak pada 8,504 menit dengan pola fragmentasi 58, 91, 121, 149 and 179 m/z.

ABSTRACT
Recently, New Psychoactive Substances NPS have rapidly emerged on the illicit drug market in many countries around the world including Indonesia. NPS commonly are created by manipulating chemical structures of other psychoactive drugs so that the resulting products are structurally similar but not identical to illegal psychoactive. In 2016, Para methoxymethamphetamine PMMA , a methoxy substituted methamphetamine was the most common NPS sample submitted to Drug Testing Laboratory National Narcotics Board of Indonesia by investigators. Lack of reference standard of PMMA became an obstacle to identify this compound in narcotic samples. The aim of this study was to synthesize PMMA from methamphetamine sabu through 4 stages of reactions nitration, reduction, hydrolysis of diazonium salts, and methylation. Identification and characterization of the compounds were performed by employing TLC, UV, and GC MS. Purification of PMMA was carried out using preparative TLC Silica Gel RP18 F254S with eluent composition ethyl acetate methanol ammonia 85 10 5 showed PMMA spots at Rf 0.3. The synthesized PMMA with purity 99,3790 was used as reference standard for analyzing samples. Tablet samples containing PMMA and spiked samples were investigated by using GC MS method with capillary column HP 5MS 30 m x 0.25 mm i.d and run time less than 30 minutes. The chromatogram showed at 8.504 minutes with fragmentation pattern 58, 91, 121, 149 and 179 m z. "
2017
T47847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
David R. Marindra
"ABSTRAK
Bahan N-ODS (Non Ozone Depleting Substances) berupa destilat minyak bumi merupakan bahan alternatif yang dikembangkan oleh Indonesia sebagai bahan pembersih logam dan bersifat ramah lingkungan. Bahan tersebut berupa campuran senyawaan parafinik, sikloparafin, dan hidrokarbon aromatik yang dinamakan Pertasol CA dan CB yang diproduksi Pertamina dari kilang Cepu.
Pelarut jenis Pertasol CA mempunyai daya larut (solvency power) yang dinyatakan dengan parameter aniline point dan nilai Kauri-Butanol adalah 4 4,5oC dan 38,36762, sedangkan Pertaso CB mempunyai nilai parameter tersebut adalah 4 3,8oC dan 41,15673. Dari hasil nilai parameter tersebut dapat dikatakan bahwa kedua jenis pelarut tersebut masih dapat ditingkatakan daya larutnya. Untuk tujuan itu, harus dilakukan upaya penambahan sistem aditif yaitu senyawaan golongan terpena dan alkohol.
Terhadap kedua jenis pelarut tersebut dilakukan pencampuran melalui penambahan sistem aditif dengan berbagai komposisi yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh sistem aditif tersebut terhadap daya larut kedua jenis pelarut tersebut. Masin-masing komposisi dianalisis berdasarkan spesifikasi pelarut yaitu aniline point, nila kauri-butanol, berat jenis relatif, derajat kekentalan( viskositas),kemudahan untuk menguap (volatilitas), korosifilitas terhadap tembaga, kadar asam, titik nyala,werna Saybolt dan bau.
Hasil yang memuaskan diperoleh pada komposisi 70% v/v pelarut Pertasol, 5% v/v senyawaan berbasis terpena dan 25% v/v senyawaan berbasis alkohol. Hasil komposisi tersebut kemudian dianalisis kandungan jenis hidrokarbon parafinik/ naftenik, olefini dan aromatik dengan metode Fluorecent Indikator Adsorption (FlA). Nilai parameter aniline point dan Kauri-Butanol yang dihasilkan adalah 4,6 C ; 131,8916 (65,82584) untuk Pertasol CA dan 8,6oC; 111,8308 (65,16169) untuk Pertasol CB. Dari hasil tersebut dan melalui perbandingan yang sesuai dengan spesifikasi pelarut dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan daya larut dan kualitas dari masing-masing pelarut tersebut. Jika dibandingkan dengan SBP-X40B dengan komposisi sama, mempunyai daya larut dengan aniline point dan nilai kauri-butanol l2 ,6C; 97,80973 (56,95327), maka dapat disimpulkan bahwa Pertasol mempunyai mutu dan kualitas lebih baik daripada SBP-X408.
Sehingga Pertasol dapat menggantikan SBP-X4OB jika cadangan atau persediaan nya habis.
Studi aplikasi membuktikan bahwa terjadi peningkatan daya larut dan waktu pelarutan terhadap bahan pengotor seperti gemuk, aspal dan pelumas (grease)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitri Handayani
"Setiap tahun, perusahaan penyedia jasa transportasi bahan berbahaya (B3) meningkat. Selain aspek lingkungan dan ekonomis, aspek keselamatan kerja juga merupakan faktor yang penting dalam pemilihan perusahaan jasa transportasi B3. Kerugian yang mungkin timbul karena kecelakaan transportasi B3, yakni nyawa (fatalitas), cedera, pencemaran lingkungan, masalah komersial hingga masalah hukum. PT X, perusahaan multinasional bidang specialty dumical, menggunakan rekanan perusahaan jasa pengangkutan dalam pengiriman produk ke pelanggan. Beberapa specialty chemical yang diproduksi PT X digolongkan sebagai bahan berbahaya (B3). Salah salu kecelakaan transportasi B3 terjadi pada bulan September 2008 di daerah Beli1as, Riau. Tujuan penelitian yakni mengidentifikasi penyebab langsung dan penyebab dasar terjadinya kecelakaan dengan rnetode Fault Tree Analysis (FTA) yang dikombinasikan dengan Loss Causation Model sehingga didapatkan gambaran system evaluasi rekanan kerja di bidang jasa pengangkutan B3. Bagan FTA disusun berdasarkan diskusi, data-data dan dokumentasi lainnya serta wawancara dengan perwakilan PT X dan rekanan kerjanya di bidang transportasi B3. Hasilnya yakni penyebab langsung kecelakaan adalah tindakan tidak selamat pengemudi (berupa pengereman mendadak dan membanting setir ke kiri) yang disebabkan kondisi tidak selamat (berupa keadaan jalan yang berlubang. Adanya kendaraan yang memotong dari kanan dan jarak dengan kendaraan di depan yang terialu dekat), Penyebab dasar kecelakaan tersebut yakni ierjadinya blind spot dan pengemudi tidak mengetahui jarak iring yang aman. Hal ini disebabkan (sub penyebab dasar) oleh tidak adanya pelatihan mengemudi defensif oleh rekanan kerja PT X, kurangnya kontrol manajemen rekanan kerja PT X. Sistem evaluasi rekanan kerja jasa pengangkutan B3 oleh PT X sabaiknya mencakup penilaian tersedianya perlengkapan darurat untuk transportasi B3 sesuai Surat Keputusan Direkorat Jenderal Perhubungan Darat No. 725/2004, kondisi kendaraan, kebugaran pengemudi, data kerusakan/kecelakaan.

There is tremendous growth of hazardous substances transporter company for the last 4 years, Beside economical value and environmental risk consideration. safety matter must be included as important parameter in the selection process of hazardous substances transporter partner. The potential losses that may occur because of the hazardous transportation accident are death (fatality), injury, environment contamination or damaged commercial issues and even law issues. PT X, a multinational company in specialty chemiool.is using transporter service in delivering their products to the costumers. Some of the specialty chemicals are considered as hazardous substances. One of the transportation driver?s right side and the distance to the next vehicle is too close). Furthermore, the root causes are driver's blind spot and the understanding of safe following distances. This is caused by sub root causes such as inadequate defensive driving training and Jack of management control done by the transportation provider company, The evaluation and assessment system of hazardous substances transportation provide must include the assessment to the adequate emergency tools for hazardous transportation as Ministry of Transportation regulation (Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No. 725/2004), the vehicles liability, the driver condition and recorded previous accidents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20910
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>