Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 300 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Pajariana
"Obat ataupun bahan obat yang dihasilkan oleh industri farmasi haruslah memiliki kualitas sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut ialah suhu dan kelembapan (RH). Oleh karena itulah dalam segala kegiatan pengelolaan serta penyimpanan obat harus dilakukan pada area dengan suhu dan kelembapan yang diatur dan terpantau sesuai dengan persyaratan. Untuk mendukung hal ini maka dilakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan titik pemantauan suhu serta kelembapan harian, yaitu pemetaan suhu dan kelembapan. Melalui kegiatan tersebut dapat diperoleh titik terburuk yang bisa dijadikan sebagai titik pemantauan suhu dan RH harian. Pada makalah ini dibahas mengenai kegiatan pemetaan suhu dan kelembapan di salah satu ruangan penyimpanan obat (chamber) PT. Guardian Pharmatama. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa Suhu terendah chamber berada pada titik 2 (28,80oC) dan suhu tertinggi terdapat pada titik 7 (31,10oC), sedangkan RH tertinggi ada di titik 2 (79,30%) dan RH terendah dengan nilai 72,40% berada pada titik 6. Nilai suhu dan RH ini memenuhi persyaratan karena berada pada rentang suhu 30 + 2 oC dan RH 75+5%. Titik terburuk terdapat pada titik 2 dengan suhu dan RH maksimum berturut-turut adalah 30,30oC dan 79,30% sehingga disarankan untuk melakukan pemantauan suhu dan RH harian pada titik ini.

Medicines or medicinal ingredients produced by the pharmaceutical industry must have quality in accordance with specified requirements. One of the factors that influence this is temperature and humidity (RH). For this reason, all management and storage activities for medicines must be carried out in areas with temperature and humidity that are regulated and monitored in accordance with requirements. To support this, an activity was carried out which aimed to determine daily temperature and humidity monitoring points, namely temperature and humidity mapping. Through these activities, the worst point can be obtained which can be used as a daily temperature and RH monitoring point. In this paper, we discuss temperature and humidity mapping activities in one of the medicine storage rooms at the PT. Guardian Pharmatama. The mapping results show that the lowest chamber temperature is in area 2 (28,80oC) and the highest temperature is in area 7 (31,10oC), while the highest RH is in area 2 (79,30%) and the lowest RH is 72,40% is in area 6. This temperature and RH value meets the requirements because it is in the temperature range of 30+2oC and RH 75+5%. The worst point is in area 2 with the maximum temperature and RH respectively being 30,30oC and 79,30% so it is recommended to monitor daily temperature and RH in this area.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purnomo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saito, Masashi
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2013
612.014 26 SAI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengukuran suhu dilakukan dengan mengkonversikan beda tegangan yang timbul karena adanya perubahan suhu di sekitar sensor. Karena beda tegangan thermocouple hanya sebanding dengan perbedaan suhu antara simpul ukur dan simpul acuan thermocouple, maka diperlukan sensor lain untuk mengukur suhu simpul acuan.
Jadi hasil akhir pengukuran merupakan penjumlahan antara suhu basil konversi beda tegangan thermocouple dan suhu hasil konversi sensor pengukur suhu simpul acuan, dalam hal ini LM-35. Beda tegangan kedua sensor tersebut dibu$er, dikuatkan, dan dijumlah, sampai memenuhi kondisi tertentu sehingga perubahan beda tegangan karena perubahan suhu dapat d identifikasi oleh wialog input interface card_ Pada kartu interface ini, beda tegangan disampling menjadi data digital 8 bit. Data ini diambil oleh komputer melalui IC PPI pads kartu interface tersebut. Data hasil pengambilan dari analog input interface card dikonversikan dalam bentuk besaran suhu, dan dijumlahkan, sehingga hasil pengukuran merupakan suhu pada simpul ukur thermocouple. Kalibrasi sensor dilakukan dengan terlebih dahulu mengkalibrasi sensor simpul acuan (LM-35) pads suhu 0_C, baru kemudian mengkalibrasi thermocouple pada suhu tertentu. Pengambilan dan penyimpanan data suhu dilakukan secara kontinyu dengan interfal waktu satu detik, sehingga akan memudahkan proses pelaporan dan pemeriksaan data. Dengan memberikan batasan pengukuran pada masing-masing sensor, diberikan suatu algoritma dimana masing-masing sensor akan saling memeriksa harga suhu pengukuran sensor pasangannya. Alarm kondisi sensor akan menyala jika terdapat kejanggalan harga suhu salah satu sensor terhadap sensor pasangannya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutopo
"Potongan suatu isotermal dari sistem Besi-Nikel-Sulfur pada temperatur 1173 K telah ditentukan secara eksperimental diseluruh rentangan komposisi. Serbuk murni dari besi dan nikel sebagai material utama direduksi dengan gas hydrogen pads temperatur 1273 K, sebelum mereka dicampur dengan sulfur dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian ditutup dalam kapsul quartz dalam keadaan vakum. Kapsul quartz tersebut dipanaskan pada temperatur 1173 K dan kemudian di celupkan dengan cepat (quenching) ke dalam air es. Sampel-sampel tersebut dipelajari secara metalografi dan analisa secara kuantitatif dengan elektronmikro probe. Dari hasil analisa tersebut dikorelasikan dengan data-data yang ada dalam literatur baik dari binary maupun ternary dari sistem Besi-Nikel-Sulfur dan dievaluasi secara termodinamik."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Addyanto
"Salah satu masalah yang paling krusial dihadapi oleh rumah sakit yang menangani pasien COVID-19 adalah keterbatasan untuk memantau kondisi pasien secara real-time. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah dan kapabilitas petugas COVID-19 untuk menangani tingginya jumlah pasien yang terpapar virus ini. Terlebih lagi, ketidakadaan dari antivirus COVID-19 dan tingginya derajat infectivitypathogenicity, dan virulency dari virus ini juga meningkatkan risiko buruknya dampak negatif kesehatan pada periode waktu yang sulit diprediksikan. Di sisi lain, metode pemantauan kondisi pasien yang masih paper-based dan manual memiliki kekurangan antara lain: rawan hilang, tidak real-time, tidak scalable untuk memantau pasien saat terjadi lonjakan maupun dalam jumlah banyak, tidak contactless sehingga menyebabkan risiko petugas COVID-19 terinfeksi virus dan tidak efisien dari segi penyimpanan dan kebermanfaatan data. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi untuk memantau kondisi kesehatan pasien COVID-19 secara real-time untuk memitigasi risiko dampak buruk pada waktu yang tidak menentu.
Pada penelitian ini, sebuah prototipe jam tangan pintar berbasis Internet of Things telah dibuat untuk meminimalisir risiko dari akar masalah tersebut. Prototipe jam tangan ini bersifat portable dan memiliki fungsi untuk mendeteksi suhu, SpO2, detak jantung, lokasi. Penelitian ini berfokus untuk merancang integrasi sistem Pantau yang bisa mendeteksi seluruh parameter tersebut, mengukur akurasi data suhu dari sensor MAX30102 dengan melakukan uji coba pada 6 responden. Alat ini sudah teruji dari segi akurasi dalam mendeteksi perubahan suhu pasien dan diperoleh memiliki rata-rata error rate 0,43 %, rata-rata selisih 0,16oC, dan rata-rata standard deviasi 0,11oC dan mengikuti perubahan suhu pasien secara real-time berdasarkan uji coba pada 6 responden. Data sensor dapat disimpan pada ThingSpeak IoT Web Server melalui Wi-Fi.

One of the most crucial problems that are still faced by COVID-19 designated hospitals is the lack of real-time monitoring towards the health conditions of isolated patients. This problem is caused by the inadequacy and incapability of limited number of COVID-19 medical staff to handle increasing number of patients. Furthermore, the unavailability of COVID-19 antivirus and a high degree of infectivity, pathogenicity and virulency of this coronavirus disease increases the risk of worsening health impacts in an unpredictable period of time. Having said that, utilization of technology is needed to monitor the health conditions of COVID-19 patients in real-time mode to mitigate the risk of negative impacts in an unpredictable moment.
In this research, an IoT-based smart wearable prototype has been developed to minimize the risk of the aforementioned root causes. This portable wearable prototype is able to detect the temperature of a patient. Results show that the error rate of the sensor is 0,43%, average absolute difference of 0,16oC, and average absolute standard deviation of 0,11oC. The sensor readings can be stored in ThingSpeak IoT Web Server in real-time mode via Wi-Fi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Adiyanti
"Kecenderungan iklim di daerah perkotaan yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini adalah fenomena kelebihan panas yang tidak merata atau disebut Kutub Panas Kota(Urban Heat Island). Telah banyak dikaji berbagai aspek dalam Kutub Panas Kota di berbagai negara, namun hasil penelitian di kota tropik masih jarang ditemukan. Pengaruh langsung dari peningkatan suhu udara terhadap kehidupan manusia adalah terganggunya mekanisme pengeluaran panas tubuh. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya Kutub Panas Kota adalah sifat fisik permukaan kota dan aktivitas di dalamnya. Terkonsentrasinya penduduk di kota merupakan salah satu faktor pemicu terbentuknya Kutub Panas Kota. Faktor lainnya, pertama, absorpsi sinar matahari di perkotaan lebih besar daripada di pedesaan. Kedua, evapotranspirasi di perkotaan lebih kecil daripada di pedesaan. Ketiga, kurangnya variasi pergerakan angin dekat permukaan tanah di perkotaan. Keempat, panas buatan dan pencemaran di perkotaan menambah besarnya panas yang dikandungnya. Kota Jakarta, hingga saat ini, masih mempunyai daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk berusaha dan bermukim di Jakarta. Akibatnya, pertumbuhan penduduk Jakarta masih melaju dengan pusat. Daya tarik tersebut adalah fasilitas dan kegiatan ekonomi yang terus berkembang di Jakarta. Konsekuensi yang timbul adalah intensitas penggunaan lahan kota yang tinggi, sehingga mengurangi jatah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sementara itu pembangunan kota Jakarta saat ini belum merata sehingga permukaannya sangat heterogen. Dengan tujuan memberikan gambaran mengenai Kutub Panas Kota di Jakarta, pengaruh pusat kegiatan ekonomi dan fasilitasnya serta pengaruh pola penggunaan tanah terhadap suhu udara mikro, maka penelitian dasar ini dilaksanakan. Gambaran tersebut diperoleh dari profil suhu udara mikro di 46 plot sampel. Selain memberikan manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kondisi kritis dan faktor strategis yang harus ditangani untuk mengeiiminasi degradasi iklim mikro di Jakarta. Penelitian menekankan suhu udara setinggi spa yang oleh para ahli iklim tersebut disebut Urban Canopy Layer. Penelitian ini sangat terbatas, baik dalam lingkup ruang maupun waktu. Jangka waktu penelitian terpaksa singkat, karena datangnya musim hujan yang terlalu dini.
Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dan menggunakan rancangan non eksperimental-deskriptif dengan studi Time series di lapangan. Time series berjumlah 9 periode, masing-masing berinterval 2 jam dimulai dari periode T (pukul 13.00-15.00) hingga periode IX (pukul 05.00-07.00). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan keadaan cuaca, sedangkan variabel bebasnya adalah pola penggunaan tanah (lokasi pengukuran) dan waktu (periode pengukuran) Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Profil suhu udara di Jakarta menunjukkan nilai suhu udara yang tertinggi di daerah Pusat Kegiatan Ekonomi (PKE)(Central Business District) pada periode pukul 13.00-15.00 (Hipotesis 1 terbukti).
2. Profil suhu udara di Jakarta pads periode pukul 13.00-15.00 menunjukkan adanya pengaruh jenis penggunaan tanah, vegetasi dan kerapatan bangunan terhadap suhu udara (Hipotesis 2 terbukti).
3. Selisih suhu udara maksimum-minimum harian di daerah permukaan alamiah lebih rendah daripada di permukaan yang diperkeras (Hipotesis 3 terbukti).
4. 5elisih suhu udara maksimum-minimum di Jakarta tidak meningkat secara progresif dani arah pantai (Utara) ke pedalaman (Pusat) (Hipotesis 4 tidak terbukti).
5. Isoterm di wilayah kota yang tidak terbangun secara merata seperti Jakarta, membentuk kutub-kutub panas kota (lebih dari satu kutub.
Selain hasil pengujian hipotesis tersebut, dari penelitian ini diperoleh hasil lain:
1. Suhu udara maksimum di 46 lokasi pengukuran tidak selalu terjadi pada periods pengukuran I (pukul 13.00-15.00).
2. Elemen topografi dan aktivitas kota yang mempengaruhi terbentuknya Kutub Panas Kota adalah:
a. Pengaruh sifat fisik materi permukaan kota terhadap proses pertukaran panas.
b. Pengaruh konsentrasi pencemar di udara terhadap proses pertukaran panas.
c. Pengaruh sedikitnya proses evaporasi dan evapotranspirasi terhadap mekanisme pengurangan panas.
d. Produksi panas oleh aktivitas manusia di dalam kota.
3. Bentuk dan intensitas Kutub Panas Kota di Jakarta bervariasi menurut periods pengukuran (waktu) dan lokasi pengukuran (ruang).
4. Waktu yang baik untuk mengamati Kutub Panas Kota di Jakarta, menurut hasil penelitian ini adalah pukul 23.00-01.00.
Dengan demikian, waktu yang direkomendasikan oleh Sani {1987) dan Kingham (1969) yaitu pukul 22.00-23.00 (dalam Sani 1987: 258), tidak sepenuhnya diterima oleh kota Jakarta. Hipotesis 4 tidak terbukti, dapat disebabkan oleh hal-hal yang tidak terliput dalam penelitian. Atau dapat pula karena perbedaan iklim mikro yang disebabkan oleh faktor lain. Waktu penelitian yang dilaksanakan pada musim peralihan (musim panas-musim hujan) dan lama penelitian satu minggu dapat pula menjadi penyebab. Untuk memastikan apakah hipotesis ditolak atau tidak, perlu pengkajian lebih lanjut, untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan jenis alfa. "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinem, Surian
"Pengaruh perlakuan penuaan terhadap temperatur transformasi paduan ingat bentuk TiNi. Telah dilakukan penelitian temperatur transformasi paduan ingat bentuk TiNi akibat pertakuan penuaan. Paduan dengan komposisi Ti-50,04% at.Ni sebagai paduan ingat bentuk diberikan perlakuan perautan pada 1000°C selama 1 jam dan dicelupkan kedalam air kemudian dituakan pada temperatur 500 °C, 550 °C, 600 °C, 650 °C dan 700 °C selama 10 jam. Temperatur transformasi ditentukan dari pengukuran resistansi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa temperatur transformasi martensit mengalami kenaikan sekitar 4°C akibat proses penuaan pada 500°C selama 10 jam, tetapi penuaan dengan temperatur 500 °C - 700 °C selama 10 jam tidak menunjukkan perubahan yang berarti terhadap temperatur transformasi.

Effect of aging treatment on the transformation temperature of a TiNi shape memory alloy. Investigation of transformation temperature of a TiNi alloy due to aging treatment has been done. The shape memory alloy with Ti-50.04 % at.Ni composition was solution treated at 1000 °C for 1 hour and quenched in water, then aged in temperature 500 °C, 550 °C, 600 °C, 650 °C and 700 °C for 10 hours. Transformation temperature was measured using resistance measurement technique. The results of observation show that the martensitic transformation temperature increases about 4 °C after aging process at 500 °C for 10 hours, but in aging temperature 500 °C - 700 °C, there no significant change of the transformation temperature."
[place of publication not identified]: Jurnal Ilmu dan Rekayasa Material, 1999
JIRM-1-2-Agust1999-7
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"INTISARI Telah dilakukan pengukuran suhu nyala api dengan fotografi speckle. Pala speckle direkam pada Kodak Technical Pan Film dengan menempatkan pembakar antara difuser dan film. Pemotretan dilakukan dua kali pada film yang sama (double exposure), yaitu sebelum dan sesudah ada nyala api. Dengan. adanya perbedaan indeks bias dalam nyala api dan medium, maka kedua pola acak speckle yang direkam bergeser satu terhadap yang lain. pergeseran rekaman ini dapat bersifat celah ganda setelah film tersebut dicuci. Dengan pengamatan pola interferensi yang terjadi, suhu bagian nyala api dapat ditentukan dengan cara membandingkan terhadap suhu referensi. Pada percobaan ini digunakan nyala api dari gas elpiji yang dihubungkan engan pembakar Meker. Kesalahan pengukuran suhu nyala api lebih kecil dibanding perekaman tanpa lensa"
JURFIN 1:2 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>