Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grizzly Pradipta Singhasana Enshito
"Pemanasan global memiliki penyebab antara lain adalah hilangnya vegetasi untuk pembangunan. Kota Depok adalah salah satu kota penyangga Ibukota DKI Jakarta dan terjadi pembangunan yang menyebabkan berkurangnya tutupan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran suhu permukaan daratan dan hubungannya dengan kerapatan vegetasi. Data kedua variabel didapat dengan pengolahan citra Landsat OLI-TIRS.
Hasil penelitian menunjukkan suhu permukaan daratan yang tinggi di Kota Depok memiliki pola persebaran yang dipengaruhi oleh penutup lahan rendahnya kerapatan vegetasi. Suhu permukaan daratan yang tinggi menyebar dan mengumpul pada bagian pusat, selatan, dan utara pada wilayah penelitian. Tutupan lahan yang memiliki suhu tinggi adalah lahan terbangun dan tutupan lahan yang memiliki suhu rendah adalah vegetasi.

Global warming has a cause which one of them is loss of vegetation for the development. Depok City as one of the city buffer of DKI Jakarta and having development that causing loss of vegetation. This study aims to determine the pattern of land surface temperature distribution and its relation to vegetation density index. The data of both variables were obtained by Landsat 8 OLI TIRS image processing.
The results showed that high land surface temperature in Depok City rsquo s distribution pattern was influenced by land cover and low vegetation density index. High surface temperature were spreading over all areas and gathered at north, center, and south of study area. Land cover that have high temperature are built up and low temperature is vegetation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiral Rahadian Ilham
"Tren kenaikan suhu permukaan daratan akibat pemanasan global berdampak pada kondisi iklim di level mikro yakni perkotaan. Kenaikan suhu permukaan daratan berdampak pada semakin cepatnya laju evaporasi badan air dan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan. Tingginya kadar uap air di atmosfer memicu terjadinya potensi hujan ekstrem di wilayah-wilayah yang mengalami pemanasan. Fenomena hujan ekstrem yang terbentuk dari hasil pemanasan permukaan bumi dikenal dengan istilah hujan konvektif. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara suhu permukaan daratan dengan frekuensi hujan konvektif dengan rentang tahun pengamatan 10 tahun yakni 2013 – 2022. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran suhu permukaan daratan dan dampak kenaikannnya terhadap frekuensi hujan konvektif di Tangerang Raya. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial dan korelasi. Hasil penelitian didapatkan sebaran suhu permukaan daratan di Tangerang Raya ditunjukkkan dengan semakin tinggi nilai suhu permukaan daratan diikuti dengan penutup lahan berupa permukiman dan industri sedangkan semakin rendah nilau suhu permukaan daratan maka nilai tersebut menunjukkan wilayah penutup lahan berupa vegetasi. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan suhu permukaan daratan dan frekuensi hujan konvektif memiliki hubungan dengan 2 stasiun hujan di sisi selatan Tangerang Raya yang beradius 30 km dari laut. Hubungan tersebut berupa semakin tinggi luasan areal suhu permukaan daratan kelas sangat tinggi maka akan semakin tinggi frekuensi hujan konvektif. Hubungan antara kedua variabel memiliki nilai korelasi sebesar 0,597 dan koefisien determinasi sebesar 0,357.

The increase in land surface temperature due to global warming has an impact on micro-level climate conditions, particularly in urban areas. The increase in land surface temperature has an impact on the accelerated rate of evaporation of water bodies and transpiration from plants.. The high humidity in the atmosphere triggers the potential for extreme rainfall in regions experiencing warming. The phenomenon of extreme rainfall formed as a result of surface warming is known as convective rainfall. This research was conducted to investigate the relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall over a 10-year observation period, from 2013 to 2022. The objective of this study is to analyze the distribution of land surface temperature and its impact on the frequency of convective rainfall in Tangerang Raya. Data analysis in this research was performed using descriptive, spatial, and correlation analyses. The research findings reveal the distribution of land surface temperature in Tangerang Raya, indicating that higher land surface temperature values are associated with land covers such as settlements and industries, while lower values indicate areas covered by vegetation. The correlation analysis results show a relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall in two rain stations on the southern side of Tangerang Raya, located within a 30 km radius from the sea. This relationship indicates that as the extent of high-temperature land surface area increases, the frequency of convective rainfall also increases. The correlation value between the two variables is 0.597, with a coefficient of determination of 0.357."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iko Panji Rukmana
"Kabupaten Bengkulu Utara memiliki tingkat deforestasi tertinggi pada fungsi hutan lindung mencapai 6.000,7 ha/tahun, dan fungsi hutan konservasi mencapai 2.789,4 ha/tahun yang disebabkan oleh teralih fungsikannya hutan serta bertambahnya jumlah penduduk sebesar 315,5 ribu sampai tahun 2020. Citra satelit Landsat tahun 1995, 2010, dan 2016 Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu digunakan untuk analisis.
Penelitian ini mengidentifikasi pola suhu permukaan daratan dan pola kelembaban tanah pada periode yang sudah ditentukan dengan menggunakan metode analisis spasial, serta menunjukkan hubungan antar variabel seperti kerapatan vegetasi dan ketinggian terhadap suhu permukaan daratan serta ketinggian dan lereng terhadap kelembaban tanah. Hubungan antar variabel diidentifikasi menggunakan korelasi.
Hasil menunjukkan suhu permukaan daratan di Kabupaten Bengkulu memiliki pola menyebar dengan pusat panas di ibu kota kabupaten, dan area pertambangan, serta memiliki hubungan berbanding terbalik dengan kerapatan vegetasi dan ketinggian. Kemudian, kelembaban tanah di Kabupaten Bengkulu Utara cenderung mengering ke arah dataran tinggi, serta memiliki hubungan berbanding lurus dengan ketinggian dan lereng.

Bengkulu Utara District, Bengkulu Province was the area which had the highest deforestation toward protected forest up to 6000,7 ha year and conservation forest up to 2789,4 ha year cause land use change and increase of the population almost 315.5 thousands until 2020. Landsat satellite images of 1995, 2010, and 2016 of Bengkulu Utara Regency, Province Bengkulu area used for analysis.
This research identified pattern of land surface temperature between the specified time using spatial analysis methods, and showed the correlation between variables such as vegetation density and elevation against land surface temperature then elevation and slope against soil moisture. Relation between variables identified using correlation analysis.
The result that land surface temperature of Bengkulu Utara District has a spread pattern with a center in the capital city of the district, and mining areas, then has inverse relationship with vegetation density and elevation. The distribution pattern of dry soil moisture tends to expand to high ground, and has directly proportional with elevation and slope.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Paramitha Putri
"Permukaan daratan memainkan peran penting dalam banyak proses lingkungan. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan daratan adalah perubahan tutupan lahan termasuk perubahan tutupan lahan vegetasi menjadi tutupan lahan non vegetasi. Penelitian ini ditujukan untuk dapat menganalisis pengaruh tutupan lahan dan ketinggian terhadap sebaran suhu permukaan di Gunung Karang secara spasial dan temporal.
Penelitian ini menggunakan data citra Landsat pada tahun 1994, 2000, 2010, dan 2018 dengan menggunakan parameter indeks karakteristik lahan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), dan Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) serta suhu permukaan daratan. Parameter ketinggian didapatkan dari citra ALOS. Verifikasi dengan survei lapang dilakukan pada 50 titik yang dipilih secara random sampling.
Hasil analisis komparatif spasial menunjukkan bahwa kelas suhu permukaan daratan yang dominan mengalami perubahan dengan selisih rata-rata 4°C dari tahun 1994 menuju 2018 terjadi khususnya pada bagian kaki Gunung Karang. Hasil uji statistik menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengaruh kerapatan vegetasi, lahan terbangun dan lahan kosong, badan air, serta ketinggian terhadap suhu permukaan daratan adalah sebesar 78,5% dari tahun 1994 hingga 2018.

Land surface temperature play a vital role in many environmental processes. One of the contributing factor that cause the increase of land surface temperature is changes of land cover including the conversion from vegetation to non vegetation. This research aims to analyze the influence of land cover and elevation on distribution of the land surface temperature on Mount Karang spatially and temporally.
This research uses Landsat imagery data on 1994, 2000, 2010, and 2018 analyzed by Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), and Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) also land surface temperature. Elevation is obtained from ALOS imagery. Verification was done with field survey on 50 location which selected by random sampling.
Analysis with spatial comparative showed that the dominant class of land surface temperature changes with total difference of 4,26°C higher from 1994 to 2018 and its occurs especially at the foot of Mount Karang. The results of statistic test with multiple linear regression showed that the influence of vegetation density, built-up and bare land, water body, and elevation on land surface temperature was 78,5% from 1994 to 2018.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safirah Timami
"Kota Metropolitan Bandung Raya mengalami perkembangan cukup pesat yang menyebabkan berkurangya lahan bervegetasi. Selain itu, perbedaan curah hujan pada setiap musim di tahun 2014 ndash; 2016 dapat mempengaruhi tingkat kehijauan vegetasi. Minimnya lahan bervegetasi menunjukan tingkat kehijauan yang rendah sehingga dapat memicu kenaikan suhu permukaan daratan. Pengolahan citra Landsat 8/OLI dengan menggunakan algoritma Land Surface Temperature LST untuk mengetahui suhu permukaan daratan dan Nomalized Difference Index Vegetation NDVI untuk kehijauan vegetasi. Data curah hujan harian selama 15 hari sebelum waktu perekaman citra dikaji untuk menunjukan variasi kehijauan vegetasi dan suhu permukaan daratan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode overlay peta dan perhitungan statistik.
Hasil penelitian menunjukan variasi suhu permukaan daratan di bagian utara merupakan wilayah suhu rendah. Pada bagian tengah merupakan wilayah dengan suhu tinggi, sementara di bagian selatan merupakan wilayah suhu yang lebih rendah. Suhu permukaan daratan yang diperoleh paling rendah ialah 0,5 dan paling tinggi >35 C dengan nilai NDVI.

Metropolitan Bandung Raya experienced a rapid growth that caused the decreasing of vegetated land. In addition, rainfall differences in each season in 2014 2016 can affect the greenness of vegetation. The lack of vegetated land shows a low greenishness that can trigger an increase in surface temperatures. Landsat 8 OLI image processing using Land Surface Temperature LST algorithm to determine surface temperature of the land and Nomalized Difference Index Vegetation NDVI for green vegetation. Daily rainfall data for 15 days before the image recording time is examined to show variations of green vegetation and surface temperatures. The analysis is done by using map overlay and statistical calculation.
The results showed that the temperature of the mainland surface in the north is the low temperature region. In the middle is a region with high temperatures, while in the southern part is the region of lower temperatures. The lowest surface temperature of the land obtained is 0,5 and at most 35 C with NDVI value.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza
"Kabupaten Majalengka dinilai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu prioritas pembangunan infra struktur untuk menopang percepatan pembangunan seperti Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati Aero City, permukiman, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bussines center, resort, sarana hiburan. Alih fungsi lahan dari tutupan vegetasi menjadi lahan terbangun akan memengaruhi suhu permukaan daratan yang memicu adanya fenomena urban heat island.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis distribusi spasial dan temporal urban heat island serta asosiasi tutupan lahan, kerapatan bangunan, dan kehijauan vegetasi terhadap suhu permukaan daratan di Kabupaten Majalengka tahun 2013, 2016 dan 2019. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa tutupan lahan, kehijauan vegetasi, kerapatan bangunan, dan suhu permukaan daratan yang didapatkan dari hasil pengolahan Citra Landsat 8 Tahun 2013, 2016, dan 2019 yang divalidasi dengan data survei lapang pada 98 titik yang dipilih dengan metode randomsampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu permukaan daratan Kabupaten Majalengka berada antara 15,26 derajat celsius hingga 39,99 derajat celcius. Fenomena urban heat island mendominasi bagian tengah hingga utara Kabupaten Majalengka dengan tutupan lahan berupa lahan terbangun, kehijauan rendah, dan kerapatan bangunan tinggi. Bagian selatan suhu permukaan daratan semakin rendah dengan tutupan lahan vegetasi, kehijauan vegetasi tinggi, dan kerapatan bangunan rendah. Suhu permukaan daratan rendah berasosiasi dengan kehijauan vegetasi tinggi dan kerapatan bangunan rendah sedangkan suhu permukaan tinggi berasosiasi dengan tutupan lahan terbangun dengan kerapatan bangunan tinggi.

The Majalengka Regency considering by The Government of West Java Province is one of the priorities of infrastructure development to sustain the accelerate of development such as West Java International Airport, Kertajati Aero City, settlements, hospitals, shopping centres, business centres, resorts, entertainment facilities. The conversion function of agricultural land into non-agricultural or industrial will affect land surface temperature, which triggers the urban heat island phenomenon.
The purpose of this study was to analyze the spatial and temporal distribution of urban heat island and the effect of land cover, building density, and vegetation greennesson land surface temperatures in Majalengka in 2013, 2016 and 2019. Variables used in this study were land cover, vegetation greenness, building density, and land surface temperature obtained from the processing of Landsat Image 8 of 2013, 2016, and 2019 are validating survey at 98 points selected by random sampling method.
The results showed that the land surface temperature values of Majalengka areas were between 15.26°C to 39.99°C. The phenomenon of urban heat island dominates the north to the Majalengka Regency. The Areas with low land surface temperatures found in areas with land cover in the form of built land, low greenness, and high building density. The southern of Majalengka Regency of the land surface temperature is getting lower with vegetation land cover, high vegetation greenness, and low building density. Low land surface temperature is associated with high vegetation greenness and low building density while the highest surface temperature associated with build up area with high building density.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Retno Abisha
"Perkembangan perkotaan menjadi salah satu permsalahan yang sedang terjadi tiada hentinya. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi oleh kota besar di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan yang tinggi. Permasalahan di perkotaan tidak hanya berkutat pada ekstraksi lahan terbangun, akan tetapi ekstraksi lahan vegetasi yang semakin lama semakin berkurang. Tidak heran jika area hijau di perkotaan semakin berkurang. Dampak yang timbul dari adanya permasalahan tersebut adalah perubahan iklim mikro perkotaan, salah satunya yaitu meningkatnya suhu permukaan daratan di wilayah perkotaan. Penelitian ini melihat hubungan nilai AST terhadap LST dengan menggunakan metode regresi linear dan melihat hubungan antara variabel RTH dengan menggunakan metode multinomial logistik dan juga pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang positif AST dengan LST serta variabel RTH dan LST yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai <80%. Sementara itu, pola spasial yang terbentuk pada RTH di Kota Bogor menunjukan pola yang mengelompok.

Urban development is one of the problems that continues to occur without stopping. One of the common problems faced by big cities in Indonesia is the high growth of urban population. Problems in urban areas do not only revolve around the extraction of found land, but the extraction of vegetation land which is decreasing over time. No wonder the green area in urban areas is decreasing. The impact that arises from these problems is urban microclimate change, one of which is the increase in NDVI in urban areas. This study looked at the relationship between AST and LST values using the linear regression method and looked at the relationship between green space variables using the multinomial logistic method and the spatial pattern formed in green open space in Bogor City. The results of this study resulted in a positive relationship between AST and LST and the RTH and LST variables which showed a significant relationship with a value of <80%. Meanwhile, the spatial patterns formed in green open space in Bogor City show a clustered pattern.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Sidqi
"Interaksi antara unsur antropogenik dan alam menjadi salah satu pemicu terhadap terjadinya perubahan tren suhu yang dapat berdampak pada perubahan iklim. Perubahan yang masif pada penggunaan lahan pada wilayah perkotaan terutama gedung, jalan raya, dan ruang terbuka hijau sangat terkait dengan Suhu Permukaan Daratan (SPD). Kota Depok sebagai wilayah urban menjadi salah satu wilayah yang berada pada kawasan metropolitan. Hal ini memicu tekanan migrasi penduduk yang signifikan sehingga meningkatkan kebutuhan akan lahan terbangun yang menyebabkan tingkat kepadatan penduduk semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruh dari variasi spasio-temporal perubahan penggunaan lahan dan kepadatan penduduk terhadap SPD. Metode spasio-temporal digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar variabel. Sementara itu, uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Variabel yang diuji adalah tingkat kepadatan penduduk serta jenis penggunaan lahan terhadap SPD. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit landsat 5 TM, Landsat 8 OLI/TIRS, penggunaan lahan, data penduduk, dan peta administrasi.  Hasil dari penelitian ini adalah ada keterkaitan dan pengaruh antara perubahan penggunaan lahan terutama peningkatan lahan terbangun dan kepadatan penduduk serta penurunan sebaran vegetasi terhadap Suhu Permukaan Kota Depok pada tahun 2012-2019.

The interaction between anthropogenic and natural elements is one of the triggers for changes in temperature trends which can have an impact on climate change. Massive changes in land use in urban areas, especially buildings, roads and green open spaces, are closely related to Land Surface Temperature (SPD). Depok City as an urban area is located in the metropolitan area. This triggers significant population migration pressure, thereby increasing the need for built-up land, which causes population density to increase. This research aims to examine the relationship and influence of spatio-temporal variations in changes in land use and population density on SPD. The spatio-temporal method is used to determine the relationship between variables. Meanwhile, the correlation test used is the Pearson correlation test. The variables tested were the level of population density and the type of land use for SPD. The data used in this research are Landsat 5 TM, Landsat 8 OLI/TIRS satellite images, landuse, population data, and administrative maps. The results of this research are that there is a connection and influence between changes in land use, especially the increase in built-up land and population density as well as a decrease in vegetation distribution on the Surface Temperature of Depok City in 2012-2019."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giatika Chrisnawati
"Kebakaran hutan atau lahan dapat dideteksi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, yaitu dengan melakukan pemantauan jumlah dan sebaran titik panas di suatu wilayah. Jumlah dan sebaran titik panas diperoleh dengan mengolah citra sensor satelit menggunakan algoritma konversi nilai digital data satelit menjadi suhu.
Satelit yang dapat digunakan untuk pemantauan titik panas adalah satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) melalui sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer) dan sensor satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectro-Radiometer) yang dibawa oleh satelit Terra dan Aqua. Penentuan titik panas dihitung menggunakan metode yang dikembangkan oleh LAPAN untuk data MODIS dan Forest Fire Prevention and Control Project, Departemen Kehutanan RI, untuk data NOAA/AVHRR. Sementara suhu permukaan daratan, dihitung menggunakan metode yang dikembangkan oleh MAIA, Meteo Prancis.
Sebaran titik panas dan suhu permukaan daratan disajikan dalam bentuk peta 2-dimensi yang diberi data geografis. Perbandingan antara peta sebaran titik panas dan suhu permukaan daratan juga dibahas dalam penelitian ini.

Forest fire or land surface temperature could be analyzed from satellite data using remote sensing technology. The number of hotspot and land surface temperature distribution could be retrieved from the data by converting the digital number into temperature.
In this research, the hotspots are derived from NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)/AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer) and EOS (Earth Observing System) TERRA-AQUA/MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectro-Radiometer) sensors. For MODIS data, the hotspot is calculated using an algorithm which is developed by LAPAN, and The Forest Fire Prevention and Control Project, Departemen Kehutanan RI, for NOAA/AVHRR data. The Land Surface Temperature (LST) is calculated using the MAIA algorithm which is developed by Meteo France.
The hotspot and LST distribution is mapped into 2-D representation along with geographical information. The comparison of hotspot distribution and land surface temperature map is also investigated.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40436
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nafiriair Yufan Madakarah
"ABSTRAK
Universitas saat ini bisa disebut sebagai small cities mengacu kepada ukuran luasan, populasi dan berbagai macam aktifitas yang berada di dalam kampus. Institut Pertanian Bogor adalah sebuah kampus yang dapat mewakili sebuah kota dalam lingkup yang lebih kecil. Institut Pertanian Bogor berupaya mewujudkan cita-cita menjadi kampus hijau yang ramah lingkungan dengan membuat program IPB Menuju Green Campus 2020. Untuk mewujudkan dirinya sebagai Green Campus, Ruang Terbuka Hijau (RTH) terus menjadi perhatian IPB sebagai salah satu variasi tutupan lahan. Variasi tutupan lahan mempengaruhi adanya variasi suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial variasi suhu permukaan daratan di area kampus IPB dramaga Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis spasial untuk menganalisis variasi suhu permukaan daratan dengan tutupan lahan dan analisis statistik untuk menganalisis keterkaitan antara suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi (NDVI) dan kerapatan bangunan (NDBI). Data dihasilkan dari pengolahan citra penginderaan jauh dengan menggunakan citra Landsat 8 disertai dengan survey lapangan untuk proses validasi. Hasilnya menunjukkan suhu minimum dan maksimum sebesar 23,9 ºC dan 29,1 ºC pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi 27,8 ºC dan 34,8 ºC pada tahun 2018. Variasi suhu permukaan sejalan dengan jenis tutupan lahannya. Variasi suhu membentuk pola spatial dimana suhu tertinggi cenderung terletak pada wilayah tengah kampus berupa lahan terbangun dan suhu terendah cenderung terletak pada wilayah utara berupa hutan kampus. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada wilayah yang mengalami perubahan tutupan lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun sebesar 7 ºC lebih besar dari peningkatan suhu pada tutupan lahan yang sejenis sebesar 4,7 ºC. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka semakin rendah suhu permukaan daratan, begitu sebaliknya semakin tinggi kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula suhu permukaan daratannya.

ABSTRACT
At present time university can be called as small cities due to their size of the area, population and various kinds of activities. Bogor Agricultural University is a campus that can represent a city in a smaller scope with a high variety of land cover. Bogor Agricultural University seeks to realize the ideals of being a green campus that is eco-friendly by making program IPB toward Green Campus in 2020. To realize itself as a Green Campus, Green Open Space to be the focus of IPB as one of the variations in land cover. Further, the variation of a land cover will affects the surface temperature variation. This study aims to determine the spatial pattern of land surface temperature variation and the relationship with land cover and changes, vegetation density (NDVI) and building density (NDBI). The data use in this study generated from Landsat 8 imagery and field surveys, then analize using the spatial and statistic analysis tools. The results show the minimum and maximum temperatures are 23.9 ºC and 29.1 ºC in 2013 and increased to 27.8 ºC and 34.8 ºC in 2018. The temperature have a spatial pattern associated with the land cover. Where the highest temperature tends to be located in the central region in the form of built-up area and the lowest temperature tends to be located in the northern region in the form of forest area. The highest increase in temperature tends to appeared in the area that show a changes from vegetation to built-up area. More over this study also found that this phenomena only appear with temperature value were 7ºC greater than the increase in temperature on a similar land cover with value 4.7 ºC. Finally, this study prove that the higher vegetation density will create a lower the temperature of the land surface, while the higher the building density create a higher land surface temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>