Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abu Rachman
Abstrak :
Obat antidiabetes yang paling banyak diresepkan di Puskesmas Indonesia adalah metformin atau kombinasi metformin dan sulfonilurea. Studi tentang metformin telah menunjukkan berbagai dampak penurunan kognitif pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, sedangkan sulfonilurea telah terbukti mengurangi dampak ini. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak metformin dan metformin-sulfonilurea pada fungsi kognitif dan menentukan faktor apa yang mempengaruhinya. Studi potong lintang ini dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu dengan melibatkan 142 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengonsumsi metformin atau metformin-sulfonilurea selama >6 bulan dan usia >36 tahun. Fungsi kognitif dinilai menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia. Efek dari metformin dan metformin-sulfonylurea pada penurunan kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan setelah mengontrol kovariat (aOR = 1,096; 95% CI =  13.008px;">0,523–2,297; nilai-p = 0,808). Analisis multivariat menunjukkan usia (OR = 4,131; 95% CI = 1,271–13,428; nilai-p = 0,018) dan pendidikan (OR = 2,746; 95% CI = 1.196–6.305; nilai-p = 0,017) mempengaruhi fungsi kognitif. Pendidikan yang lebih rendah dan usia yang lebih tua cenderung menyebabkan penurunan kognitif, tenaga kesehatan didorong untuk bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat untuk mengatasi faktor risiko fungsi kognitif ini. ......The most prescribed antidiabetic drugs in Indonesian primary health care are metformin or a combination of metformin and sulfonylurea. Studies on metformin have shown various impacts on cognitive decline in patients with type 2 diabetes mellitus, whereas sulfonylurea has been shown to reduce this impact. This study aimed to compare the impacts of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive function and determine what factors affected it. This crosssectional study was conducted at Pasar Minggu Primary Health Care involving 142 type 2 diabetes mellitus patients taking metformin or metformin-sulfonylurea for >6 months and aged >36 years. Cognitive function was assessed using the validated Montreal Cognitive Assessment Indonesian version. The effects of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive decline showed no significant difference, even after controlling for covariates (aOR = 1.096; 95% CI = 0.523–2.297; p-value = 0.808). Multivariate analysis showed age (OR = 4.131; 95% CI = 1.271–13.428; p-value = 0.018) and education (OR = 2.746; 95% CI = 1.196–6.305; p-value = 0.017) affected cognitive function. Since a lower education and older age are likely to cause cognitive decline, health professionals are encouraged to work with public health experts to address these risk factors for cognitive function.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Andriany
Abstrak :
ABSTRAK
Nefropati diabetika dapat dideteksi melalui nilai UACR. Di sisi lain, 8-iso- Prostaglandin F2α sedang diteliti perannya sebagai penanda awal disfungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar 8-iso-Prostaglandin F2α, UACR serta hubungan 8-iso-Prostaglandin F2α dan UACR pada 72 orang pasien diabetes melitus tipe 2 (usia 33-75 tahun) di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok biguanid (n = 36) dan kelompok biguanid-sulfonilurea (n = 36). Kadar 8-iso-Prostaglandin F2α urin diukur menggunakan ELISA dan albumin urin diukur menggunakan kit BCG Albumin. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar 8-iso- Prostaglandin F2α (p = 0,083) dan UACR (p = 0,509) pada kedua kelompok sampel. Hasil uji beda rata-rata pada kelompok sampel dengan albuminuria (n = 33) juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar 8-iso-Prostaglandin F2α (p = 0,532) dan UACR (p = 0,067). Hubungan antara kadar 8-iso-Prostaglandin F2α dengan UACR pada seluruh sampel (r = 0,120; p = 0,315), sedangkan antara 8-iso- Prostaglandin F2α dengan UACR pada kelompok albuminuria (r = 0,534; p = 0,001). Jadi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar 8-iso-Prostaglandin F2α dengan UACR pada seluruh sampel, tetapi terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara kadar 8-iso-Prostaglandin F2α dengan UACR pada sampel dengan albuminuria.
ABSTRACT
Diabetic nephropathy can be detected by UACR value. Meanwhile, 8-iso- Prostaglandin F2α is being studied for its role as early marker for renal dysfunction. This study were to analize 8-iso-Prostaglandin F2α, UACR, and the correlation between 8-iso-Prostaglandin F2α and UACR on 72 type 2 diabetes mellitus patient (from ages: 33-75 years) at Pasar Minggu Community Health Center. Samples were divided into two groups, which was biguanid group (n = 36) and biguanidsulfonylurea group (n = 36). Urinary 8-iso-Prostaglandin F2α was measured by ELISA and urinary albumin by BCG Albumin kit. The results of mean different test showed there were no difference for 8-iso-Prostaglandin F2α (p=0,083) and UACR (p=0,509) in two group samples. The results of mean different test showed there were also no difference for 8-iso-Prostaglandin F2α (p=0,532) and UACR (p=0,067) in group samples with albuminuria (n=33). The correlation between 8-iso- Prostaglandin F2α and UACR on total samples (r = 0,120; p = 0,315), meanwhile the correlation between 8-iso-Prostaglandin F2α with UACR on samples with albuminuria (r = 0,534; p = 0,001). So, there was no significant correlation between 8-iso-Prostaglandin F2α and UACR on total samples, meanwhile there was strong enough and significant correlation between 8-iso-Prostaglandin F2α and UACR on samples with albuminuria.
2016
S64767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) tipe 2 diketahui sebagai salah satu masalah kesehatan yang memberikan beban ekonomi yang cukup besar pada sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bervariasinya penggunaan terapi obat akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam efektivitas dan biaya terapi, sehingga perlu dilakukan analisis efektivitas-biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas-biaya terapi kombinasi metformin-insulin dan metformin-sulfonilurea pada pasien rawat jalan dengan DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort, pengambilan data dilakukan secara retrospektif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan rekam medik pasien rawat jalan dengan DM tipe 2 dari tahun 2016-2019 dan data billing rumah sakit. Efektivitas terapi (∆HbA1c) dan biaya medis langsung antara kedua kelompok dibandingkan. ∆HbA1c antara kelompok metformin-insulin dan kelompok metformin-sulfonilurea tidak memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik (rerata perbedaan 0,123%; p=0,608). Sedangkan median biaya medis langsung kelompok metformin-insulin lebih tinggi dibandingkan kelompok metformin-sulfonilurea (p < 0,001). Hasil analisis efektivitas-biaya menunjukkan bahwa terapi kombinasi metformin-sulfonilurea lebih cost-effective dibandingkan kombinasi metformin-insulin.
ABSTRACT
Type 2 diabetes mellitus (DM) has been recognized as one of the health problems that imposes economic costs to health care systems around the world. Variation of drug therapy will result in differences in effectiveness and cost of therapy, thus cost-effectiveness analysis has been regarded paramount. The purpose of this study is to analyze the cost-effectiveness of metformin-insulin and metformin-sulfonylurea combination therapy in outpatients with type 2 DM. This cohort study was conducted retrospectively at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo using medical records of outpatients with type 2 DM from 2016-2019 and hospital billing. The effectiveness of therapy (∆HbA1c) and direct medical costs between the two groups were compared. ∆HbA1c between the metformin-insulin group and the metformin-sulfonylurea group did not have statistically significant differences (mean difference 0,123%; p=0,608). While the median of direct medical costs of the metformin-insulin group was higher than metformin-sulfonylurea group (p < 0.001). The results of the cost-effectiveness analysis showed that the combination therapy of metformin-sulfonylurea was more cost-effective compared to the combination of metformin-insulin.
2019
T55097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarasintha Nindyatami
Abstrak :
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit dengan beban biaya tinggi dan dapat memberi efek negatif terhadap kualitas hidup penderitanya. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada pasien RSPAD Gatot Soebroto. RSPAD Gatot Soebroto merupakan pemberi pelayanan kesehatan tingkat tiga yang menjadi rujukan tertinggi bagi Tentara Nasional Indonesia TNI Angkatan Darat dan masyarakat. Terapi diabetes mellitus tipe 2 memiliki beragam pola terapi kombinasi. Terapi yang beragam akan memberikan efektivitas dan biaya yang berbeda pula. Penelitian ini dilakukan terhadap dua jenis terapi kombinasi, yaitu metformin-akarbose dan metformin-sulfonilurea. Penelitian ini memberikan gambaran terapi kombinasi yang memiliki efektivitas-biaya lebih baik dalam segi tingkat pencapaian target HbA1C. ...... Diabetes mellitus type 2 is a high cost disease and has a negative effect on patients rsquo quality of life. Diabetes mellitus type 2 is one of the main diseases found in RSPAD Gatot Soebrotos outpatients. RSPAD Gatot Soebroto is a tertiary health care provider which is the highest medical care referral for the Indonesian Army and society. Diabetes mellitus type 2 therapy has various combination therapy patterns. Different therapy will give different effectiveness and cost result. This study was done for two combination therapies, metformin acarbose and metformin sulfonylurea. This study gives an insight on which combination therapy is more cost effective based on the target HbA1C.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulandari
Abstrak :
[ABSTRAK Gangguan fungsi ginjal yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 diperankan oleh stres oksidatif. Belum diketahui efektivitas pengobatan diabetes melitus tipe 2 terhadap gangguan fungsi ginjal. Penelitian ini membandingkan dan menganalisis hubungan hidrogen peroksida urin yang merupakan produk stress oksidatif dan estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) pada kelompok pengobatan sulfonilurea dan kombinasi biguanid-sulfonilurea. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kohort retrospektif dengan jumlah sampel 50 orang yang diambil di RSK Dr. Sitanala Tangerang dengan teknik total sampling. Nilai eLFG diperoleh berdasarkan nilai kreatinin serum yang diukur menggunakan metode kinetik Jaffe, sedangkan hidrogen peroksida urin menggunakan metode FOX (Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange) 1. Nilai hidrogen peroksida urin pada dua kelompok pengobatan tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p = 0,69). Sedangkan nilai eLFG pada dua kelompok juga tidak memiliki memiliki perbedaan yang bermakna dengan Cockroft Gault adalah p = 0,884; MDRD p = 0,886; dan CKDEP p= 0,490. Analisis hubungan hidrogen peroksida urin dengan eLFG berdasarkan persamaan MDRD dan CKDEPI menghasilkan hubungan positif bermakna (r = 0,326; p = 0,021) dan (r = 0,282; p = 0,047).
ABSTRACT , Renal dysfunction which frequently occurs in type 2 diabetes mellitus patients caused by oxidative stress. The effectiveness of the type 2 diabetes mellitus treatment to renal dysfunction is unknown. This study compare and analyze the correlation between urinary hydrogen peroxide which is a product of oxidative stress and estimated glomerular filtration rate (eGFR) in the treatment groups of sulfonylurea and combination biguanide-sulfonylurea. This study used a retrospective cohort study design with 50 sampels that was taken in Dr. Sitanala Tangerang hospital with total sampling technique. Estimated GFR value obtained based on serum creatinine values were measured using a kinetic Jaffe method, while the urinary hydrogen peroxide using FOX (Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange) 1. Value of urinary hydrogen peroxide in the two treatment groups did not have significant difference (p = 0.69) , While the value eGFR the two groups did not have significant differences with the Cockroft Gault is p = 0.884; MDRD p = 0.886; and CKDEP p = 0.490. Analysis of urinary hydrogen peroxide and eGFR based on the MDRD equation and CKDEPI generate significant positive correlation (r = 0.326; p = 0.021) and (r = 0.282; p = 0.047). ]
2015
S61099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library