Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Sugianti
"ABSTRAK
Memiliki adik merupakan suatu pengalaman yang dapat memunculkan reaksi
berbeda-beda dari anak pertama, salah satunya adalah altruisme. Berkowitz
mendefinisikan altruisme sebagai pertolongan yang diberikan seseorang kepada
orang lain tanpa mengharapkan rewards dari sumber-sumber luar. Menurut
Severy, esensi dari altruisme adalah motivasi untuk menolong yang didasari oleh
penyebab sederhana, yaitu karena seorang individu melihat bahwa orang lain
membutuhkan pertolongan. Altruisme sudah mulai muncul dan berkembang sejak
anak berusia sekitar 18 bulan. Pada tahap prasekolah, anak secara bertahap mulai
mengerti kebutuhan orang lain dan mulai belajar mengenai altruisme.
Menurut Bandura, kebanyakan anak belajar mengenai perilaku menolong
dan perilaku sosial yang lain melalui observasi yang dilakukan anak terhadap
model-model di dalam lingkungan mereka. Grusec dan Moore dan Eisenberg
menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan model yang
satu lebih efektif daripada model yang lain. Model yang mempengaruhi anak
paling kuat adalah model yang dipersepsi anak sebagai tokoh yang berkuasa
(powerful) dan memiliki kualitas hubungan yang hangat dengan anak. Hubungan
yang hangat antara anak dan orangtua dapat tergambar dari attachment yang
terjalin antara anak dan orangtua. Teori attachment mengatakan bahwa bentuk
attachment yang terjalin antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi anak dari
segi emosi, keterampilan sosial, dan kompetensi kognitif. Melalui interaksi anak
dengan pengasuh utamanya, anak belajar untuk mengembangkan hubungan
mereka dengan orang lain. Dengan perkataan lain, pola perilaku yang terjadi
dalam hubungan orangtua dan anak dapat digeneralisasikan ke dalam hubungan
anak dengan saudara kandung mereka. Memunculkan altruisme pada anak
sebenarnya merupakan hal yang susah-susah gampang. Akan menjadi sulit kalau
sejak kecil anak tidak terbiasa untuk peka terhadap orang lain yang membutuhkan
pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan kepada anak pertama usia 3-
6 tahun yang memiliki adik bayi. Kualitas attachment merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi altruisme maka pada penelitian ini ingin dilihat gambaran
kualitas attachment, altruisme, serta gambaran kualitas attachment ibu-anak
dengan altruisme anak terhadap adik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui
metoda wawancara dan observasi singkat. Subjek wawancara adalah empat orang
anak berusia 3-6 tahun yang memiliki adik bayi. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai altruisme, teori attachment,
dan teori mengenai masa kanak-kanak awal.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dua orang subjek
cenderung memiliki kualitas secure attachment dan dua orang subjek lainnya
cenderung memiliki kualitas insecure-avoidcmt attachment. Kualitas attachment
yang dimiliki masing-masing subjek dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya
adalah sensitivitas dan responsivitas ibu. Pada penelitian ini, subjek yang
cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki ibu yang lebih sensitif
dan responsif dibandingkan ibu dari subjek yang cenderung memiliki kualitas
insecure-avoidant attachment. Subjek yang cenderung memiliki kualitas secure
attachment memiliki hubungan yang lebih hangat dengan ibu. Adanya hubungan
yang hangat menyebabkan ibu dapat menjadi model altruisme yang efektif bagi
anak sehingga anak dapat menginternalisasi perilaku tersebut dengan baik.
Altruisme yang muncul pada semua subjek adalah mengambilkan popok
untuk adik. Adapun bentuk-bentuk altruisme lainnya, seperti mengajak adik
bermain, membawakan tas yang berisi barang-barang adik, menahan tangis agar
adik tidak terbangun, serta memberikan bedak dan menyisiri rambut adik
merupakan altruisme yang dapat dijumpai secara bervariasi pada subjek-subjek
dalam penelitian ini. Kurangnya variasi altruisme pada subjek dapat disebabkan
oleh kurang tergalinya altruisme yang lain dalam wawancara dan observasi yang
dilakukan. Pada penelitian ini juga terlihat adanya pengaruh kualitas attachment
terhadap altruisme. Pada subjek dengan kualitas secure attachment, altruisme
lebih bertalian dan frekuensi anak melakukan altruisme terhadap adik mereka
lebih sering. Altruisme tetap muncul pada anak dengan kualitas insecure-avoidant
attachment karena perilaku tersebut tidak terbentuk semata-mata dari faktor
tunggal, dalam hal ini oleh attachment antara ibu dan anak. Banyak faktor lain
yang mempengaruhi terbentuknya altruisme, seperti empati, perasaan tanggung
jawab, perasaan kompeten, mood, pengorbanan, reinforcement langsung,
modeling, dorongan verbal, dan perasaan iri. Di samping itu, adanya hubungan
yang hangat dengan ayali dapat memperkuat munculnya altruisme pada anak
sekalipun ia memiliki hubungan yang insecure dan kurang hangat dengan ibu.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukau dalam
waktu yang lebih lama dan dengan kemampuan wawancara yang lebih memadai.
Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian mengenai
perbedaan kualitas attachment antara anak-ayah dan anak-ibu serta melihat
pengarulinya terhadap altruisme anak."
2004
S3409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Cecilia Morinta
"ABSTRACT
Latar Belakang: Ukuran mahkota gigi sulung penting dalam keberhasilan perawatan restorasi dengan mahkota logam dan keberhasilan perawatan ortodonsi preventif. Perbedaan ukuran mahkota gigi sulung anak laki-laki dan perempuan ditunjukkan dalam diferensiasi seksual pada ukuran mahkota gigi dan bentuk gigi. Terdapat keterbatasan data mengenai ukuran mahkota gigi sulung anterior pada anak laki-laki dan anak perempuan dalam populasi Indonesia. Tujuan Penelitian: Mengetahui ukuran mahkota gigi sulung anterior pada kelompok anak laki- laki dan kelompok anak perempuan, dan mengetahui perbedaan diameter mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual antara kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian studi deskriptif-analitik menggunakan model studi pasien anak pada periode gigi sulung. 34 pasang model gigi dengan rincian 17 pasang model gigi laki-laki dan 17 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan. 99 pasang model gigi dengan rincian 35 pasang model gigi laki-laki dan 64 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara pengukuran mahkota gigi sulung dengan jangka sorong dan software ImageJ (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki (p≥>0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak perempuan (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter mesiodistal antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05), kecuali pada gigi dc RB (p0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter labiopalatal/ labiolingual antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05). Data nilai persentil dari diameter mesiodistal dan diameter labiopalatal/ labiolingual gigi anak laki-laki dan perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Tidak terdapat perbedaan antara sisi kanan dan kiri gigi sulung. Tidak terdapat perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan, kecuali pada diameter mesiodistal gigi kaninus bawah. Data persentil 50 ukuran mahkota gigi sulung anak pada penelitian ini dapat menjadi data referensi dalam pembuatan mahkota logam bagi anak dengan kerusakan mahkota parah di Indonesia.

ABSTRACT
Background: Primary crown size are important to achieve successful stainless steel crown restoration and orthodontic preventive. Teeth are part of the human body that showing the marks of sexual dimorphism. The size of primary teeth in the recent Indonesian population has not been studied: The aim of this study to measure primary anterior crown size of male and female patients and to differ mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual diameter between male and female from Paediatric Health Care, RSKGM FKG UI. Method: Thirty four pairs model study (17 males, 17 females) used to test different size between right and left side on sexes group. Ninety nine pairs model study (35 males, 64 females) used to test different size between male and female. Result: Theres no significant difference of measurement between digital caliper and software ImageJ (p≥0.05)"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Caroline
"Karies merupakan masalah kesehatan gigi mulut yang paling tinggi pada anak usia 3-5 tahun di Indonesia. Mengobati karies sejak dini dapat menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup anak. SDF merupakan salah satu perawatan karies pada gigi sulung. 59 anak usia 3-5 tahun di Serpong diaplikasikan SDF pada permukaan gigi sulung yang karies dan di evaluasi setelah 3 bulan. Ibu subjek diberikan kuisioner pengukuran kualitas hidup sebelum dan sesudah aplikasi SDF. Setelah dioleskan SDF, 89,36% karies terhenti. Kualitas hidup 59 subjek meningkat setelah aplikasi SDF (p < 0,05). SDF efektif dalam menghentikan karies gigi sulung dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Caries is the highest oral health problem in children aged 3-5 yeard old in Indonesia. Early caries treatment can heal tootache and increase quality of life. SDF is one of caries treatment for primary teeth. 59 children aged 3-5 years old were applied SDF and evaluated 3 months later. Mothers are given quality of life questionairre before and after SDF application. After SDF application, 89,36% caries are arrested. Quality of life of the subjects are increased after SDF application (p<0,05). SDF is effective in treating primary teeth caries and increase children quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mediani Retno Putri
"Latar Belakang. Indonesia masih memiliki masalah gizi kurang, salah satu faktor yang mempengaruhi erupsi gigi sulung adalah status gizi, baik status gizi ibu prenatal maupun status gizi anak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara status gizi ibu prenatal dan anak usia 6 - 37 bulan terhadap pola erupsi gigi sulung di kecamatan Beji, Depok.
Metode. Penelitian cross-sectional dilakukan pada ibu dan anaknya yang berusia 6 - 37 bulan di lima posyandu kecamatan Beji, Depok. Informasi status gizi ibu dan anak didapatkan dari buku KIA/KMS subjek.
Hasil. Terdapat perbedaan bermakna.

Background. Indonesia still have poor nutritional status problems, one of the factors that influence the eruption of primary teeth are mothers prenatal nutritional status and child nutritional status.
Objective. To identify the relationship between mothers prenatal nutritional status and 6 ndash 37 month children to primary teeth eruption pattern in the district Beji, Depok.
Methods. This cross sectional study conducted on mothers and their children in five posyandus in Beji District, Depok. The nutritional status information of mothers and children obtained from books KIA KMS subject.
Results. There is significant differences.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Zubaidah Cornain
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan secara klinis dan radiografis setelah perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung dengan karies mencapai pulpa non. vital. Subjek penelitian adalah molar sulung bawah pada anak usia 6-7 tahun. Dilakukan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol lima menit dan pengisian saluran akar dengan zink oksid engenol pasta, kemudian dilakukan evaluasi secara klinis setelah satu minggu, satu bulan, dan tiga bulan serta secara radiografis setelah tiga bulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan bermakna secara klinis pada gingiva setelah satu bulan yang ditandai dengan hilangnya tanda-tanda keradangan (X2= 18.00; p < 0,01), dan secara radiografis setelah tiga bulan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung bawah dengan karies mencapai pulpa non vital (X2 = 21,65; p < 0,01). Sedangkan hasil pemeriksaan klinis lainnya tidak terdapat kegoyangan gigi dan saat palpasi, tekanan serta perkusi hasilnya adalah negatif baik setelah satu minggu, satu bulan dan tiga bulan perawatan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T1235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gustiana Andriani
"ABSTRAK
Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan
manusia di masa dewasa muda adalah memilih pasangan hidup. Proses pemilihan
pasangan hidup merupakan tahap awal yang akan dilalui jika seseorang memutuskan
untuk menikah. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai kriteria
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam interaksi mereka dengan
lingkungannya, yang oleh Bronfrenbrenner (dalam Berns, 1997) dibagi menjadi beberapa
struktur yaitu sistem mikro, sistem ekso, sistem meso, sistem makro, dan chronosystem
atau dimensi waktu. Sebagai bagian dari sistem mikro, orangtua dapat menjadi sumber
bagi seorang anak dalam menentukan pilihan pasangan hidup. Seorang anak akan
menerima nilai-nilai menyangkut pemilihan pasangan hidup sejak kecil dari orangtuanya
dan hal tersebut merupakan bagian dari peran orangtua dalam pengasuhan anak.
Budaya Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrlinial, dimana ibu
memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan
anak termasuk dalam pemilihan pasangan hidup. Campur tangan tersebut terkadang
dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orangtua. Penelitian ini mencoba
untuk melihat fenomena yang terjadi antara dua generasi. Bagaimana kontribusi peran
ibu dalam hal pemilihan pasangan hidup anak perempuan sulung khususnya dalam
budaya Minangkabau; ciri khusus harapan ibu dan anak; serta faktor yang
mempengaruhi mereka dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara. Subyek
wawancara adalah tiga pasang ibu dan anak perempuan sulung yang berada dalam
lingkungan budaya Minangkabau dan tidak pernah merantau ke luar Sumatra barat.
Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan
ekologis, teori pengasuhan anak, teori perkembangan dewasa muda, teori pemilihan
pasangan hidup, dan teori yang berhubungan dengan nilai budaya dan adat
Minangkabau.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa ketiga subyek ibu
mempunyai pengaruh dalam menentukan pilihan pasangan hidup anak perempuan
sulung. Anak tidak akan menolak jika ibu menentukan pasangan hidupnya, sebab ada
kecenderungan anak menganggap pilihan ibu adalah pilihan yang terbaik. Ciri khusus
harapan seluruh subyek dalam menentukan pilihan pasangan hidup berhubungan
dengan nilai-nilai agama dan adat istiadat Minangkabau, dimana keduanya dipahami
sebagai rangkaian yang saling melengkapi. Dari segi agama, semua subyek baik ibu dan
anak mengharapkan pasangan hidup yang taat dan takwa terhadap Tuhan. Sedangkan
dari segi adat istiadat mereka mengharapkan pasangan hidup yang dapat bertingkah
laku sopan, memahami tata krama, dan tata berbicara sesuai dengan adat istiadat
Minangkabau. Hasil penelitian juga menunjukkan, ada dua faktor yang mempengaruhi seluruh
subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup yaitu faktor homogami dan faktor
lingkungan. Faktor homogami merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi seluruh
subyek dalam menentukan kriteria pasangan hidup, sedangkan faktor lingkungan
masyarakat merupakan faktor ektrinsik yang secara tidak langsung mempengaruhi
seluruh subyek.
Pengaruh yang diterima oleh seluruh subyek dari sistem lingkungan memberikan
informasi baru sehingga mereka lebih terbuka untuk menikah dengan orang lain di luar
suku bangsa Minangkabau atau keluar dari pola ideal perkawinan menurut adat
Minangkabau. Seluruh subyek memahami nilai-nilai agama dan adat istiadat
Minangkabau sebagai tuntutan yang harus diterima mereka, terutama keberadaan
mereka sebagai perempuan Minangkabau.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian dengan
karakteristik latar belakang yang berbeda, misalnya membandingkan subyek yang
berada di budaya Minangkau dengan mereka yang berasal dari budaya lain atau
membandingkan subyek yang berada dalam budaya Minangkabau tetapi berasal dari
nagari yang berbeda. Penelitian juga dapat dilakukan dengan melakukan studi terhadap
tiga generasi perempuan dalam budaya tertentu, tidak hanya dalam hal pemilihan
pasangan hidup tetapi menyangkut aspek perkembangan lain sehingga akan tampak
kekayaan dan kelemahan budaya yang teliti."
2001
S3052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vania Anindita
"Latar Belakang: Trauma gigi sulung merupakan cedera yang melibatkan gigi dan/atau struktur pendukungnya sehingga dapat menyebabkan fraktur, perpindahan gigi dan kerusakan jaringan pendukung dengan prevalensi dunia sebesar 22,7%. Data ini menunjukkan anak usia muda perlu mendapatkan perhatian khusus dari individu terdekat karena berisiko tinggi terjadinya trauma gigi sulung. Orang tua memiliki peran utama dalam penanganan darurat trauma gigi. Rendahnya pengetahuan orang tua dapat meningkatkan risiko terjadinya trauma gigi sulung, sehingga kebutuhan edukasi menjadi sangat penting. Digitalisasi dalam perkembangan teknologi menunjukkan perubahan penyampaian informasi dan meningkatkan penggunaan media elektronik sebagai sumber edukasi yang dapat digunakan masyarakat luas. Berbagai sumber informasi menjadi lebih cepat dan efektif didapatkan dengan adanya perangkat elektronik dan jaringan internet. Tujuan: Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak” dan buku elektronik dapat bermanfaat sebagai panduan bagi para orang tua sebagai individu terdekat anak. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan pada 10 Sekolah TK Negeri di Jakarta Selatan dengan total 130 orang tua anak yang memenuhi kriteria inklusi. Buku elektronik dan kuesioner dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan melalui diskusi pakar, dokter gigi dan orang tua anak Sekolah TK di luar subjek penelitian. Dilakukan penilaian tingkat pengetahuan awal menggunakan kuesioner dengan durasi 8 menit, selanjutnya orang tua membaca buku elektronik dengan durasi 6 menit. Penilaian tingkat pengetahuan kembali menggunakan kuesioner yang sama sesudah membaca buku elektronik dilakukan dengan durasi 8 menit. Hasil: Nilai median total skor pengetahuan sebelum dan sesudah membaca buku elektronik secara berurutan adalah 14 (cukup) dan 17 (baik). Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p < 0,05) antara total skor pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak”. Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan orang tua anak Sekolah TK sebelum dan sesudah membaca buku elektronik “Trauma Gigi Sulung Anak”.

Background: Trauma to the primary teeth is an injury involving the teeth and/or their supporting structures which can cause fractures, tooth displacement and damage to supporting tissues with a worldwide prevalence of 22,7%. This data shows that young children needs to get special attention from the closest individuals due to the high risk of trauma to the primary teeth. Parents have a major role in emergency management of dental trauma. Lack of parental knowledge can increase the risk of trauma to the primary teeth, hence the educational needs are very important. Digitalization in technological developments shows changes in the delivery of information and increases the use of electronic media as a source of education that can be used by the wider community. Various sources of information can be obtained more quickly and effectively with the existence of electronic devices and internet. Objectives: Analyzing the difference of knowledge levels of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth” and the electronic book can be useful as a guide for parents as the closest individuals to children. Methods: Research was conducted at 10 preschools in South Jakarta with a total of 130 parents of children who met the inclusion criteria. The electronic book and questionnaires in this study were tested for validity and reliability before being used namely through expert discussions, dentists and preschool parents outside the research subjects. An assessment of the level of initial knowledge was carried out using a questionnaire with a duration of 8 minutes, followed by a reading session on the electronic book by the parents with a duration of 6 minutes. Re – assessment of the level of knowledge using the same questionnaire after reading the electronic book was carried out with a duration of 8 minutes. Results: The median total score of knowledge before and after reading electronic book was 14 (fair) and 17 (good) respectively. Based on Wilcoxon test, the p value = 0,001 was obtained which indicated that there was a statistically significant difference (p < 0,05) between total score of knowledge of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth”. Conclusions: There is a difference of knowledge levels of preschool parents before and after reading electronic book “Trauma to the Primary Teeth”."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Jessica Gedalya
"Prevalensi Karies Gigi pada anak di DKI Jakarta sebesar 81,2% merupakan penyakit gigi dan mulut nomor satu pada anak, sehingga diperlukan informasi mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak.
Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor- faktor terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak.
Metode: Desain cross-sectional dengan pengambilan sampel secara convenience sampling. Pengambilan data diambil melalui pengisian kuesioner oleh 250 responden Ibu , dan dilakukan pemeriksaan gigi pada 250 responden anak menggunakan alat standard untuk melakukan pengukuran kepenyakitan karies gigi menggunakan indeks deft. Hubungan antara utilisasi dengan faktor-faktor usia anak, pendidikan Ibu, jarak, sosial ekonomi, pengetahuan, dan sikap dianalisis dengan uji korelasi eta. Sedangkan hubungan antara utilisasi dengan pekerjaan Ibu, jaminan pemeliharaan kesehatan, perceived need , dan normative need dianalisis dengan uji koefisien kontingensi.
Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara utilisasi dengan faktor-faktor pekerjaan ibu (p) = 0,025, faktor jarak (r) = 0,287, faktor jaminan pemeliharaan kesehatan (p) = 0,000, dan faktor sosial ekonomi (r) = 0,241.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara faktor-faktor pekerjaan Ibu, jarak, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak. Tidak terdapat hubungan atara faktor-faktor usia anak, pendidikan Ibu, perceived need, normative need, pengetahuan, dan sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak.

Caries Prevalence of Children in DKI Jakarta, of 81.2%, become the number one dental and mouth disease in children, for that information about factors that contribute to dental and oral health services utilization of children is needed.
Objective: Knowing the relationship between various factors to the utilization of children dental and oral health services.
Methods: Cross sectional design with convenient sampling. Data retrieval by filling out questionnaires to 250 mother respondent, and performing dental examination to 250 child respondent, using standard dental appliance, to measure level of caries using deft index. Relationship between the utilization with child age, mother education level, distance, social economic, knowledge, and behavior factors are analyzed by using eta correlation test. While relationship between the utilization with maternal job, health care insurance, perceived need and normative need are analyzed with contingency coefficient test.
Results: There is significant relationship between the utilization with maternal job factor (p) = 0,025, distance factor (r) = 0,287, health care insurance (p) = 0,000, and social economic factor (r) = 0,241.
Conclusion: There is a relationship between maternal job, distance, health care insurance, and income level with the utilization of children dental and oral health services. There is no relationship between child age, mother education level, perceived need, normative need, knowledge, and behavior with the utilization of children dental and oral health services.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>