Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pengky Adie Perdana
"Aplikasi material Ferritic - Austenitic Steel atau yang lebih dikenal dengan Super Duplex Stainless Steel, dalam industri migas umumnya terdapat pada sistem pemipaan Production Flowlines dan komponen-komponen pendukungnya. Tingginya kadar alloy (25Cr 7Ni 4Mo) dibanding dengan Stainless Steel biasa SS316 (18Cr 8Ni) menyebabkan paduan ini lebih tahan terhadap korosi intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
Pengelasan merupakan proses penggabungan logam dengan cara memanaskan nya hingga mencapai suhu lebur dan logam cair tersebut dialirkan bersama-sama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Pada tesis ini penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang pengaruh quenching terhadap karakteristik mekanis dan ketahanan korosi baja tahan karat Super Duplex UNS S32750 yang telah mengalami proses pengelasan.
Dalam penelitian ini digunakan material pipa potongan Super Duplex yang dilas dengan proses GTAW sebagai masukan panas. Media quenching atau quenchant yang digunakan yaitu udara, oli dan air. Selanjutnya dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pemeriksaan kandungan ferit, dan pengujian immersed solution (pada suhu 50°C dan 40°C) untuk mengetahui hubungan antara mikrostruktur dengan nilai kekerasan, ferrite content dan ketahanan korosi Super Duplex tersebut.

Ferrite - Austenitic Steels or familiar with Super Duplex Stainless Steels are widely applied in oil and gas industry. They are mainly used on piping system, especially in Production Flowlines and other supporting equipments. Its high content of alloy composition (25Cr 7Ni 4Mo) rather than regular Stainless Steel SS316 (18Cr 8Ni) derived this alloy to have more corrosion resistance against intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
The term welding refers to the process of joining metals by heating them to their melting temperature and causing the molten metal to flow together. The most frequent problems occur in welding stainless steel is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization), which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joints.
The aim of this research is to learn more about the effect of quenching to mechanical properties and its corrosion resistance of Super Duplex Stainless Steel.
This research uses some length of Super Duplex, which was welded with GTAW process for heat input. Quenching fluids or known as quenchant which is used are : air, oil, and water. Further, the samples subjected to hardness testing, microstructure examination, ferrite content analyzer, immersed solution testing (on temperature 50°C and 40°C) in order to find out relationship among hardness value, ferrite content, and corrosion resistance of Super Duplex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Herizal
"Steel dengan menggunakan proses pengelasan GTAW terhadap kemampuan tahan korosi pitting SDSS pada lingkungan dengan konsentrasi klorida yang tinggi. Pengelasan dilakukan terhadap empat spesimen dengan gas pelindung yang berbeda, yaitu Ar UHP, Ar 2 N 2, Ar 5 N 2 dan Ar 10 N 2. Hasil lasan pada ke-empat spesimen akan dilakukan pengamatan struktur makro dan mikro dengan mikroskop optik dan SEM-EDS Scanning Electron Microscopic-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy , serta pengujian kekerasan, ferite content, pengujian korosi pitting berdasarkan ASTM G48-11 Method E dan potentiodynamic anodic polarization berdasarkan ASTM G5-13 untuk melihat pengaruh nitrogen terhadap struktur mikro dan kemampuan tahan korosi pitting SDSS.

This thesis focuses on the effect of nitrogen on the shielding gases for the welding of super duplex stainless steel materials by using GTAW welding process against the pitting corrosion resistance of SDSS in environment with high chloride concentration. Welding was carried out on four specimens with different shielding gases, Ar UHP, Ar 2 N 2, Ar 5 N 2 and Ar 10 N 2. The weldments of the four specimens will be observed for macro and microstructures with optical microscope and SEM EDS Scanning Electron Microscopic Energy Dispersive X ray Spectroscopy , hardness testing, ferrite content, pitting corrosion testing based on ASTM G48 11 Method E and potentiodynamic anodic polarization based on ASTM G5 13 to see the effect of nitrogen on the microstructure and pitting resistance of SDSS."
2017
T47673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipangkar, Leonardo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh dari proses pengelasan perbaikan berulang terhadap evolusi struktur mikro dan sifat mekanik dari super duplex stainless steel(SDSS) UNS S32750. Enam sampel di las dengan proses pengelasan gas tungsten arc welding(GTAW). Sampel pertama disiapkan sebagai original weld(OW), kemudian daerah lasan di eksavasi dengan grinda, dan di preparasi kembali pada area yang sama yang selanjutnya di lakukan pengelasan kembali dengan variasi masukan panas, yaitu masukan panas rendah dan tinggi 1,0 and 1,75 kJ/mm. Sampel repairpertama diberi identifikasi R1-LHI & R1-HHI kemudian proses repairkedua di lakukan sama dengan proses repairpertama dengan identifikasi R2-LHI & R2 HH1 begitu juga dengan R5. Sampel-sampel tersebut selanjutnya di-uji untuk mempelajari perubahan struktur mikro, kandungan ferrit, dan sifat mekanik hasil lasan. Pengujian impak dan kekerasan dilakukan untuk mengkarakterisasi sifat mekanik hasil sambungan, stuktur mikro dan analisa patahan dari sampel impak di teliti menggunakan mikroskop optik (OM) dan Scanning Electron Microscopic-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy(SEM-EDS).
Hasil penelitian proses pengelasanrepairyang berulang menunjukan terjadinya perubahan yang signifikan terhadap struktur mikro dan sifat mekanik material SDSS. Ukuran butir ferrit pada area HAZ sampel HHI terlihat lebih kasar dibandingkan LHI, mengakibatkan penurunan kekuatan impak hingga 12 J pada sampel R5. Mode patahan ulet terjadi pada sampel OW, R1-LHI, R2-LHI & R1-HHI sedangkan patahan getas terjadi pada sampel R2 HHI & R5, presipitat Cr2N dan fasa sigma juga ditemukan pada foto struktur mikro R5 dimana keduanya dapat menurunkan kekuatan impak hasil lasan. Hasil analisa kandungan ferrit menunjukan pengelasan dengan masukan panas tinggi dapat menurunkan kandungan ferrit dibandingkan dengan masukan panas yang rendah, dan nilai kekerasan rata-rata sampel R1-LHI & R2-LHI terlihat lebih tinggi dari batas kekerasan yang diperbolehkan. Secara keseluruhan pembatasan pengelasan repair hingga repair pertama dengan masukan panas yang sama menghasilkan hasil yang optimal.

This research is performed to evaluate the effects of repeated weld-repairs on the microstructure evolution and mechanical properties of super duplex stainless steel (SDSS) UNS S32750. Six specimens were welded using gas tungsten arc welding (GTAW) process. The first specimen was prepared as original weld (OW), then weld area was ground, re-beveled on the same location and re-welded with different parameters, low and high heat input 1,0 and 1,75 kJ/mm respectively. The first repair with low heat input and high heat input were called as R1-LHI & R1-HHI and the second repairs were prepared as same as the first repairs and called as R2-LHI & R2 HH1 and also for R5. Specimens with the different condition were studied by examining the changes in microstructures, ferrite content, and the mechanical properties. Impact and hardness test were carried out to characterize the mechanical properties of welded joints, the microstructural and fractography of raptured impact specimens were investigated using optical microscopy (OM) and Scanning Electron Microscopic-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDS).
The results showed that microstructures, mechanical properties of SDSS weldments were changing significantly as the effect of repeated repair heat cycle by differences heat input. Ferrite grain size on HHI HAZ specimen was found coarser than LHI, which affected in the reduction of impact value up to 12 J on R5 specimen. Ductile mode fracture was reported occurred on OW, R1-LHI, R2-LHI & R1-HHI and brittle fracture on R2 HHI & R5, Precipitate Cr2N and Sigma phase are also found on R5 microstructure, which may reduce the impact properties of the materials. From ferrite content report shows that welding with HHI reduced the ferrite content compare to LHI samples, and the average hardness values for R1-LHI & R2-LHI were found higher than acceptance. From the results of the examination, limited repair up to the first repair with the same heat input as the original weld was given the optimum results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cahyono
"Penelitian efek perlakuan panas pada ketahanan korosi pitting dan struktur mikro pada lasan berulang material super duplex stainless steel UNS S32760 dievaluasi melalui uji korosi pitting, karakterisasi struktur mikro, dan analisis SEM-EDS. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lasan asli (OW) dan spesimen pengelasan berulang yang diberikan perlakukuan panas, yaitu lasan yang diulang sekali (HR1), lasan yang diulang dua kali (HR2), dan lasan yang diulang tiga kali (HR3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa OW menunjukan ketidakseimbangan fraksi ferit-austenit yang signifikan yang mengurangi ketahanan korosi pitting. Perlakuan panas pada temperatur 1100 ºC secara bertahap dapat mengembalikan keseimbangan fraksi ferit-austenit dan melarutkan fasa intermetalik sehingga meningkatkan sifat ketahanan korosi pitting pada spesimen lasan berulang, HR1, HR2, dan HR3.

The effect of heat treatment on the pitting corrosion resistance and microstructure of UNS S32760 super duplex stainless steel`s repeated welds was investigated through a pitting corrosion test and microstructure characterization. The specimens include an original weld (OW) and three heat-treated specimens, namely a once-repeated weld (HR1), a twice-repeated weld (HR2), and a three-time-repeated weld (HR3).
The results show that the OW represents a significant imbalance of ferrite-austenite fractions reducing the pitting corrosion resistance. Conversely, 1100 ºC heat treatment on HR1, HR2, and HR3 gradually returns the equilibrium of ferrite-austenite fractions and dissolve intermetallic phase which improves the pitting corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suheni
"ABSTRAK
Super duplex stainless steel adalah baja yang memiliki ketahanan korosi dan kekuatan mekanis yang baik sehingga banyak digunakan pada industry terutama pada industry minyak, gas dan petrokimia. Dalam penggunaan dilapangan sering digunakan proses penyambungan logam dengan metoda pengelasan. Untuk menghasilkan lasan yang baik perlu diperhatikan prosedur dan parameter pengelasan yang digunakan terutama masukan panas.
Dalam penelitian ini digunakan variable masukan panas dan komposisi gas pelindung untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap keseimbangan struktur fasa ferit-austentit pada lasan baja tahan karat super duplek SAF 2507 dengan metoda las tungsten inert gas (TIG). Masukan panas divariasikan dengan menerapkan kecepatan pengelasan yang berbeda 1, 3, 4 dan 5 mm per det sedangkan gas pelindung yang digunakan 100% argon, 98% argon + 2% nitrogen dan 95% argon + 5% nitrogen.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan kecepatan pengelasan yang berbeda dihasilkan kedalaman dan lebar logam las yang berbeda. Demikian juga halnya dengan penggunaan gas pelindung yang berbeda akan menghasilkan perbandingan lebar dan dalam logam las yang berbeda pula. Dengan menggunakan gas pelindung 95% argon + 5% nitrogen fasa ferit-austentit yang dihasilkan pada logam las relative seimbang dibandingkan dengan yang lainnya.
Pada pengelasan yang lambat, disamping menghasilkan masukan panas yang besar, kekerasan pada logam las juga tinggi serta mempengaruhi pertumbuhan fasa autentit. Semakin tinggi masukan panas (2,280 kJ per mm) semakin rendah fasa austentit pada logam las."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library