Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcel Prasetyo
"Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara shoulder impingement syndrome (SIS) dengan karakteristik morfologi akromion (sudut acromial tilt akromion, osteofit subakromion). Pemeriksaan radiografi konvensional proyeksi supraspinatus outlet dilakukan dengan bantuan fluoroskopi terhadap 40 penderita SIS dan 40 individu tanpa nyeri bahu sebagai pembanding, dilanjutkan dengan pengukuran sudut acromial tilt, penentuan tipe akromion (menurut klasifikasi Bigliani dan kriteria Park) serta ada/tidaknya osteofit subakromion. Kelompok penderita SIS memiliki rerata sudut acromial tilt 34,1° (SD 7,6) sementara kelompok tanpa nyeri bahu memiliki rerata sudut 32,1° (SD 7,7). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik (p = 0,241) antara sudut acromial tilt dengan SIS. Mayoritas tipe akromion adalah tipe II (lengkung) pada kedua kelompok (85% dan 95%), tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik (p = 0,224) antara tipe akromion dengan SIS. Sebesar 52,5% penderita SIS ditemukan memiliki osteofit subakromion dibandingkan dengan 12,5% pada kelompok pembanding, dan terdapat hubungan bermakna secara statistik (p = 0,0003) antara osteofit subakromion dengan SIS. Osteofit subakromion memiliki hubungan bermakna dengan timbulnya SIS, sementara tipe akromion dan sudut acromial tilt tidak berhubungan dengan SIS.

Purpose of this study was to find the association between shoulder impingement syndrome (SIS) and morphological characteristics of acromion (acromial tilt angle, type of acromion, subacromial osteophyte). Supraspinatus outlet view was performed using fluoroscopy. There were 40 SIS patients and 40 individuals with no shoulder pain examined and measured for their acromial tilt angle, type of acromion (according to Bigliani?s classification and Park?s criteria) and for the presence of subacromial osteophyte. Average acromial tilt angle was 34.1° (SD 7.6) for SIS group and 32.1° (SD 7.7) for control group. Type II acromion was found more frequent in both groups (85% and 95%). The association between SIS and acromial tilt angle or between SIS and type of acromion were statistically insignificant (p=0.241 and p=0.221). Subacromial osteophyte was found in 52.5% of SIS group compare to 12.5% among the control group, and the association with SIS was statistically significant (p=0.0003). Subacromial osteophyte was found to have significant association with SIS. Such association was not found in acromial tilt angle and type of acromion."
Med J Indones, 2007
MJIN-16-3-JulySept2007-176
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jansen
"Pendekatan diagnostik untuk gangguan tendon supraspinatus melalui tes klinis sering kali gagal mengidentifikasi penyebab patologis spesifik dari nyeri bahu. Tes klinis saja tidak dapat memberikan diagnosis patoanatomi yang akurat, dan mengandalkan pencitraan juga terbatas karena tingginya kejadian patologi tanpa gejala. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas pemeriksaan fisik yang dikombinasikan dengan injeksi lidokain untuk mendeteksi robekan penuh pada tendon supraspinatus, dengan MRI sebagai pembanding. Pasien dengan dugaan nyeri bahu yang terkait dengan tendon supraspinatus ikut serta dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui tes klinis, diikuti dengan injeksi lidokain subakromial dan evaluasi ulang, yang hasilnya dikonfirmasi melalui MRI. Dari 78 pasien, dengan usia rata-rata 58 tahun, sebagian besar adalah wanita normoweight (76,9%) yang melaporkan nyeri sedang, terutama di sisi kanan yang dominan. Tes Hawkins-Kennedy dan empty can memiliki sensitivitas terbaik (0,76), sementara tes drop arm menunjukkan spesifisitas tertinggi (0,82) untuk mendeteksi robekan. Injeksi lidokain menurunkan sensitivitas namun meningkatkan spesifisitas pada semua tes fisik. Injeksi lidokain yang dipandu ultrasound meningkatkan akurasi pemeriksaan fisik dibandingkan dengan MRI dalam mengevaluasi robekan penuh tendon supraspinatus, sehingga meningkatkan ketepatan diagnostik untuk gangguan bahu yang umum ini.

The diagnostic approach for supraspinatus tendon disorders through clinical tests often fails to pinpoint specific pathological causes of shoulder pain. Clinical tests alone cannot provide an accurate pathoanatomic diagnosis, and relying solely on imaging is limited by the high occurrence of asymptomatic pathology. This study evaluates the effectiveness of physical examination combined with lidocaine injection for detecting full-thickness tears in the supraspinatus tendon, using MRI as a comparison. Patients with suspected supraspinatus tendon-related shoulder pain participated. Data was gathered via clinical tests, followed by a subacromial lidocaine injection and subsequent reevaluation, with findings confirmed through MRI. Among the 78 patients, with an average age of 58, most were normoweight women (76.9%) reporting moderate pain, mainly on the right, dominant side. The Hawkins-Kennedy and empty can tests had the best sensitivity (0.76), while the drop arm test showed the highest specificity (0.82) for detecting tears. Lidocaine injection lowered sensitivity but raised specificity in all physical tests. Ultrasound-guided lidocaine injection improved the accuracy of physical examinations compared to MRI in evaluating full-thickness supraspinatus tendon tears, enhancing diagnostic precision for this common shoulder disorder."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library