Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prasetyo Abdillah Adriansyah
"Perubahan tutupan lahan tentu memberikan manfaat bagi sektor sosial dan ekonomi. Namun, tidak jarang perubahan lahan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Seringkali dalam proses perubahan lahan banyak lahan-lahan hijau yang berkurang tergantikan dengan bangunan. Salah satu dampak nyata dan besar adalah pengaruh perubahan lahan terhadap kualitas air dan udara pada lingkungan. Kabupaten Sumedang menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami pembangunan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan dan suhu udara permukaan, pengaruh NDVI dalam membuat model suhu udara permukaan serta melihat hubungan model tersebut terhadap tutupan lahan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan melalui pengolahan Citra Landsat 8 dan 9 OLI/TIRS dan survei lapangan, hasil tersebut dianalisis menggunakan alat spasial dan statistik. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model yang dibuat menggunakan nilai suhu permukaan daratan dan NDVI mampu mengurangi kesalahan yang dapat terjadi untuk membuat model suhu udara permukaan sehingga hasil model yang menggunakan nilai NDVI lebih baik dibandingkan model yang dibuat tanpanya. Hasil model juga menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun suhu terus meningkat, terlihat dari kelas yang mendominasi 29,1-34,3℃ mengalami penurunan luas dan terjadi peningkatan luas pada kelas suhu yang lebih tinggi. Perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kabupaten Sumedang mempengaruhi suhu permukaan daratan juga suhu udara permukaannya.

Changes in land cover undoubtedly bring benefits to the social and economic sectors. However, it is not uncommon for changes in land cover to have negative impacts on the environment. Often in the process of land cover change, many green areas are reduced and replaced with buildings. One of the significant and tangible impacts is the influence of land cover changes on the quality of water and air in the environment. Sumedang Regency is one of the areas in Indonesia undergoing development. This research aims to understand changes in land cover and surface air temperature, the influence of NDVI in creating a model of surface air temperature, and to observe the relationship of this model to land cover. The data used in this research is generated through the processing of Landsat 8 and 9 OLI/TIRS images and field surveys. The results are analyzed using spatial and statistical tools. The findings of this research indicate that the model created using land surface temperature values and NDVI is capable of reducing errors that may occur in creating a model of surface air temperature. Thus, the model using NDVI values is better than the one created without it. The model results also show that the temperature continues to increase year by year, as seen from the class dominating 29.1-34.3℃ experiencing a decrease in area, and an increase in the area of higher temperature classes. The changes in land cover in Sumedang Regency affect both land surface temperature and surface air temperature."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martono
"Chlorophyll-a is a pigment that is contained in phytoplankton. Through the photosynthesis process, chlorophyll-a plays
an important role in the global carbon cycle. The purpose of this research is to investigate the effect of global warming
on chlorophyll-a concentration in Indonesian waters. The data used includes the monthly data of sea surface
temperatures from 1984-2013, CO2 concentrations from 1980-2014, and chlorophyll-a concentrations from 2003-2014.
The method used is linear regression. The results show that sea surface temperatures in Indonesian waters increased by
about 0.51 °C from 1984-2013. The effects of global warming on chlorophyll-a concentrations varies between different
areas of Indonesian waters. From the 12 research sites, 9 showed a decrease in concentration and 3 showed an increase.
Pengaruh Pemanasan Global terhadap Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Indonesia. Klorofil-a adalah pigmen
yang terkandung dalam fitoplankton. Klorofil-a mempunyai peranan penting dalam siklus karbon global melalui proses
fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanasan global terhadap konsentrasi klorofil-a di
perairan Indonesia. Data yang digunakan terdiri dari suhu permukaan laut bulanan dari tahun 1984-2013, konsentrasi
CO2 bulanan dari tahun 1980-2014 dan konsentrasi klorofil-a bulanan dari tahun 2003-2014. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 1984-2013 telah terjadi
peningkatan suhu permukaan laut wilayah perairan Indonesia sebesar 0,51 °C. Pengaruh pemanasan global terhadap
konsentrasi klorofil-a bervariasi untuk setiap wilayah perairan Indonesia yang berbeda. Dari 12 lokasi penelitian, 9
lokasi menunjukkan tren penurunan dan 3 lokasi penelitian menunjukkan tren kenaikan suhu."
LAPAN, Center of Atmospheric Science and Technology, Bandung, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Habiburrachman Alfian H. F.
"ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan kota-kota besar di Indonesia, permasalahan sampah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia menjadi isu besar yang harus diperhatikan. Sampah tersebut dibebankan kepada Tempat Pembuangan Akhir TPA dan lokasi sejenisnya. Suhu sebagai indikasi penting dalam memberikan gambaran karakteristik lokasi pembuangan menjadikannya salah satu variabel yang harus dipantau pada setiap Landfill. Penelitian ini menggunakan 23 citra landsat untuk mengetahui karakteristik variasi spasial dan temporal suhu permukaan pada landfill pada periode 2013 ndash; 2016. Kerapatan vegetasi, analisis multi citra dengan klasifikasi musim dan volume sampah digunakan sebagai variabel untuk mengetahui variasi tersebut. Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan antara suhu permukaan dengan kerapatan vegetasi, sedangkan ditemukan nilai suhu yang signifikan tinggi pada bulan Agustus dengan klasifikasi musim kering. Pola spasial suhu ditemukan pada lokasi timbunan tertentu dengan trend nilai tinggi dibandingkan lokasi timbunan sampah lainnya dan suhu disekitar landfill relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

ABSTRACT
Along with the development of big cities in Indonesia, waste problems caused by human activities become a big issue that must be considered. The waste is charged to Final Disposal TPA and similar locations. Temperature as an important quality indicator makes it one of the variables that must be monitored in each Landfill. This research used 23 landsat images to understand the spatial and temporal variation of surface temperature in landfill within 2013 ndash 2016 as 4 year period. Variables such as Vegetation density using NDVI, multi image analysis with seasonal classification, and waste volume is used to understand the variation. Results of this study showed there is a relationship between surface temperature with vegetation indice, whereas found a significant high temperature value in August with the classification of dry season. Spatial patterns of temperature are found at certain waste dump sites within the disposal area with high trends value compared to other heap location of landfill 39 s site. It is also found that the overall landfill temperature is relatively higher than the surrounding area."
2017
S69630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Paramitha Putri
"Permukaan daratan memainkan peran penting dalam banyak proses lingkungan. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan daratan adalah perubahan tutupan lahan termasuk perubahan tutupan lahan vegetasi menjadi tutupan lahan non vegetasi. Penelitian ini ditujukan untuk dapat menganalisis pengaruh tutupan lahan dan ketinggian terhadap sebaran suhu permukaan di Gunung Karang secara spasial dan temporal.
Penelitian ini menggunakan data citra Landsat pada tahun 1994, 2000, 2010, dan 2018 dengan menggunakan parameter indeks karakteristik lahan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), dan Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) serta suhu permukaan daratan. Parameter ketinggian didapatkan dari citra ALOS. Verifikasi dengan survei lapang dilakukan pada 50 titik yang dipilih secara random sampling.
Hasil analisis komparatif spasial menunjukkan bahwa kelas suhu permukaan daratan yang dominan mengalami perubahan dengan selisih rata-rata 4°C dari tahun 1994 menuju 2018 terjadi khususnya pada bagian kaki Gunung Karang. Hasil uji statistik menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengaruh kerapatan vegetasi, lahan terbangun dan lahan kosong, badan air, serta ketinggian terhadap suhu permukaan daratan adalah sebesar 78,5% dari tahun 1994 hingga 2018.

Land surface temperature play a vital role in many environmental processes. One of the contributing factor that cause the increase of land surface temperature is changes of land cover including the conversion from vegetation to non vegetation. This research aims to analyze the influence of land cover and elevation on distribution of the land surface temperature on Mount Karang spatially and temporally.
This research uses Landsat imagery data on 1994, 2000, 2010, and 2018 analyzed by Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), and Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) also land surface temperature. Elevation is obtained from ALOS imagery. Verification was done with field survey on 50 location which selected by random sampling.
Analysis with spatial comparative showed that the dominant class of land surface temperature changes with total difference of 4,26°C higher from 1994 to 2018 and its occurs especially at the foot of Mount Karang. The results of statistic test with multiple linear regression showed that the influence of vegetation density, built-up and bare land, water body, and elevation on land surface temperature was 78,5% from 1994 to 2018.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Pratiwi
"Salah satu masalah paling utama bumi khususnya di perkotaan adalah meningkatnya suhu permukaan karena alih fungsi lahan vegetasi menjadi non-vegetasi. Terus berkembangnya Kota Semarang menjadi kota perdagangan dan kota jasa pariwisata menyebabkan peningkatan luas lahan terbangun dan penurunan luas area hijau.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan di Kota Semarang tahun 2008-2018 menganalisis variasi Land Surface Temperature di Kota Semarang tahun 2008-2018 dan menganalisis korelasi antara Land Surface Temperature dengan tutupan lahan, Normalized Difference Vegetation Index, Normalized Difference Building Index dan Normalized Difference Water Index Kota Semarang tahun 2000-2018. Data yang digunakan adalah citra Landsat 5 dan Landsat 8 pada bulan kering.
Metode pada penelitian ini berupa Supervised Classification, LST, NDVI NDBI dan NDWI. Uji akurasi data tutupan lahan menggunakan Producer Accuracy, User Accuracy, Overall Accuracy dan Kappa Coefficient. Survei lapang dilakukan untuk melakukan validasi data tutupan lahan dan pengukuran suhu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tutupan lahan Kota Semarang dari tahun 2008, 2011, 2015 dan 2018 terus mengalami perubahan luas. Luas area terbangun di Kota Semarang terus meningkat diikuti dengan penurunan pada kelas tutupan lahan lainnya. Secara umum, LST Kota Semarang dari tahun 2008 hingga 2018 terus mengalami kenaikan. NDVI dan NDWI berkorelasi negatif dengan LST Kota Semarang sedangkan NDBI berkorelasi positif dengan LST Kota Semarang.

One of the most important problems of the earth, especially in urban areas, is rising surface temperatures due to conversion of vegetation land to non-vegetation. The continued development of the City of Semarang as a city of trade and tourism services city led to an increase in the area of ​​built land and a decrease in the area of ​​green areas.
This study aims to analyze changes in land cover in the city of Semarang in 2008-2018 to analyze variations in Land Surface Temperature in the City of Semarang in 2008-2018 and analyze the correlation between Land Surface Temperature and land cover, Normalized Difference Vegetation Index, Normalized Difference Building Index and Normalized Difference Semarang City Water Index 2000-2018. The data used are Landsat 5 and Landsat 8 images on dry months.
The method in this research is Supervised Classification, LST, NDVI NDBI and NDWI. Test the accuracy of land cover data using Producer Accuracy, User Accuracy, Overall Accuracy and Kappa Coefficient. A field survey was conducted to validate land cover data and temperature measurements.
The results showed that the Semarang City land cover from 2008, 2011, 2015 and 2018 continued to experience extensive changes. The area built up in the city of Semarang continues to increase followed by a decrease in other land cover classes. In general, Semarang City LST from 2008 to 2018 continues to increase. NDVI and NDWI are negatively correlated with LST Semarang while NDBI is positively correlated with LST Semarang.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan
"ABSTRACT
Mangrove merupakan vegetasi yang hidup di daerah pesisir dan berhubungan langsung dengan keadaan dan kondisi perairan laut. Umumnya, tumbuh di daerah tepi pantai, muara, dan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sebaran mangrove berdasarkan kondisi fisik perairan dan melihat luasan mangrove, serta mengaitkannya dengan kondisi hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan Landsat 8 dengan software ArcMap 10.1 untuk mengindetifikasi sebaran mangrove dan metode yang digunakan adalah Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk melihat kerapatan vegetasi mangrove. Kondisi fisik perairan yang digunakan antara lain: salinitas, suhu permukaan air laut, pH air, substrat tanah, dan pasang surut, sedangkan kondisi hutan mangrove yang diteliti antara lain: kerapatan, ketebalan, dan spesies mangrove. Sehingga dengan demikian, penelitian ini dapat mengaitkan kondisi fisik perairan dan kondisi hutan mangrove dengan sebarannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hutan mangrove Bojongsalawe memiliki suhu permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan mangrove di Batukaras dan Nusawiru karena populasi mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua hutan mangrove lainnya, namun hutan mangrove Bojongsalawe dan Nusawiru memiliki pH yang lebih tinggi dengan nilai kisaran antara 6,6-6,9 dibandingkan dengan hutan mangrove Batukaras yang memiliki nilai kisaran antara 6,3-6,6. Hal ini dikarenakan hutan mangrove Bojongsalawe dan hutan mangrove Nusawiru berada di muara yang mengalir menuju Sungai Cijulang dan anak sungai Cialit.

ABSTRACT
Mangrove is a vegetation that live in the coastal region and directly related to the circumstances and condition of the waters of the sea. Generally, growing in coastal areas, estuaries, and rivers. This research aims to understand the distribution of mangroves on the basis of the physical condition of waters and view the mangrove area, as well as associated it with the conditions of the mangrove forests. This research uses Landsat 8 with ArcMap software 10.1 for mangrove and distribution mengindetifikasi method used is the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) to see mangrove vegetation density. The physical condition of waters which are used, among others: salinity, surface temperature of sea water, the pH of the water, the soil substrate, and ups and downs, while the condition of the mangrove forests that are examined include: density, thickness, and mangrove species. This study can relate the physical condition of the waters and the condition of the mangrove forest to its distribution. The results of this study indicate that Bojongsalawe mangrove forest has a higher surface temperature compared to mangrove forests in Batukaras and Nusawiru because the mangrove population is less than the other two mangrove forests, but the mangrove forests of Bojongsalawe and Nusawiru have a higher pH with a range between 6,6-6,9 compared to Batukaras mangrove forest which has a range between 6.3-6.6. This is because the mangrove forests of Bojongsalawe and Nusawiru mangrove forests are in the estuary which flows towards the Cijulang River and the Cialit tributary."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Asyraffauzan Wachid
"Perkembangan wisata laut di dunia, khususnya Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat beberapa tahun belakangan ini. Salah satu daerah yang memiliki potensi sebagai daerah ekowisata dan konservasi hiu paus di Indonesia adalah di Kaimana. Data pada penelitian ini menggunakan data kemunculan hiu paus di Kaimana pada tahun 2018-2019 dan digunakan juga data satelit berupa data suhu dan data klorofil-a di perairan Papua Barat serta data lokasi bagan yang beroperasi di perairan Kaimana. Selanjutnya data dianalisis untuk melihat hubungan antara kemunculan hiu paus di Kaimana dan faktor suhu dan kadar klorofil-a di perairan, serta dilihat juga faktor kemunculan bagan sebagai tempat biasanya hiu paus muncul akibat banyaknya ikan puri (Stolephorus sp.) sebagai makanan dari hiu paus. Data suhu dan klorofil-a ini kemudian diuji secara statistik menggunakan uji-t sebagai uji hipotesis dan dihasilkan nilai t hitung (13442.43) lebih besar daripada t tabel (1.96324). Dari hasil ini kemudian dilihat peak season untuk wisata hiu paus di perairan Kaimana. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa suhu dan klorofil-a memiliki pengaruh secara parsial terhadap kemunculan hiu paus di Kaimana. Dtunjukkan juga bahwa kemunculan hiu paus di Kaimana memiliki tingkat tertinggi pada bulan Maret hingga April yang diduga akibat peningkatan suhu dan klorofil-a di perairan Kaimana.

The development of marine tourism in the world, especially Indonesia, has grown fast in the last decade. One of the places that have potential for whale shark conservation and ecotourism in Indonesia is Kaimana. This study uses whale shark sighting data in 2018-2019 and uses satellite data of sea surface temperature and chlorophyll-a in Kaimana waters and location of bagan that operate in Kaimana. Furthermore, the data is analyzed to see the relation of whale shark sighting and sea surface temperature and chlorophyll-a, after that we also see the factor of bagan as a place that usually whale shark found because of the amount of puri fish (Stolephorus sp.). This sea surface temperature and chlorophyll-a data is statistically tested with t-test to verify the hypothesis and we found that t table (13442.43) is higher than t critical (1.9632). From the result, we can find that sea surface temperature and chlorophyll-a have impact for whale shark sighting in Kaimana and we found that whale shark sighting in Kaimana have peak season in March to April which is thought to be due to an increase in temperature and chlorophyll-a in Kaimana waters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Hidayat
"Bertambanya penduduk Kota Bandung baik yang dari dalam maupun luar akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan tanah. Beralihnya fungsi ruang hijau menjadi tutupan lahan lain yang permukaannya tertutup bangunan (artificial) akan ikut berkontribusi terhadap meningkatnya suhu di Kota Bandung. Beragamnya tutupan lahan dan sebaran vegetasi akan memberikan gambaran sebaran suhu permukaan di Kota Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi suhu permukaan Kota Bandung serta kaitannya dengan tutupan lahan dan kerapatan vegetasi pada tahun 1991dan 2001 dengan menggunakan tehnologi penginderaan jauh citra satelit landsat 5 TM perekaman tanggal 28 Juli 1991 pukul 14.27 WIB dan landsat 7 ETM+ perekaman tanggal 12 Mei 2001 Pukul 15.10 WIB.
Hasil penelitan menunjukan bahwa distribusi suhu cukup tinggi yaitu diatas 230C tersebar merata pada bagian tengah daerah penelitian baik itu tahun 1991 maupun 2001 dengan jenis tutupan lahan berupa lahan terbangun dan lahan yang termasuk kelas kerapatan non vegetasi. Sedangkan suhu yang lebih rendah sebarannya pada bagian utara, timur, dan selatan dengan jenis tutupan lahan selain lahan terbangun dan lahan yang termasuk kelas kerapatan jarang hingga sangat rapat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S34035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Mega Sutan
"

Wilayah eksplorasi panas bumi Hu’u Daha merupakan salah satu wilayah yang dianggap potensial untuk dijadikan sumber energi alternatif berupa energi panas bumi. Dalam penelitian ini dilakukan korelasi hasil pengolahan data gravitasi dengan data Land Surface Temperature (LST) untuk memperkirakan adanya sumber panas bumi, di mana titik-titik dengan nilai gravitasi tinggi kemungkinan besar merupakan lokasi adanya sumber panas bumi dan memperkirakan suhu reservoir panas bumi di bawah permukaan tanah. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan tahapan filtering First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) yang menunjukkan adanya 6 struktur geologi pada daerah Hu’u Daha dengan arah patahan barat laut - tenggara, barat - timur, hingga timur laut - barat daya yang mengontrol sistem panas bumi daerah penelitianyangditandaiolehgarisberwarnahitam. Kemudiandilakukananalisispatahan dan analisis 3D inversi yang dimana dugaan keterdapatan lapisan reservoir berupa batuan lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt serta sisipan batuan tufa dengan rerata kedalaman 633 – 1500 m dengan nilai densitas 3.4 - 3.33 gr/cm3 yang dilingkupi oleh lapisan cap rock berupa batuan lava hasil erupsi dengan kedalaman rata-rata 0 – 633 m dengan nilai densitas 3.51 - 3.44 gr/cm3, serta terdapat patahan-patahan yang mengontrol sistem panas bumi berdasarkan korelasi FHD dan SVD.


The exploration area of Hu'u Daha geothermal field is considered to be a potential source of alternative energy in the form of geothermal energy. In this study, the correlation between gravity data and Land Surface Temperature (LST) was conducted to estimate the presence of geothermal sources. Points with high gravity values are likely locations of geothermal sources, and the temperature of the geothermal reservoir beneath the ground surface was estimated. The data processing involved the use of First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) filtering, which revealed the presence of six geological structures in the Hu'u Daha area, characterized by fault lines in the northwest-southeast, west-east, and northeast-southwest directions, controlling the geothermal system. Subsequently, fault analysis and 3D inversion analysis were performed, indicating the suspected presence of a reservoir layer consisting of andesite and basalt rock, as well as tufa rock, at an average depth of 633-1500 m with a density value of 3.4-3.33 g/cm3. This layer is covered by a cap rock layer of erupted lava rock at an average depth of 0-633 m with a density value of 3.51-3.44 g/cm3. The analysis also identified faults controlling the geothermal system based on the correlation of FHD and SVD.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskhaq Iskandar
"Coupled ocean-atmosphere mode in the tropical Indian Ocean, so-called the Indian Ocean Dipole (IOD), occurred
during boreal summer to fall 2011. In this study, data from satellite observations and atmospheric reanalysis datasets
together with data from ocean current mooring were used to evaluate the evolution of the 2011 IOD event. It is shown
that the 2011 IOD was a weak and short-lived event. It developed in July, peaked in September, decayed in October and
terminated in November. During the peak phase, maximum negative sea surface temperature anomaly off Sumatera-
Java reached -1.2 °C. As oceanic response to easterly wind anomalies along the equator, the observed zonal currents in
the central and eastern equatorial Indian Ocean also showed prominent westward currents during the peak phase of the
2011 IOD event.
Mode Kopel Laut-Atmosfer di Daerah Tropis Samudera Hindia selama Tahun 2011. Mode kopel laut-atmosfer di
kawasan tropis Samudera Hindia yang dikenal sebagai fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) terjadi pada musim panas
hingga musim gugur tahun 2011. Pada studi ini, data observasi satelit, data reanalisis, dan data dari hasil pengukuran
arus laut digunakan untuk mengevaluasi terjadinya fenomena IOD di tahun 2011. Hasil studi menunjukkan bahwa
fenomena IOD tahun 2011 merupakan jenis IOD yang lemah dan berdurasi pendek. IOD di tahun 2011 mulai terbentuk
di bulan Juli, mencapai puncaknya di bulan September, meluruh di bulan Oktober dan menghilang di bulan November.
Pada saat fase puncak, anomali suhu permukaan laut di dekat pantai Sumatera-Jawa mencapai -1,2 °C. Data observasi
arus di tengah dan di sisi timur ekuator Samudera Hindia menunjukkan adanya respon laut terhadap anomali sirkulasi
atmosfer. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa arus zona bergerak ke arah barat sebagai respon terhadap angin
timuran pada fase puncak IOD tahun 2011."
Palembang: Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Sriwijaya, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>