Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariz Hazmi Ahdiyat
Abstrak :
[Skripsi ini membahas tentang Over Load shedding pada subsistem Kembangan jaringan PT. PLN APB Jakarta dan Banten. Pelepasan beban dilakukan dengan tujuan melindungi sistem dari keruntuhan total (blackout) akibat beban lebih dan menaikkan tegangan sistem yang mengalami susut tegangan sampai batas toleransi nilai yang diizinkan yaitu +10 % dan -10 %. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ETAB 12.6. Pelepasan beban dibuat dengan 3 skenario. Skenario 1 berdasarkan nilai besar beban. Skenario 2 berdasarkan nilai susut tegangan. Skenario 3 berdasarkan jumlah daya yang dapat dilepas. Total daya pada sistem sebesar 650,35 MW. Beban maksimal yang dapat diterima oleh masing-masing IBT adalah 458 MW. Sehingga perlu dilakukan pelepasan beban sebesar 29,6%. Dengan melihat besarnya daya yang dilepas dan nilai susut tegangan rata- rata pada setiap skenario, skenario yang paling optimal adalah skenario 2, dengan susut tegangan rata-rata 7,38% dan beban yang dilepas sebanyak 198,27 MW. ......, This thesis discusses Overload shedding on Kembangan subsystem PT. PLN APB Jakarta and Banten grid. Load shedding is done in order to protect the system from total collapse (blackout) due to overload and stabilized voltage system to the value of the permitted tolerance +10% and -10%. Simulations done using software ETAB 12.6. Load shedding created with 3 scenarios. Scenarios 1 is based on the value of the loads. Scenario 2 is based on the value of undervoltage. Scenario 3 is based on the amount of power that can be removed. The total power in the system amounted to 650.35 MW. The maximum load that can be accepted by each IBT is 458 MW. So it is necessary to release the load by 29.6%. By looking at the amount of power that is removable and the average value of undervoltage on each scenario, the optimal scenario is scenario 2, the average of undervoltage is 7.38% and the load shedding as much as 198.27 MW D]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Tri Wardana
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam sistem tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik yang baik merupakan hal yang vital dalam memenuhi kebutuhan beban. Kapasitas penyaluran daya pada saluran transmisi dibatasi oleh batas Surge Impedance Loading (SIL). Saat saluran transmisi dibebani pada nilai SIL-nya maka saluran transmisi tersebut akan bersifat resistif murni. Apabila saluran transmisi bersifat resistif murni maka nilai susut tegangan akan semakin berkurang dan akan memperbaiki kualitas daya. Tegangan yang berada dibawah nilai normalnya akan menyebabkan peralatan listrik tidak bekerja dengan maksimal. Saat level SIL suatu saluran transmisi dinaikkan maka kapasitas suatu saluran transmisi juga akan bertambah. Menaikkan level SIL dapat dilakukan dengan mengubah-ubah konfigurasi saluran transmisi tersebut. Pengubahan yang dilakukan antara lain, memperbesar diameter konduktor, menjauhkan jarak antar subkonduktor, menambah jumlah subkonduktor perfasa dan mendekatkan jarak antar fasa. Dari semua variasi tersebut akan dilihat nilai SIL dan susut tegangan dari saluran transmisi 500kV TASIK-DEPOK. Dari hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa nilai SIL terbesar terjadi saat jumlah subkonduktor sebanyak 6 buah dengan jarak antar subkonduktor 80cm. SIL terbesar bernilai 2429.4543 MW dan % tegangan bus DEPOK tertinggi adalah 96.81%.
ABSTRACT
In electric power systems, the good electric power transmission is vital to occupy the load requirements. Power transmission capacity on transmission lines restricted by Surge Impedance Loading (SIL). When the transmission line loaded at its SIL value then the transmission line will be purely resistive. If the transmission line is purely resistive then the value of drop voltage will decrease and will improve the power quality. Voltage that below its normal value would cause the electrical equipment does not work in the maximum performance. When a transmission line SIL level is increased, the capacity of a transmission line will also increase. Increasing the level of SIL can be done by changing the configuration of the transmission line. The conversion is done inter alia, expand the diameter of the conductor, increasing the distance between subconduktor, increasing the number of subconduktor per phase and decreasing the gap between phases. From all of these variations will be seen the value of SIL and drop voltage of 500kV transmission line TASIK-DEPOK. From the results obtained it can be concluded that the value of the largest SIL occurs when the number of subconduktor as much as 6 pieces with subconduktor distance between 80cm. The highest SIL is 2429.4543 MW and the highest %voltage of DEPOK bus is 96.81%.
2016
S62705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsudiat
Abstrak :
Operasi sistem tenaga listrik bertegangan tinggi menuntut kestabilan parameter-parameter kelistrikan, seperti parameter tegangan, agar kinerja dari peralatan-peralatan listrik yang digunakan oleh konsumen menjadi optimal. Tetapi, karakteristik beban dan saluran transmisi dapat mengakibatkan penyerapan tambahan daya reaktif pada sistem yang menyebabkan munculnya susut tegangan yang melebihi batas operasi yang diizinkan. Salah satu metode untuk memperbaiki tegangan dengan memanfaatkan peralatan listrik yang tersedia adalah metode perubahan tap transformator tap staggering . Tap staggering adalah mengoperasikan transformator daya secara paralel dengan membedakan posisi tap yang relatif kecil. Perbedaan tap ini akan menimbulkan arus sirkulasi yang bersifat induktif dan digunakan sebagai kompensator daya reaktif untuk sistem. Sebuah jaringan distribusi dengan dua buah transformator yang beroperasi paralel dari Sistem Jawa-Bali dilakukan simulasi tap staggering dengan menggunakan analisis aliran daya pada ETAP 12.6.0. Simulasi tap staggering dilakukan dari subsistem yang memikul beban paling tinggi pada sistem. Dari hasil analisis aliran daya, diketahui bahwa tap staggering pada subsistem IBT 150/70 kV dapat melakukan perbaikan tegangan dari rata-rata tegangan 88,85 diperbaiki menjadi 93,5 . Pada subsistem trafo distribusi 70/20 kV yang memiliki perbaikan tegangan antara 88,12 sampai 92,40 meningkat menjadi 92,75 sampai 97,23 saat subsistem IBT 150/70 kV dilakukan tap staggering. Pada subsistem IBT 500/150 kV yang dilakukan tap staggering dapat meningkatkan perbaikan tegangan pada subsistem-subsistem yang dilayaninya dimana perbaikan tegangan terbaik diperoleh saat posisi tap IBT1 -8,75 , IBT3 -10 , IBT5 -10 , T1 -10 dan T3 -10 dengan rentang nilai tegangan masing-masing busnya adalah antara 97 sampai 102.
Operating high voltage power systems requires stability of electrical parameters, such as voltage parameters, so the performance of electrical utilities used by consumers can be optimal. However, the characteristics of load and transmission line can absorb additional reactive power in the system that causes drop voltage that exceeds the limit of permitted operations. One method to improve the voltage by utilizing the existing electrical equipment is tap staggering method. Tap staggering is operating power transformer in parallel with small different tap positions. Differences tap positions can provide inductive currents circulation and it rsquo s used as reactive power compensator for the system. A distribution network with two power transformer in parallel of Jawa Bali system is simulated tap staggering by using the power flow analysis on ETAP 12.6.0. Tap staggering is simulated from subsystem that connects a highest load in the system. From power flow analysis, tap staggering at 150 70 kV IBT subsystem can improve voltage from an average of 88.85 to 93.5 . In the 70 20 kV distribution transformer subsystems that have improvements voltage between 88.12 to 92.40 can increase improvements voltage becomes between 92.75 to 97.23 when subsystem IBT 150 70 kV is taken by tap staggering. At subsystem IBT 500 150 kV, tap staggering can increase the voltage on the improvement subsystems where the best voltage improvement is obtained when the tap positions IBT1 8.75 , IBT3 10 , IBT5 10 , T1 10 and T3 10 with a range of values of each bus voltage is between 97 to 102.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dylan Mahesa Anggasta
Abstrak :
Sistem pencahayaan sudah menjadi seperti kebutuhan pokok manusia contohnya seperti lampu yang digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan-ruangan. Saat ini ada dua jenis lampu yang banyak digunakan masyarakat yaitu lampu LED dan CFL. Karena membutuhkan energi yang cukup besar, maka diperlukan pemilihan lampu yang dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu harus dilakukan pengujian untuk melihat bagaimana distribusi panas dan cahaya dari kedua jenis lampu tersebut ketika terjadi perubahan tegangan yang dapat terjadi kapan saja dalam sistem tenaga listrik. Dari hasil pengujian didapatkan data yang menunjukan bahwa pada lampu LED maupun CFL ketika terjadi penurunan tegangan, cahaya yang dihasilkan juga menurun. Distribusi lampu CFL lebih baik karena pada sudut 0o dan 180o menghasilkan cahaya sampai 1,5 kali lebih terang dari lampu LED. Untuk lampu LED cahaya yang dihasilkan lebih terfokus dibawah lampu sudut 90o sampai 3 kali lebih terang dari lampu CFL. Pada pengujian suhu yang dihasilkan lampu diketahui bahwa lampu CFL menghasilkan panas lebih tinggi dari lampu LED. Suhu tertinggi didapatkan berada pada sisi horizontal lampu sudut 0o dan 180o .
Lighting systems have become basic human needs such as lamps used at night or in rooms. Currently there are two types of lamps that are widely used by people, LED and CFL. Because it requires considerable amount of energy, it is necessary to choose the lamp that can work effectively and efficiently. Therefore, it is necessary to test the lamps to see how the heat and light distribution of both types of lamps when voltage is changing. From the testing, the data show that the LED and CFL lamp when there is a decrease in voltage, the resulting light is also decreased. CFL lamp distribution is better because at angle 0o and 180o produce light up to 1.5 times brighter than LED lamp. For the LED lamp, the resulting light is more focused under the lamp angle 90o up to 3 times brighter than the CFL lamp. In testing the temperature produced by the lamps was known that the CFL lamps produce higher heat than LED lights. The highest temperature was found on the horizontal side of the lamp angle 0o and 180o .
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa El Hakim
Abstrak :
Pada dasarnya, penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu solusi untuk menekan permasalahan yang muncul akibat penggunakan pembangkit listrik konvensional, salah satunya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Namun, umumnya sistem PLTS hanya memiliki efisiensi sebesar 15-20%. Pada rentang nilai ini, dianjurkan untuk sistem tersebut mendapatkan nilai yang tertinggi yang dapat sistem tersebut capai. Penelitian ini berisikan studi aliran daya yang bertujuan untuk menganalisis lokasi optimum untuk implementasi jaringan PLTS dengan cara mengevaluasi nilai dari rugi-rugi yang terjadi pada sistem yang dijadikan objek penelitian (dalam hal ini jaringan kelistrikan Lombok). Studi ini dilakukan dengan cara membuat model (biasa disebut dengan SLD) dari jaringan kelistrikan Lombok. Studi ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Electrical Transient Analysis Program (ETAP) versi 12.6.0 untuk melakukan simulasi, kalkulasi, dan memproses data bedasarkan metode Newton-Raphson sebagai acuan dasar perhitungan. Dengan perangkat lunak tersebut, dilakukan simulasi interkoneksi jaringan PLTS sebesar 5 MWp dengan jaringan PLN Lombok. Simulasi tersebut dilakukan beberapa kali dengan variable bebas berupa titik lokasi untuk melakukan interkoneksi tersebut. Ada total 4 titik uji (beruba bus gardu induk) yang dapat di bandingkan keluaran rugi-ruginya. Dari hasil perhitungan dan pemrosesan simulasi tersebut, didapatkanlah hasil perhitungan aliran beban untuk jaringan kelistrikan yang diuji. Hasil perhitungan tersebut berisikan banyak hal, salah satunya adalah susut tegangan dan rugi daya yang dihasilkan terjadi. Dari analisis yang dilakukan, didapatkan skema interkoneksi sistem PLTS dengan sistem jaringan kelistrikan PLN yang dilakukan pada bus Kuta adalah skema yang menghasilkan susut tegangan terkecil, yaitu sebesar 0,17%. Namun, untuk skenario dengan kontribusi PLTS terbesar adalah skenario Paokmotong dengan kontribusi sebesar 99,91%. ......Practically, Renewable energy sources have been used as one of the numerous solutions to suppress the problems that occur due to electrical conventional generation, one of the renewable energy is photovoltaic (PV) solar plant. Nevertheless, the photovoltaic system has an average efficiency of around 15-20%. With this range of value, it is highly recommended for the system to gain the maximum efficiency possible. This research consists of load-flow study that aims to analyze the optimum location for solar PV implementation by evaluating the losses of the examined system. The study is performed by modeling the power system of the Lombok electrical network. This study was conducted by modelling the single line diagram (SLD) of Lombok electrical network and by operating the Electrical Transient Analysis Program (ETAP) version 12.6.0 to calculate, simulate, and process the data based on Newton-Raphson's method as the references of the calculation. With that software, the simulations of 5 MWp PV solar panel interconnection on Lombok electrical network model was conducted. The simulations was tried several times with the loaction of the interconnection ad the independent variable. In total, there are 4 possible locations (in the form of substation busses) which losses of each scheme can be compared. By the simulations and calculations are done, the final result of the load flow analysis of the observed systems can be obtained. The final result consist of many things, one of them are voltage-drop and power losses, not only per busses, but also the total of the system. Based on the calculations and simulations of each schemes, shows that the best location for PV implementation on grid-solar power plant interconnected system in Lombok electrical network is on Kuta substation with 0,17% voltage-drop apprears. Nevertheless, the scenario with the highest power contribution is Paokmotong scenario with 99,91% of total power contributed to the load.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Destrianda
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya kebutuhan mobilitas seiring perkembangan jaman, menyebabkan naiknya konsumsi minyak bumi sebagai bahan bakar dan emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Untuk itu diperlukan suatu langkah untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu Bis Listrik Terpandu (Trolley Bus). Studi ini bertujuan untuk merancang jaringan listrik aliran atas Bis Listrik Terpandu sesuai dengan jalur khusus bus yang telah ada, yaitu jalur TransJakarta. Perancangan meliputi pemilihan sistem elektrifikasi, pemilihan level tegangan, konfigurasi sistem, penentuan jarak antar gardu listrik dan kapasitas gardu listrik, dan penentuan penggunaan gardu hubung. Penentuan aspek-aspek tersebut disesuaikan dengan kriteria susut tegangan maksimum 5%. Dari hasil perencanaan tersebut, didapatkan jaringan distribusi listrik untuk sistem Bis Listrik Terpandu, yaitu sistem arus searah dengan level tegangan 750 V, dengan konfigurasi desentralisasi, menggunakan 90 buah gardu dengan jarak minimum antar gardu 1,68 km dan jarak maksimum antar gardu 3,012 km, dengan kapasitas gardu 100-250 kVA, dan tidak memerlukan gardu hubung sebagai pengatur tegangan.
ABSTRAK
The increasing demand of mobility, causing the increasing of oil consumption as a fuel and CO2 emission issued by motor vehicle. Therefore, we need a solution to resolve the issue, Trolley Bus. This study aims to design an electric power overhead line network for Trolley Bus system according to TransJakarta route. The discussion covers the selection of electrification system, selection of voltage level, system configuration, determining the distance between Trolley Bus substation and Trolley Bus substation capacity, determining the use of junction substation. Determination of these aspects adapted to the criteria of maximum voltage drop which is 5%. From this planning, electric power distribution network that fit for Trolley Bus system is the system of 750 V direct current using decentralized configuration, using 90 substations with minimum distance between substation 1,68 km and maximum distance between substation 3,012 km with 100-250 kVA substation capacity, without the need to use junction substation as voltage regulator for system.
2016
S63647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library