Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhaimi
Abstrak :
ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lapota dkk. (1976) diketahui bahwa dengan metode swim-up dapat diisolasi spermatozoa motil. Spermatozoa hasil isolasi tersebut bebas dari spermatozoa non motil, serpihan-serpihan sel (debris), dan plasma semen. Metode tersebut diterapkan pula dalam penelitian ini dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Tujuannya adalah untuk mengisolasi spermatozoa motil; dan mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa hasil isolasi. Pada penelitian ini, plasma semen dari ejakulat yang sama dipergunakan sebagai kontrol. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang diberi nomor 1, 2, dan 3, dimasukkan 0,5 mililiter semen. Pada tabung nomor 1 diteteskan secara pelan-pelan 0,5 mililiter plasma semen, sehingga membentuk suatu lapisan tersendiri di atas spesimen semen. Hal yang sama juga dilakukan pada tabung nomor 2 dan 3, tetapi dengan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Ke-3 tabung diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 jam. Kemudian larutan pada lapisan sebelah atas dari setiap tabung dipipet. Selanjutnya spermatozoa motil yang berenang dalam plasma semen, larutan Hanks, dan larutan Tyrode diukur kecepatan geraknya pada waktu 0, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Hasil perhitungan statistik nonparametrik Friedman menunjukkan bahwa pada waktu 0 sampai 120 menit setelah inkubasi, kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan juga dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam plasma semen; kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan dalam larutan Tyrode pada waktu 0 menit setelah inkubasi tidak menunujukkan perbedaan yang berarti pada a = 0,05, tetapi pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi terlihat bahwa kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam larutan Hanks. Hasil analisis data dengan uji nonparametrik Friedman untuk pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa dalam plasma semen menunujukkan bahwa kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 0 menit, disusul pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Dalam larutan Hanks, kecepatan gerak spermatozoa pada waktu 0, 30, dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada ke-3 waktu tersebut, kecepatan gerak spermatozoa lebih tinggi daripada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi. Sedangkan dalam larutan Tyrode kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 30 menit setelah inkubasi; pada waktu 0 dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi kecepatan gerak spermatozoa mulai menurun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa spermatozoa motil hasil isolasi dengan metode ?swim-up? menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode kecepatan geraknya meningkat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Faza Soelaeman
Abstrak :
Latar Belakang: Preparasi spermatozoa dengan melakukan pencucian swim-up (SU) merupakan salah satu cara mendapatkan spermatozoa dengan kualitas lebih baik untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi intrauterin. Salah satu komponen penentu kualitas spermatozoa adalah motilitas yang baik. Lengan dinein melalui aktivitas dinein ATPase merupakan bagian utama dalam pergerakan spermatozoa sehingga perlu diketahui aktivitas dinein ATPase setelah dilakukan pencucian SU. Tujuan: Mengetahui aktivitas spesifik dinein ATPase spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan pencucian SU pada pasien laki-laki infertil normozoospermia Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki dari pasangan infertil normozoospermia yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa menggunakan metode swim up. Aktivitas dinein ATPase kemudian diukur menggunakan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma didapatkan menggunakan metode Olsen. Uji statistik yang digunakan pada studi ini adalah uji T atau uji Wilcoxon Signed Rank dengan hasil bermakna apabila didapat nilai p<0,05. Hasil: Pada studi ini ditemukan persentase morfologi normal spermatozoa meningkat signifikan (p<0,05) setelah pencucian SU, meskipun konsentrasi menurun. Motilitas progresif pun meningkat secara signifikan (p<0,05) disertai penurunan motilitas spermatozoa nonprogresif dan spermatozoa imotil. Aktivitas dinein ATPase pun didapatkan secara bermakna setelah pencucian SU (p<0,05) Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas dan aktivitas dinein ATPase spermatozoa kelompok normozoospermia setelah dilakukan pencucian SU. ......ackground: Sperm preparation through swim-up (SU) method is one of the way of increasing sperm quality for intrauterine insemination programme. One of the marker of good quality sperm is adequate motility. Dynein arm through dynein ATPase activity is the key component in sperm movement therefore it is crucial to know the effect of the SU method towards the specific activity of dynein ATPase Objective: To evaluate dynein ATPase specific activity before and after SU sperm preparation among normozoospermia infertile men Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile normozoospermia couples who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa using the SU method. Then, the dinein ATPase activity was analyzed using the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was obtained through the Olson method. Statistical tests that are utilized for this study is paired T test or Wilcoxon Signed Rank with statistical significance implied if p<0.05. Results: This study found a signficant increase (p<0.05) on sperm normal morphology percentage although it resulted in lower sperm concentration. Progressive sperm motility was also significantly improved (p<0.05), accompanied by the decrease of nonprogressive sperm of immotile sperm. Dynein ATPase specific activity was found to be increased significantly (p<0.05). Discussion: There was an increase in the sperm quality and dynein ATPase activity after sperm preparation using the SU method.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Favian Ariiq Rahmat
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Untuk meningkatkan kemungkinan konsepsi pada pasangan yang menjalani inseminasi intrauterin (IIU), dilakukan preparasi spematozoa dengan metode pencucian swim-up (SU) yang dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Aktivitas dari dinein ATPase dapat terlibat dalam proses preparasi spermatozoa, namun nilai yang pasti dari aktivitas dinein ATPase pada spermatozoa kelompok astenozoosperma yang menjalani pencucian SU belum diketahui. Tujuan: Studi ini dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap efisiensi dari metode preparasi spermatozoa dengan pencucian SU pada sampel astenozoospermia pada laki-laki infertil. Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki pasangan infertil (astenozoospermia) yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa. Preparasi spermatozoa dilakukan dengan metode swim-up (SU). Kemudian, aktivitas dinein ATPase diuji dengan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma dikumpulkan dengan metode Olson. Dilakukan uji statistik paired t-test atau uji Wilcoxon Signed Rank untuk melihat derajat kemaknaan, dengan nilai bermakna jika p<0,05. Hasil: Berdasarkan analisis semen, ditemukan peningkatan signifikan terhadap motilitas dan morfologi progresif spermatozoa kelompok astenozoospermia setelah dilakukannya preparasi sperma dengan metode swim-up (p<0,05). Didapatkan pula peningkatan pada aktivitas spesifik dinein ATPase pasca-pencucian (p>0,05). Walaupun begitu, terdapat penurunan pada nilai konsentrasi sperma (p>0,05). Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas spermatozoa kelompok astenozoospermia yang signifikan disertai peningkatan aktivitas spesifik dinein ATPase setelah pencucian dengan metode swim-up.
ABSTRACT Background: To increase the likelihood of conception in couples undergoing intrauterine insemination (IIU), spematozoa preparation was carried out with a swim-up (SU) washing method that could improve the quality of spermatozoa. The activity of dinein ATPase can be involved in the preparation process of spermatozoa, but the exact value of dinein ATPase activity in the spermatozoa of the astenozoosperm group undergoing SU washing is unknown. Objective: This study was conducted to evaluate the efficiency of the spermatozoa preparation method by swim-up washing in the asthenozoospermia sample in infertile men. Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile couples (asthenozoospermia) who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa. Preparation of spermatozoa is carried out by the Swim-up (SU) method. Then, the dinein ATPase activity was tested by the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was collected by the Olson method. Paired t-test statistics or the Wilcoxon were conducted to see the degree of significance, with a significant value if p <0.05. Results: Based on semen analysis, it was found a significant increase in the progressive motility and morphology of the asthenozoospermia spermatozoa after swim-up method of sperm preparation (p <0.05). There was also an increase in post-washing dinein ATPase specific activity (p> 0.05). However, there was a decrease in the value of sperm concentration (p> 0.05). Discussion: There was an increase in the quality of the asthenozoospermia spermatozoa and significant specific dinein ATPase activity after spermatozoa preparation with swim-up method.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nathasha Brigitta Selene
Abstrak :
Latar belakang: Preparasi spermatozoa dengan metode swim-up (SU) dapatmeningkatkan kualitas spermatozoa sehingga meningkatkan kemungkinan konsepsi untuk pasangan yang akan menjalani inseminasi intrauterin (IIU), tetapi angka keberhasilan IIU masih rendah. Pentoksifilin (PTX) adalah senyawa yang menginhibisi kerja enzim Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa dan merupakan senyawa antioksidanyang melindungi spermatozoa dari kerusakan DNA dari radikal bebas. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian suplemen PTX terhadap motilitas dan fragmentasi DNA spermatozoa. Metode: Sample semen diperoleh dari pasangan infertil yang akan menjalani terapi IIU. analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa dan dilanjutkan dengan pemberian PTX dalam tiga konsentrasi berbeda: 50µg (SU1), 100µg (SU2), dan 200µg (SU3). Selain motilitas spermatozoa, pengukuran IFD spermatozoa sebagai parameter fungsional spermatozoa jugadilakukan sebelum pencucian, sesudah pencucian, dan sesudah suplementasi PTX dengan metodesperm chromatin dispersion (SCD). Hasil: Motilitas spermatozoa meningkat dan presentase IFD menurun setelah dilakukan pencucian dengan metode SU (setelah SU) dibandingkan dengan semen utuh (sebelum SU).Suplementasi dengan PTX dalam konsentrasi 200 ug setelah SU menunjukan peningkatan presentase motilitas spermatozoa dan penurunan DFI tertinggi. Dari ketiga konsentrasi, hanya PTX 200 ug menunjukan hasil yang signifikan secara statistik dalam meningkatkan rata-rata motilitas spermatozoa (p=0.005) sedangkan rata-rata DFI menurun setelah SU dan suplementasi PTX namun tidak signifikan secara statistik. (p>0.05). Konklusi: Suplementasi dengan PTX dapat meningkatkan motilitas spermatozoa secara signifikan dan menurunkan IFD secara tidak signifikan, sehingga suplementasi PTX dapat digunakan untuk memilih spermatozoa dengan kualitas yang lebih baik. ......Introduction: Sperm preparationusing swim-up (SU) method is commonly done which may increase the chance of conception inintrauterine insemination (IUI). However, the success rate is still low. Pentoxifylline (PTX) is Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) inhibitor which may increase spermatozoa motility and also acts as antioxidant, preventing DNA damage due to reactive oxygen species (ROS). Objective: This study aims to evaluate the effect of PTX supplementation in increasing spermatozoa quality by increasing spermatozoa motility and decreasing DNA fragmentation index (DFI) Method(s): Semen samples were obtained from infertile couple who seek IUI treatment. Semen analysis was performed before and after spermatozoa preparation using SU method then followed by incubating the samples with PTX in three different dose: 50µg (SU1), 100µg (SU2), and 200µg (SU3). Aside from spermatozoa motility, DFI acts as a functional parameter of spermatozoa and was performed using Sperm chromatin dispersion (SCD) test to assess DNA fragmentation in whole semen and prepared sample as well as after supplementation with PTX. Result(s): The mean spermatozoa motility increased and DFI decreased in prepared spermatozoa (after-SU) compared to whole semen (before SU). PTX supplementation in 200 µg showed the highest increase in spermatozoa motility and reduction of DFI. However, only 200 µg of PTX is statistically significant to increase spermatozoa motility ((p=0.005), while there is no statistically significant result in the reduction of DFI after SU and PTX supplementation. (p>0.05). Conclusion(s): After PTX supplementation, spermatozoa motility increased significantly and DFI decreased insignificantly thus PTX supplementation may select spermatozoa with better quality.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Hartamto
Abstrak :
Hasil analisis semen yang dilakukan di Bagian Biologi FKUI dari-tahun 1975 - 1980 terhadap 1000 pasangan ingin anak (PIA) menunjukkan, bahwa 32,8% dari pasangan tersebut penyebab kegagalan memperoleh anak berasal dari pihak suami (28 ). Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda telah didapatkan oleh Shane dkk (54 ) di Amerika Serikat. Di antara PIA tersebut ada sekelompok suami yang semennya termasuk golongan normozoospermia. Secara teoritis kelompok ini mempunyai kemungkinan keberhasilan yang lebih besar dalam menahasilkan konsensi dibandingkan dengan kelompok oligozoospermia. Penelitian yang dilakukan oleh Van Zyl (64 ) mebuktikan, bahwa kelompok ologozooepermia cenderung memiliki abnormalitas kromosom yang tinggi. Kecenderungan ini akan lebih nyata terlihat pada kelompok oligozoospermia berat. Akhir-akhir ini, dalam penanganan kasus-kasus infertilitas sering dilakukan tindakan inseminasi buatan dengan semen suami, atau dilakukan.fertilisasi in vitro yang diteruskan dengan transfer embrio ke dalam rahim isteri. Untuk kepentingan tersebut digunakan spermatozoa yang telah diisolasi atau dijaring dengan metode tertentu. Farris& Douglas (19 ); Amelar & Hotchiss ( 1 ), Berta Elliason & Lindholmer (15 ) menggunakan fraksi pertama dari "split ejaculate untuk inseminasi. Fraksi ini mengandung spermatozoa dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi-fraksi berikutnya. antuk keperluan yang sama Herman dkk.(30) serta Glass & Ericson (21) menggunakan teknik pencucian spermatozoa. Paulson & Polakoski (52) melakukan inseminasi dengan menggunakan spermatozoa motil yang telah dipisahkan dari serpihan-serpihan sel maupun spermatozoa immotil melalui proses penyaringan menggunakan "glass won". Di samping teknik-teknik yang disebutkan di atas, terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk merjaring spermatozoa motil in vitro. Metode tersebut merupakan modifikasi migrasi spermatozoa ke getah serviks pada keadaan in vivo menggunakan medium tertentu sebagai pengganti getah serviks. Metode ini kemudian dikenal sebagai metode migrasi ke atas (swim up). Beberapa peneliti menggunakan beberapa larutan yaitu larutan Hams, Tyrode, dan nosphat buffer saline, telah membuktikan bahwa spermatozoa semen golongan oligozoospermia yang terjaring dengan metode swim up memiliki kualitas yang baik (12, 27, 35, 40).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggiasih Dwiayu Larasati
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Salah satu tata laksana infertilitas adalah inseminasi intra uterin IIU yang menggunakan spermatozoa hasil pencucian. Ada dua metode pencucian spermatozoa yang umum digunakan yaitu swim-up SU dan density-gradient centrifugation DGC. Tingkat keunggulan metode pencucian spermatozoa terletak pada persentase spermatozoa motil yang dihasilkan. Gangguan motilitas spermatozoa dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan transport ion pada spermatozoa. Keseimbangan transpor ion untuk memelihara homeostasis spermatozoa dimediasi oleh enzim ATPase, diantaranya adalah Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa isoform Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 berperan penting pada motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali efisiensi metode SU dan DGC dalam menghasilkan spermatozoa motil berdasarkan aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase beserta isoformnya. METODE: Pada sampel dilakukan analisis semen, isolasi sel spermatozoa, isolasi protein dan preparasi fraksi membran. Analisis semen dilakukan berdasarkan rujukan dari WHO 2010 , sebelum dan setelah pencucian spermatozoa dengan metode DGC dan SU. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat organik dari ATP. Deteksi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 dilakukan dengan metode western blot, sedangkan distribusi proteinnya digunakan metode imunositokimia. HASIL: Terjadi peningkatan rerata konsentrasi, motilitas, morfologi dan kecepatan spermatozoa antara kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Demikian halnya dengan hasil aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase juga mengalami peningkatan bila dibandingkan antara kelompok sebelum dan setelah pencucian. Terdapat perbedaan bermakna terhadap aktivitas spesifik Na ,K -ATPase pada kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Selain itu, aktivitas spesifik Ca2 -ATPase berbeda tidak bermakna antara sebelum dan setelah DGC dan antara sebelum dan setelah SU. Distribusi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 tidak mengalami perubahan setelah dilakukan pencucian dengan DGC maupun SU. KESIMPULAN: Aktivitas Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase yang diperlukan untuk mendukung homeostasis sel spermatozoa meningkat setelah dilakukan pencucian dengan metode DGC dan SU sehingga spermatozoa mempunyai kemampuan motilitas yang lebih baik.
BACKGROUND: One of the management of infertility is Intra Uterine Insemination IIU by using sperm preparation. There are two methods of sperm preparation that commonly used swim up and density gradient centrifugation. The superiority of sperm preparation method based on the percentage of motile spermatozoa produced. The disorder of sperm motility may caused by the imbalance of ions transport on sperm. The balance of ionic transport to maintain spermatozoa homeostasis is mediated by ATPase, such as Na .K ATPase and Ca2 ATPase enzym. Study has shown that 4 Na ,K ATPase and PMCA4 isoform plays an important role in the sperm motility. Therefore, this study was aimed to evaluate the efficiency of SU and DGC methods in selecting spermatozoa based on the Na ,K ATPase and Ca2 ATPase activity and the isoforms as well. METHODS: The semen analysis, spermatozoa isolation, protein isolation and membrane fraction preparation were performed. The study analysis was conducted based on WHO 2010, before and after SU and DGC sperm preparation. Enzyme activity was measured by ATPase 39 s ability to release organic phosphate from ATP. The expression of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 was done by western blot method, while the protein distribution was used immunocytochemistry method. RESULT: There was an increase of concentration, motility, morphology and velocity of spermatozoa between normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. Similarly, the specific activity of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase also increased when compared to before and after washing. There were significant differences in the specific activity of Na ,K ATPase in the normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. In contrast, the specific activity of Ca2 ATPase not significantly different between before and after DGC and between before and after SU methods. Distribution of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 did not change after washing with DGC or SU methods. CONCLUSIONS: Specific activities of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase are needed to support ion homeostasis, so that spermatozoa have better motility abilities after being prepared with DGC and SU methods.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Hagia Lestari
Abstrak :
Latar Belakang: Pencucian spermatozoa dengan metode Swim-Up SU dan Density Gradient Centrifugation DGC untuk menyeleksi spermatozoa motil telah lama dilakukan, akan tetapi angka keberhasilan masih tergolong rendah. Alpha lipoic acid ALA merupakan antioksidan biologis poten yang berperan dalam regulasi serangan radikal bebas dan pencegahan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid yang dapat berkontribusi pada integritas DNA spermatozoa. Selain itu, prolaktin PRL adalah salah satu hormon peptida yang juga merupakan faktor prosurvival spermatozoa melalui mekanisme supresi terhadap aktivasi protein kaspase, sehingga berperan dalam proteksi terhadap integritas DNA spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ALA dan PRL terhadap indeks fragmentasi DNA IFD dan status apoptosis spermatozoa deteksi protein kaspase setelah dilakukan pencucian spermatozoa dengan metode SU dan DGC. Metode: Sampel semen diperoleh dari 23 pria normozoospermia dari pasangan wanita infertil dan menjalani IUI. Analisis semen terhadap motilitas dan kecepatan dilakukan sebelum dan sesudah pencucian. Setelah pencucian spermatozoa dengan SU dan DGC, sampel kemudian diinkubasi pada berbagai konsentrasi ALA yaitu 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 , 2,5 mg ALA 3 dan pada berbagai konsentrasi PRL yaitu 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , serta 1000 ng PRL 3 . Selanjutnya dilakukan uji sperm chromatin dispersion SCD untuk mengevaluasi fragmentasi DNA spermatozoa dan uji Western Blot untuk mendeteksiprotein kaspase. Hasil: Studi menunjukkan bahwa tingkat IFD spermatozoa setelah pemberian ALA dan PRL mengalami penurunan dibandingkan dengan sampel semen setelah dilakukan pencucian, bahkan dibandingkan dengan sampel semen sebelum pencucian.Protein kaspase ditemukan pada sampel semen sebelum pencucian maupun setelah pencucian dengan metode SU dan DGC. Metode SU dapat menyeleksi spermatozoa dengan IFD yang lebih rendah dibandingkan metode DGC pada konsentrasi optimal ALA dan PRL. Kesimpulan: ALA dan PRL terbukti dapat menyeleksi spermatozoa dengan kualitas spermatozoa yang lebih baik ditinjau dari indeks fragmentasi DNA dan level apoptosis yang lebih rendah, setelah dilakukan pencucian.
Background: Several methods were done to improved the success rate of intra uterine insemination IUI , some of them are Swim Up SU and Density Gradient Centrifugation DGC sperm preparation, nevertheless the success rate still remain low. Alpha Lipoic Acid ALA is a potent biological antioxidant that play role in regulation of free radical attack and oxidative damage prevention caused by lipid peroxidation which ultimately contribute to DNA integrity of the sperm. Moreover, prolactin PRL is one of peptide hormones which also a prosurvival factor of sperm through suppression of activation of caspase protein mechanism, thus affecting sperm DNA integrity. This study aimed to evaluate the effect of ALA and PRL supplementation on DNA fragmentation DFI and apoptotic stateof the spermafter sperm preparation using SU and DGC methods. Methods: Semen samples were obtained from 23 men normozoospermia from partners of women who infertile and underwent IUI. Semen analysis was performed for motility and velocity before and after sperm preparation. After SU and DGC sperm preparation, samples were incubated in concentration of ALA at 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 ,2,5 mg ALA 3 and PRL at 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , 1000 ng PRL 3 . The Sperm Chromatin Dispersion SCD test was performed to evaluate the sperm DNA fragmentation and Western Blot assay to detect the caspase protein. Results: This study confirmed that the level of sperm DNA fragmentation index DFI of sperm after supplementation of ALA and PRL were decreased compared to the sperm after preparation even compared to the whole semen. The presence of caspase protein was detected in whole semen samples,and after sperm preparation both SU and DGC, yet SU method could select the sperm with lower level of DNA fragmentation than the DGC method, both at the optimum concentration of ALA and PRL. Conclusions: ALA and PRL were proved to select the better sperm quality with lower level of sperm DNA fragmentation and minimum density of caspase protein after sperm preparation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library