Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noviarto Eko Nugroho
"DACA dan The DREAM Act adalah program yang mencoba melindungi imigran Latinx ilegal dan tidak berdokumen di AS, dan para pemuda atau Dreamers itu masih mengalami beberapa konsekuensi hukum dan perjuangan dalam kehidupan nyata. Dreamers, istilah yang diperkenalkan di bawah naungan kedua program tersebut, adalah individu muda yang tumbuh di Amerika tetapi tidak dapat memperoleh pengakuan hukum di bawah undang-undang imigrasi saat ini (ADL, 2022). Makalah ini mengulas dua karakter dari In the Heights (2021) yang mengalami perjuangan tersebut saat mencoba mewujudkan impiannya. Melalui konsep ruang Yi-Fu Tuan dan Elaine Baldwin, artikel ini mencoba menemukan dan mengkarakterisasi setiap ruang yang terkait dengan karakter dan bagaimana maknanya akan dihubungkan dengan bagaimana mereka mewujudkan El Suenito atau mimpi mereka. Menggunakan analisis tekstual dan naratif sebagai metode, artikel ini menyimpulkan bahwa setiap karakter memiliki masalah dalam menentukan tempat mereka berada. Ada berbagai momen yang memengaruhi cara mereka melihat dan merasakan tempat. Ini membawa mereka untuk memiliki makna ruang yang berbeda di tempat yang berbeda yang terhubung dengan bagaimana mereka mewujudkan impian mereka.

DACA and The DREAM Act are programs that try to protect the illegal and undocumented Latinx immigrants in the US, and those younger people or Dreamers still experience some legal consequences and struggles in real life. Dreamers, the term introduced under the auspices of those two programs, are young individuals who grew up in America but could not obtain legal recognition under present immigration laws (ADL, 2022). This paper examines two characters from In the Heights (2021) who experience those struggles while trying to make their dream come true. Through Yi-Fu Tuan and Elaine Baldwin’s concept of space, the paper attempts to find and characterize each space that is related to the characters and how its meaning will be connected to how they realize their El Suenito or dream. Using textual and narrative analysis as a method, this paper concludes that each character has a problem deciding which place they belong to. There are various moments that influence how they see and feel toward places. It leads them to have different meanings of space in different places that are connected to how they realize their dream."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuur Salsabilaa
"Persimpangan antara seni dan aktivisme mencapai puncaknya dalam Renaissance: A Film by Beyoncé (2023), di mana narasi budaya dirayakan sekaligus dikritik. Artikel ini meneliti bagaimana Beyoncé menciptakan ruang aman yang merepresentasikan suara-suara yang termarginalisasi dan melawan penindasan sistematis terhadap orang kulit hitam dalam budaya populer Amerika melalui konsep Black placemaking dan Performative Symbolic Resistance (PSR). Studi kualitatif ini menganalisis film tersebut secara tekstual dengan mengevaluasi elemen-elemen sinematik dan majas sastra untuk mengungkap dinamika identitas kulit hitam, perlawanan, praktik budaya, serta pentingnya mengatasi ketidakadilan sistemik yang berlangsung di Amerika. Temuan utama dari analisis ini meliputi lima peran penting yang dimainkan oleh film ini dalam aktivisme komunitas kulit hitam: (1) menciptakan ruang aman bagi komunitas termarginalisasi, (2) merayakan budaya Black Ballroom dan musik House, (3) memberikan penghormatan kepada para pionir budaya kulit hitam, (4) memperkuat rasa bangga akan identitas kulit hitam, dan (5) mengungkap ketidakadilan sistemik yang dihadapi perempuan kulit hitam. Studi ini menyoroti urgensi untuk menciptakan lanskap budaya yang inklusif dan mendorong solidaritas komunitas serta keadilan restoratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karya Beyoncé tidak hanya memperlihatkan ketangguhan komunitas kulit hitam tetapi juga menetapkan preseden bagi produksi artistik di masa depan dalam mempromosikan inklusi dan keadilan sosial.

The intersection between art and activism reaches new heights in Renaissance: A Film by Beyoncé (2023), in which cultural narratives are celebrated and critiqued. This article reveals how Beyoncé creates safe spaces to represent marginalized voices and resist the systematic oppression of Black people in American popular culture through Black placemaking and Performative Symbolic Resistance (PSR). This qualitative study examines the film by textually analyzing the cinematic and literary devices to uncover the dynamics of Black identity, resistance, and cultural practices, deciphering meanings and emphasizing the importance of addressing systemic injustices. This analysis identifies five key findings in the form of crucial roles that the film plays in Black communities’ activism: (1) creating safe spaces for marginalized communities, (2) celebrating Black Ballroom culture and House music, (3) paying homage to Black cultural pioneers, (4) proudly embracing Black identity, and (5) revealing systemic inequities faced by Black women. This study highlights the need for an inclusive cultural landscape, community solidarity, and restorative justice. The implications suggest that her work evinces the resilience of Black communities and sets a precedent for future artistic efforts to promote inclusion and social justice."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library