Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Bina Edvantoro
"ABSTRAK
Glukoamilase merupakan enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis pati nrenjadi glukosa.
Penelitian ini bertujuan untuk nengetahui pengaruh empat sumber karbohidrat, yaitu tepung beras, tepung maizena, tepung tapioka, dan soluble starch terhadap aktivitas glukoanilase R. arrhizus UICC 2 dan R. oryzae UICC 128 pada kondisi fermentasi yang diberikan dalam waktu inkubasi 24 jam.
Data rata-rata aktivitas glukoamilase R. arrhizus UICC 2 dan R. oryzae UICC 128 dalam waktu fermentasi 24 jam yang dinyatakan dalam unit/ml, diperoleh nilai tertinggi dari sumber karbohidrat tepung rnaizena, kemudian diikuti dengan tepung tapioka, soluble starch, dan tepung beras.
Hasil perhitungan aktivitas glukoamilase menunjukkan, ada perbedaan aktivitas glukoamilase R. arrhizus UICC 2 antara sumber karbohidrat tepung maizena dan tepung beras, antara tepung tapioka dan tepung beras, serta antara soluble starch dan tepung beras. Ada perbedaan aktivitas glukoamilase R. oryzae UICC 128 antara tepung maizena dan tepung beras, antara tepung tapioka dan tepung beras, antara soluble starch dan tepung beras, antara tepung maizena dan tepung tapioka, serta antara tepung maizena dan soluble starch.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuning Hanurawati
"ABSTRAK
Glukoamilase menghidrolisis ikatan a-1,4 dan a-1,6 pada ujung non-reduktif dari pati.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan aktivitas glukoamilase dari A. awamori UICC 314 yang ditumbuhkan pada medium Sakai modifikasi dengan enam sumber karbohidrat yang berbeda. Pengukuran aktivitas glukoamilase dengan metode Nishise et al. (1988), dan konsentrasi glukosa dengan metode Somogyi-Nelson.
Dalam waktu fermentasi 24 jam urutan tinggi ke rendah aktivitas glukoami1ase dihasilkan dari tepung beras, tepung ubi, maizena, tapioka, soluble starch dan tepung sagu; pada tepung sagu dan soluble starch aktivitas berbeda nyata dengan tepung beras, tepung ubi, maizena, dan tapioka; aktivitas pada soluble starch juga berbeda nyata dengan tepung sagu; pada tapioka aktivitas tidak berbeda nyata dengan tepung beras dan tepung ubi, sedangkan dengan maizena berbeda nyata; pada tepung beras, tepung ubi, dan maizena hasilnya tidak berbeda nyata.
Dalam waktu fermentasi 48 jam tidak ada perbedaan aktivitas glukoamilase pada semua sumber karbohidrat.
Aktivitas glukoamilase berbeda dalam waktu fermentasi 24 dan 48 jam pada tepung beras, tepung ubi, maizena, dan tepung sagu; sedangkan pada tapioka dan soluble starch tidak ada perbedaan.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiyati
"Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka dengan menggunakan larutan-kalium permangaiial sebagai inisiator telah dipelajari. dan dilakukan dalam atmosfer gas nitrogen, menghasilkan kopolimer pati-to-metil metakrilat yang lebih hidrofobik. PeneMtJan ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi pencangkokan metil metakrilat pada pada tapioka, agar diperoleh persamaan laju reaksinya. Penentuan nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat dan pati, dilakukan dengan metoda laju awal. Variasi terhadap konsentrasi larutan kalium permanganat, monomer, pati, waktu perendaman, temperatur pencangkokan, dan waktu pencangkokan. Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka berhasil dilakukan dengan kondisi optimum pada konsentrasi larutan KMnO4 0.1 N, konsentrasi monomer 25 %, konsenlrasi pati 6.70 xlO"05 N, waktu perendaman 30 menit, temperatur pencangkokan 50°C, dan waktu pencangkokan 2 jam, menghasilkan pencangkokan sebesar 119,87 % w/w. Nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat, dan pati diperoleh dari penelitian adalah -1. -I, dan ~2. Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka ditunjukkan dengan munculnya serapan pada 1728.9 cm"' yang merupakan serapan vibrasi ulur gugus karbonil senyawa ester metil metakrilat. Kopolimer pati-g-metil metakrilat lebih hidrofobik dari pada pati tapioka."
2005
SAIN-10-1-2005-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yunianti
"Permasalahan pokok yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana implikasi kebijakan pemerintah terhadap industri tepung terigu di Indonesia dengan membandingkan struktur, perilaku dan kinerja industri tepung terigu sebelum dan sesudah deregulasi (sisi pengadaan), serta untuk melihat faktor-faklor yang cukup mempengaruhi permintaan tepung terigu tersebut sebagai bahan untuk manganalisa prospek industri tepung terigu
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengaruh kebijakan pemerintah terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri tepung terigu, serta menganalisa kebijakan pemerintah pada industri penghasil barang antara (industri tepung terigu) terhadap industri penggunanya (dalam hai ini industri mie instan)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomi Hawari
"Pati merupakan sumber gula yang sering digunakan oleh manusia. Beberapa penyakit seperti diabetes dan obesitas berhubungan dengan berlebihnya kadar gula dalam darah. Pati termodifikasi dibuat untuk dapat mengontrol kadar gula dalam darah sehingga menurunkan resiko dari kedua penyakit tersebut. Penelitian ini telah berhasil melakukan modifikasi pada pati tapioka dengan heat moisture treatment (HMT) dan ikat silang menggunakan asam sitrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan yang dihasilkan dari modifikasi ganda dengan HMT dan ikat silang. HMT dilakukan dengan memvariasikan waktu modifikasi dan ikat silang dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi dari asam sitrat yang digunakan. HMT menghasilkan perubahan atau penyusunan ulang struktur kristral yang diidentifikasi menggunakan mikroskop. Ikat silang menambahkan ikatan kovalen antar rantai pati yang dapat diidentifikasi menggunakan FTIR. Setelah modifikasi, diamati perubahan dari sifat fisikokimia dari pati. Kecenderungan yang terjadi setelah modifikasi adalah penurunan swelling power dan kelarutan, penurunan kejernihan pasta, peningkatan viskositas pasta, peningkatan ketahanan termal. Daya cerna pati mengalami penurunan yang signifikan pada pati dengan modifikasi ganda. Akibat perubahan perubahan yang terjadi diperlukan studi yang lebih lanjut untuk dapat bisa mulai mengaplikasikan produk yang dihasilkan.

Starch is a common resource of sugar for human. Some diesease like diabetes and obesity is related to the high level of sugar in blood. Starch modication is conducted to gain control over sugar in blood to reduce the risk of the disease. This study was succesful in modifying tapioca stach with heat moisture treatment (HMT) and crosslinking with citric acid. The obejective of this study is to analyze the changes happend after the modification. HMT is conducted by varying treatment time and crosslinking is conducted by varying concentration of citric acid used. HMT will generate rearrangement on starch crystal structure and could be indetified with microscope while crosslinking will generate new covalent bond on starch chain and could be inditified with FTIR. After modification changes in physicochemical properties are observed. The trend of alteration are decrease in swelling power and solubility, decrease in paste clarity, increase in paste viscosity, and increasing thermal resistance. Digestibility of starch also observed as significant decrease on dual treated starch. As a result for many changes happened in treated starch futher study is needed to make modified starch is applicable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi
"Pengeringan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kontinuitas dalam proses pembuatan tepung tapioka. Secara tradisonal proses pengeringan dilakukan oleh para petani dengan memanfaatkan panas matahari.
Tesis ini bertujuan untuk melakukan desain dan analisis sistem pengering buatan tipe chamber dryer dengan sirkulasi udara sehingga dapat memenuhi standar FAO untuk proses pengeringan tapioka. Tesis ini secara khusus mengkaji desain dan analisis sistem pembangkit panas yang memanfaatkan thermal-oil jenis Essotherm500 sebagai fluida pemindah panas untuk ruang pengering berkapasitas 120 - 150 kg tapioka basah dengan suhu pengeringan 60 -70 °C.
Perencanaan peralatan pembangkit panas menghasilkan desain dengan karakteristik sebagai berikut : sistem tertutup (closed system) dimana thermal-oil dialirkan dalam pipa dengan diameter 1/2 inchi berbentuk koil dengan diameter spiral dalam 300 mm, diameter spiral luar 400 mm, jumlah lilitan 21 buah, picth 27 mm, pipa koil diletakkan dalam ruang heat exchanger berbentuk shell dengan diameter 600 mm panjang 900 mm, ripe heat exchanger conterflow shell-and-tube untuk one shell pass and two or multiple of two tube passes, udara panas yang dialirkan adalah hasil pembakaran burner dari ruang bakar.
Untuk pengeringan 150 kg tepung basah dengan kadar air awal 45%, kadar air akhir 12%, suhu pengeringan 60 °C, dan waktu pengeringan 2,5 jam didapat total kebutuhan panas pengeringan tepung tapioka sebesar I95.687,8 kJ. Dengan demikian, kapasitas pembangkit panas yang dibutuhkan sebesar 21,74 kW, flow thermal oil 12 liter/menit, suhu thermal oil awal 65 "C, suhu thermal oil akhir 106,5 °C, flow udara alat penukar panas 0,2 kg/det, suhu gas hasil pembakaran (flue gas) 500 °C, luas bidang pemindah panas 3,35m2, bahan bakar kerosene dengan kebutuhan bahan 3,3 liter/jam.
Dari hasil pengujian dan perhitungan didapatkan kalor pengeringan tepung tapioka rata-rata yang disuplai dari pemanas buatan sebesar 1107,9 kJ/kg, rasio bahan bakar dan tepung basah adalah 0,08 liter bahan bakar untuk 1 kg tepung tapioka basah, lama waktu pengeringan rata-rata 5 jam, kapasitas alat pembangkit panas rata-rata 7,58 kW, efsiensi sistem rata-rata 56,4 % , rugi panas total rata-rata 5,87 kW dengan komposisi rugi panas cerobong 81 %, rugi panas penukar panas I 1 % dan mgi panas lain-lain 9%. Effektivitas alat penukar panas rata-rata 0,67.

Drying plays an important role on controlling the quality and continuity of tapioca powder production processes. Traditionally farmers use the solar heat for drying agriculture products.
This thesis aims to design and analyze a chamber dryer system with air circulation in order to fulfill the FAO drying standard for tapioca. In particular, the objective of this thesis is to to design and to develop a heat generating system with Essotherm ® 500 as the working fluids. The capacity of the chamber is 120 - 150 kg of wet tapioca operating at 60 - 70°C.
A new design of the heat generating equipment has been developed with the following characteristics: a closed system in which the thermal oil flow in a coil shaped pipe of 1/2 inch diameter. It has a coiled pipe arrangement of 300 mm and 400 mm inner and outer diameters respectively. The pipe is placed in a counter-flow shell and tube heat exchanger of one shell pass and two or multiple of two tube passes. The hot air comes from the flue gas of fuel burning.
The heat requirement for drying of 150 kg wet tapioca from 45% to 12 % moisture, at 60 °C during a period of 2,5 hours is 195,687,8 kJ. Thus, the capacity of the heat generator is 21,74 kW. Other important design parameters are as follows: thermal oil flow is 12 1/min, initial thermal oil temperature is 65 °C, final thermal oil temperature is 106,5 °C, air flow within the heat exchanger is 0,2 kg/sec, flue gas temperature is 500°C, heat transfer area is 3,35 m2 and kerosene flows at 3,3 1/janti
From testing and calculating funded: heat supplied from heat generate is 1107,9 kJ/kg, ratio of fuel and wet tapioca is 0,08, average time needed to drying is 5 hours, average heat generate capacity is 5,87 kW, efficiency system is 56,4 %, average heat loss is 5,87 kW, distribution of losses are: chimney is 81%, heat exchanger is 11% and an others utility losses is 9%. An average Heat exchanger effectiveness is 0,67."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savitri Handayani
"Unsur karbon merupakan salah satu makronutrien terpenting yang dibutuhkan mikroorganisme urtuk dapat tumbuh dengan balk. Penelitian ini menggunakan limbah cair tahu sebagai substrat fermentasi biomassa disertai penambahan tepung tapioka sebagai sumber karbon, dengan konsentrasi 0%, 1%, 2%, atau 3%. Fermentasi biomassa dilakukan dengan menggunakan kapang Rhizopus arrhizus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan konsentrasi tepung tapioka terhadap produksi biomassa, meneliti penambahan konsentrasi tepung tapioka yang optimum, dan membandingkan hasil produksi biomassa Rhizopus arrhizus UICC 6 dan Rhizopus arrhizus UICC 28 pada beberapa konsentrasi tepung tapioka yang berbeda. Berat kering biomassa yang tertinggi (762,2 mg/100 ml) diperoleh dan UICC 28 pada penambahan 3% tepung tapioka. Berat kering biomassa yang terendah (59,3 mg/100 ml) diperoleh darl UICC 28 pada substrat fermentasi tanpa penambahan konsentrasi tepung tapioka (0% tepung tapioka).
Uji statistik menunjukkan penggunaan tepung tapioka pada beberapa konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap jumlah biomassa yang dihasilkan, ada interaksi antara tepung tapiora dan jenis biakan, dan tidak ada perbedaan nyata pada berat kering rata-rata biomassa yang dihasilkan kedua jenis biakan kecuali pada konsentrasi tepung tapioka 3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Oktaviana
"Penelitian ini mengkaji efek modifikasi kimia secara ikat silang dan penambahan asam stearat pada perubahan sifat fungsional pati tapioka dan daya cerna pati tapioka. Agen ikat silang yang digunakan adalah campuran natrium trimetafosfat dan natrium tripolifosfat, serta penambahan asam stearat untuk pembentukan senyawa kompleks amilosa-lipid. Sifat fungsional pati modifikasi dapat ditunjukan pada kelarutan, penurunan swelling power, viskositas dan kejernihan pasta. Pati modifikasi juga dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM dan TGA. Efek yang diperoleh dari modifikasi tersebut dapat menurunkan viskositas, kejernihan, kelarutan serta menghambat swelling. Efek modifikasi ini juga menurunkan daya cerna pati secara signifikan sehingga pati resisten ini dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk mencegah obesitas dan diabetes

The present work was carried out the effect of cross-linking and addition of stearic acid in the functional properties of tapioca starch and digestibility of tapioca starch. The crosslinking agent used is a mixture of sodium trimethaphosphate and sodium tripolyphosphate, as well as the addition of stearic acid for the formation of amylose-lipid complexes. The functional properties of modified starch can be shown in the solubility, decreased swelling power, viscosity and clarity of the paste. Modified starch was also characterized using FTIR, XRD, SEM and TGA. The effect obtained from these modifications can reduce viscosity, clarity, solubility and inhibit swelling. This modification can reduced starch digestibility significantly so that this resistant starch can be used as a functional food to prevent obesity and diabetes"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanto Suprawihadi
"Pengolahan limbah cair tapioka dengan sistem Kombinasi Biofilter Anaerob - Aerob aliran ke atas merupakan pengolahan biologis dengan biakan melekat (attached growth proccess), sebagai salah satu teknologi alternatif dalam pengolahan limbah cair.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya suatu unit pengolah limbah cair tapioka dengan teknologi yang sederhana dan mudah dalam pembuatan, operasional maupun perawatannya serta mempunyai kemampuan dalam memperbaiki kualitas limbah cair, sehingga kemungkinan timbulnya dampak kesehatan masarakat akibat pencemaran dapat dicegah, mengantisipasi mahalnya biaya pembuatan unit pengolah limbah cair serta menghindari ditutupnya beberapa industri.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan eksperimental ulang (Pretest posttest Control Group Design), dimana obyek dibagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan satu berdasarkan total waktu tinggal 6 jam dan kelompok perlakuan dua menggunakan total waktu tinggal 12 jam. Sedangkan aspek kesehatan masyarakat dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terhadap responden yang berdomisili di sekitar lokasi pabrik sebanyak 50 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan total waktu tinggal 6 jam, unit pengolah dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka pH, BOD5, COD, TSS, NH3, H2S dan Sianida dengan efisiensi antara 70% - 86%. Hal ini dibuktikan dengan basil uji t (t-test) yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan secara berrnakna pada setiap tahapan pengolahan (p < 0,05) pada taraf 95%. Sedangkan berdasarkan waktu tinggal, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu tinggal 6 jam dengan 12 jam (p > 0,05). Gangguan yang dirasakan oleh masyarakat berupa bau (100%), sedangkan keluhan dua minggu terakhir berupa gatalgatal (44,1%) serta kombinasi sakit perut, sakit kepala dan gatal-gatal (32,4%). Keluhan di alas kemungkinan berkaitan dengan adanya kontak melalui udara rnaupun air yang tercemar, karena 100% sumber air bersih masyarakat berasal dari air tanah.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa unit pengolah limbah cair tapioka ini terbukti dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka dengan efisiensi antara 70% - 86% pada waktu tinggal 6 jam. Dengan waktu tinggal yang relatif pendek, maka lahan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit. Demikian juga dengan turunnya parameter NH3, H2S dan Sianida, maka dampak kesehatan yang mungkin terjadi dapat dikurangi.
Disarankan agar dilakukan proses pengendapan awal atau pre-tretment sebelum penggunaan unit pengolah ini, sehingga efisiensi pengolahan dapat lebih baik, serta perlu diteliti lebih lanjut pengaruh jumlah kolom dan lamanya alat beroperasi untuk mengetahur titik jenuh.
Daftar Bacaan : 31 (1971 - 2000)

The Tapioca's Wastewater Treatment by Upstream Anaerob-Aerob Bioftlterittg Combination System And The Public Health Aspects (The study at Tapioca's Industry PT.LPF di Tanjung Bintang South Lampung)
Tapioca's wastewater treatment by Upstream Anaerob Aerob Biofilter-in Combination System is the biological treatment that is the attached growth pr-rccess, where is the one of the alternative technology in wastewater treatment,
Objectives of the study is to understand that the parameters of tapioca's wastewater will be decreased and to understand the difference of parameters decreased So the public health impact will be prevented: the high cost of establish wastewater treatment will be anticipated and the closed of the tapioca's industries will be avoided.
The research is the experimental study with pr-elesr pasllesl control group design, where the subject is divided into two group intervention. The first group based on six hours in total retention time and the second group based on twelve hours in total retention time,
The result of the study shown that in short retention time (six hours), the treatment unit could decreased of the concentration of parameters tapioca's wastewater involve pH: BOD5: COD_ TSS; NH:; H2S and Cyanide with range of efficiency about 70% - 86%. The statistical t-test known that is different in every treatment step for each parameter's (p < 0,05) at level 95%. For the variation of parameters concentration based on retention times have not different significantly (p > 0,05), exception for the TSS parameter have different at each point significantly (p < 0,05). By the parameters concentration especially to NTT?. H 2S and Cyanides have decreasing, so the public health impact may occur will be reduced.
The conclusion of the study shown that the wastewater treatment unit could be decreased tapiocas 1.yastewater parameters concentration with efficiency range about 7t)°o - S6'?0 at SIX hours in total retention time. So wIdes of the land that needed small relati ely. The other hand, by the decreasing of NH;, I-1-:S and Cyanides. so the public health impact will prevented.
The study have recommended to applicated this treatment unit for the industries that have low investation land and needed to follow up the study about the correlation of the reactor numbers.
Bibliography : 31 (1971 _. 2000)"
2001
T8216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indra Trigunarso
"Limbah cair industri tapioka banyak mengandung bahan organik dengan derajat keasaman yang rendah, hal ini sesuai dengan bahan baku dan proses yang dilakukan, sehingga dari kandungan bahan organik tersebut menimbulkan gangguan pada masyarakat terutama dari segi estetika, bau dan juga menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Dengan semakin meningkatnya kasus pencemaran badan air oleh limbah cair industri, serta mahalnya biaya pembuatan unit pengolahan limbah perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Untuk mencegah terjadinya pencemaran badan air oleh limbah industri diperlukan teknik pengolahan yang memadai dan terjangkau oleh pihak industri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair dengan menggunakan karbon aktif.
Kemampuan karbon aktif / Granular Activated Carbon produksi PT. Tanso Pura Asia dengan diameter 4 - 8 mesh, 6 - 12 mesh dan 8 - 30 mesh untuk menurunkan bahan organik limbah cair industri tapioka akan dilakukan dalam penelitian ini.
Rancangan penelitian adalah pre test - post test control group design, dimana subyek dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok sebelum perlakuan, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan 3 (tiga ) perlakuan dan 9 (sembilan) replikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Granular Activated Carbon dapat menurunkan bahan organik limbah cair tapioca. Hasil uji Anova diperoleh p value < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna secara signifikan pada taraf 95 % antara berbagai diameter terhadap penurunan bahan organik limbah cair tapioka untuk semua parameter.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa diameter GAC yang optimum untuk menurunkan bahan organik limbah cair tapioka adalah diameter 8 - 30 mesh dengan waktu pajanan selama 12 jam.
Penelitian ini menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan GAC berdasarkan perbedaan waktu kontak terhadap penurunan bahan organik limbah cair tapioka.

Experimental Study of the Influence of Granular Activated Carbon to Decrease Organic Material Wastewater of Tapioca IndustryWastewater of tapioca industry content most of low acidity, there fore raw material and processing of tapioca industry. The impact of raw material and its processing to disturb of community especially to esthetical, odor and environment contamination.
By more increase the contamination cases to ground water bay wastewater industry and the high cost to establish wastewater treatment unit are needed the attention all of parts of communities. To prevent of contamination to ground water by wastewater tapioca industry is needed the treatment unit that simple technically by industry, one of the technique use granular activated carbon.
The ability of granular activated carbon produced by PT. Tanso Putra Asia and the diameter 4-8 mesh, 6-12 mesh and 8-30 mesh to decreased organic material wastewater tapioca industry will be done in this research.
The design of research is pre test- post test control group design, where the subjects divide into three group before intervention, intervention group and control group with three interventions and nine replication.
The result of the research that granular activated carbon could decrease organic material of wastewater tapioca industry. Statistically of anova- test p value < 0,05 that mean there is different between diameter various to decrease of organic material wastewater tapioca industry as significant at level 95 %.
The conclusion of the research that the optimum diameter of granular activated carbon is 8-30 mesh to decreased organic material wastewater of tapioca industry for 12 hours exposure.
The suggest of this research is needed to follow up by the research of the influence of granular activated carbon used based of time different contact to decreased wastewater organic material of tapioca industry."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>