Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dzakiyyah Fauziyah Rif'At
"Di era modern ini, berbagai pertentangan mengenai hukum dan kebiasaan kuno berkaitan isu-isu yang dihadapi perempuan di dunia muslim telah memantik berbagai perdebatan di kalangan cendekiawan muslim terutama berkaitan dengan kesetaraan bagi perempuan muslim. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas mengenai masalah tersebut adalah melalui diskusi tasawuf modern yang mengajarkan manusia bagaimana memposisikan diri dalam situasi di mana urusan duniawi bersinggungan dengan ukhrawi. Diantara perkembangan tersebut, tokoh Hamka dipandang sebagai pendiri dan juru bicara tasawuf modern karena dua karyanya tentang evolusi dan kemurnian tasawuf yang banyak digunakan sebagai acuan oleh masyarakat Indonesia. Tasawuf modern Hamka menunjukkan bahwa tasawuf tidak dapat dipisahkan dari Islam dan ia juga berbicara tentang laki-laki, perempuan, dan masalah rumah tangga. Dengan dasar tersebut, muncul ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh terkait pemikiran Hamka mengenai emansipasi perempuan. Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dan pendekatan hermeneutika terhadap karya-karya Hamka, diketahui jika Hamka berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat haruslah bekerja sama agar bisa menjadi masyarakat yang sempurna dan adil. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki sebagaimana mereka juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Dalam Islam sendiri, seseorang dilihat dari ketakwaannya bukan dari apakah ia laki-laki atau perempuan. Sementara itu, hasil analisis skema AGIL menunjukkan bahwa proses adaptasi terhadap penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam yang mendukung tercapainya emansipasi perempuan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pembiasaan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan yakni untuk mendefinisikan, membangun, dan melindungi hak-hak politik, ekonomi, dan sosial perempuan yang setara. Sementara itu, proses integrasi di masyarakat berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya berlangsung. Masih ada sejumlah aspek yang memerlukan peningkatan integrasi yang lebih baik demi tercapainya tujuan emansipasi. Kedepannya, dapat dilakukan upaya untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut melalui pendidikan keagamaan yang tepat dan mengacu pada pedoman agama seperti Al-Quran dan Hadits yang diinternalisasikan bagi generasi muda sehingga nilai tersebut akan tertanam dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.

In this modern era, various conflicts regarding ancient laws and customs related to issues faced by women in the Muslim world have sparked various debates among Muslim scholars, especially with regard to equality for Muslim women. One of many approaches that can be used to discuss this problem is through the approach of modern Sufism which teaches humans how to position themselves in situations where worldly affairs intersect with ukhrawi. Among these developments, Hamka is seen as the founder and spokesperson of modern Sufism because of his two works on the evolution and purity of Sufism that are widely used as a reference by the Indonesian people.  Modern Sufism Hamka shows that Sufism is inseparable from Islam and he also talks about men, women, and domestic issues. On this basis, there is an interest for researchers to study further Hamka's thoughts on the emancipation of women. By applying qualitative research methods and hermeneutic approaches to Hamka's works, it is known that Hamka argues that women and men in a society must work together to become a perfect and just society. Women have the same potential as men as they also have the same rights and obligations as men. In Islam itself, a person is seen from his piety not from whether he is male or female.  Meanwhile, the results of the analysis of the AGIL scheme show that the  process of adaptation to the cultivation of Islamic religious values that support the achievement of women's emancipation can be carried out through proper education and habituation. This relates to the purpose of women's emancipation, namely to define, establish, and protect women's equal political, economic, and social rights. Meanwhile, the process of integration in society related to the goal of women's emancipation is still not fully underway. There are still a number of aspects that require improved integration for the achievement of the goal of emancipation. In the future, efforts can be made to encourage the achievement of these goals through proper religious education and referring to religious guidelines such as the Quran and Hadith which are internalized for the younger generation so that these values will be embedded and become commonplace in people's lives."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfhi Fathimah Handayani
"Penelitian ini membahas kebertahanan organisasi yang memiliki Ideologi tasawuf dengan menggunakan sudut pandang tasawuf sebagai Islam modern. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan horizontal dan vertikal organisasi PSW yang didasari oleh ideologi Wahidiyah sehingga menghasilkan kebertahanan organisasi. Penerapan ideologi Wahidiah dalam organisasi dijelaskan dengan proses dialektika konstruksi sosial Peter L. Berger melalui fase ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dapat membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang jelas dan menyeluruh. Subjek penelitian ini adalah pengurus pusat PSW. Objek penelitian adalah kebertahanan organisasi Islam yang berideologi tasawuf yaitu Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW). Lokasi penelitian berlangsung di lokasi pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah, Pondok Pesantren At Tahdzib, Jombang, Jawa Timur.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan PSW merupakan organisasi Islam berideologi tasawuf modern yang ditunjukkan dari struktur organisasi dan keterbukaan organisasi. PSW didirikan tahun 1964 oleh KH. Abdoel Madjid Ma?roef, di Kediri, Jawa Timur. KH. Abdoel Madjid Ma'roef juga sangat dihormati sebagai pengasuh pondok pesantren, anggota syuriyah NU, dan yang paling utama sebagai Muallif (penyusun) Sholawat Wahidiyah. Dengan berbagai posisinya tersebut, KH. Abdoel Madjid Ma?roef dianggap memiliki kharisma sehingga kedudukannya tetap dipertimbangkan dalam organisasi PSW meskipun beliau sudah wafat.
Tujuan organisasi ini adalah menyebarkan ajaran Wahidiyah pada masyarakat jami?al ?alamin. PSW memiliki prinsip tasawuf yang diterapkan dalam berbagai kegiatan internal dan eksternal. Dalam kegiatan eksternal, PSW menjalin hubungan horizontal dan vertikal. Prinsip tasawuf yang diterapkan merngandung aplikasi dari konsep civil society I sehingga pengamal Wahidiyah PSW bersikap toleran, egaliter, solider, dan mandiri. Dalam hubungan vertikal, PSW menjalin interaksi terhadap pemerintah sebagai wujud kepatuhan pada norma dan hukum. PSW berusaha mendapat legalitas dari pemerintah sehingga mampu mendukung PSW dan tetap bertahan ditengah kritik dari organisasi lainnya. Penguatan secara internal dan jalinan hubungan eksternal tersebut menjadikan PSW sebagai organisasi modern dan mampu bertahan sampai sekarang.

This study focuses on the viability of Tassawuf-based organization which uses tassawuf as a modern Islamic point of view. The purpose of this study is to explain the horizontal and vertical relationships within PSW organization, which is based on Wahidiyah ideology, in order to achieve the viability of organization. This study uses dialectical process and social construction theory by Peter L. Berger to explain about the implementation of Wahidiyah ideology in the organization through three phases of externalization, objectivation, and internalization. This study uses the qualitative method to collect a clear and thorough information. The subject of this study is the manager in PSW, while the object of this study is Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW) organization. This study is conducted in the central location of Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW) which is located in At Tahdzib Islamic Boarding School, Jombang, East Java.
The results show that PSW is an Islamic organization which is based on modern tassawuf ideology. It is shown through the structure and openness of the organization. PSW was established in 1964 by KH. Abdoel Madjid Ma?roef, in Kediri, East Java. KH. Abdoel Madjid Ma?roef was honored as the head of At Tahdzib Islamic Boarding School, the member of NU syuriah, and Muallif (the compiler) of Sholawat Wahidiyah. Because of that, KH. Abdoel Madjid Ma'roef was charismatic and his position was still considered in PSW organization even though he had passed away.
This organization aims to spread the Wahidiyah teachings to jami'al 'alamin society. Tassawuf principle is applied in external and internal activities within PSW organization. Through external activities, horizontal and vertical relationships are established. The tassawuf principle which is applied in the organization contains civil society I concept. As a result, those who practice Wahidiyah ideology are tolerant,egalitarian, considerate, and autonomous. Through vertical relationship, the interaction between PSW and the government is established as a manifestation of obedience to the norms and laws. PSW attempts to get legal agreement from the government in order to be supported and to survive from being criticized by other organizations. Through external and internal relationships, PSW can be a modern organization which is able to survive until now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Fathimah Handayani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas kebertahanan organisasi yang memiliki Ideologi
tasawuf dengan menggunakan sudut pandang tasawuf sebagai Islam modern.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan horizontal dan vertikal
organisasi PSW yang didasari oleh ideologi Wahidiyah sehingga menghasilkan
kebertahanan organisasi. Penerapan ideologi Wahidiah dalam organisasi dijelaskan
dengan proses dialektika konstruksi sosial Peter L. Berger melalui fase ekternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
karena dapat membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang jelas dan
menyeluruh. Subjek penelitian ini adalah pengurus pusat PSW. Objek penelitian
adalah kebertahanan organisasi Islam yang berideologi tasawuf yaitu Penyiar
Sholawat Wahidiyah (PSW). Lokasi penelitian berlangsung di lokasi pusat Penyiar
Sholawat Wahidiyah, Pondok Pesantren At Tahdzib, Jombang, Jawa Timur.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan PSW merupakan organisasi Islam
berideologi tasawuf modern yang ditunjukkan dari struktur organisasi dan
keterbukaan organisasi. PSW didirikan tahun 1964 oleh KH. Abdoel Madjid Ma?roef,
di Kediri, Jawa Timur. KH. Abdoel Madjid Ma?roef juga sangat dihormati sebagai
pengasuh pondok pesantren, anggota syuriyah NU, dan yang paling utama sebagai
Muallif (penyusun) Sholawat Wahidiyah. Dengan berbagai posisinya tersebut, KH.
Abdoel Madjid Ma?roef dianggap memiliki kharisma sehingga kedudukannya tetap
dipertimbangkan dalam organisasi PSW meskipun beliau sudah wafat.
Tujuan organisasi ini adalah menyebarkan ajaran Wahidiyah pada
masyarakat jami?al ?alamin. PSW memiliki prinsip tasawuf yang diterapkan dalam
berbagai kegiatan internal dan eksternal. Dalam kegiatan eksternal, PSW menjalin
hubungan horizontal dan vertikal. Prinsip tasawuf yang diterapkan merngandung
aplikasi dari konsep civil society I sehingga pengamal Wahidiyah PSW bersikap
toleran, egaliter, solider, dan mandiri. Dalam hubungan vertikal, PSW menjalin
interaksi terhadap pemerintah sebagai wujud kepatuhan pada norma dan hukum. PSW
berusaha mendapat legalitas dari pemerintah sehingga mampu mendukung PSW dan
tetap bertahan ditengah kritik dari organisasi lainnya. Penguatan secara internal dan
jalinan hubungan eksternal tersebut menjadikan PSW sebagai organisasi modern dan
mampu bertahan sampai sekarang.

Abstract
This study focuses on the viability of Tassawuf-based organization which
uses tassawuf as a modern Islamic point of view. The purpose of this study is to
explain the horizontal and vertical relationships within PSW organization, which is
based on Wahidiyah ideology, in order to achieve the viability of organization. This
study uses dialectical process and social construction theory by Peter L. Berger to
explain about the implementation of Wahidiyah ideology in the organization through
three phases of externalization, objectivation, and internalization. This study uses the
qualitative method to collect a clear and thorough information. The subject of this
study is the manager in PSW, while the object of this study is Penyiar Sholawat
Wahidiyah (PSW) organization. This study is conducted in the central location of
Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW) which is located in At Tahdzib Islamic Boarding
School, Jombang, East Java.
The results show that PSW is an Islamic organization which is based on
modern tassawuf ideology. It is shown through the structure and openness of the
organization. PSW was established in 1964 by KH. Abdoel Madjid Ma?roef, in
Kediri, East Java. KH. Abdoel Madjid Ma?roef was honored as the head of At
Tahdzib Islamic Boarding School, the member of NU syuriah, and Muallif (the
compiler) of Sholawat Wahidiyah. Because of that, KH. Abdoel Madjid Ma?roef was
charismatic and his position was still considered in PSW organization even though he
had passed away.
This organization aims to spread the Wahidiyah teachings to jami?al ?alamin
society. Tassawuf principle is applied in external and internal activities within PSW
organization. Through external activities, horizontal and vertical relationships are
established. The tassawuf principle which is applied in the organization contains civil
society I concept. As a result, those who practice Wahidiyah ideology are tolerant,
egalitarian, considerate, and autonomous. Through vertical relationship, the
interaction between PSW and the government is established as a manifestation of
obedience to the norms and laws. PSW attempts to get legal agreement from the
government in order to be supported and to survive from being criticized by other
organizations. Through external and internal relationships, PSW can be a modern
organization which is able to survive until now."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library