Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Subjek penelitian ini adalah cerpen "Misteri Polaroid","Cerpen Perempuan Tanpa Ibu Jari" dan cerpen "Darah" karya Intan Paramaditha yang terdapat dalam antologi cerpen Sihir Perempuan. Dalam bingkai strukturalisme ..."
META 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwilia Jolest Putri
"Perempuan yang telah menjadi ibu mengalami domestikasi tidak hanya dibebankan untuk mengurus rumah tangga, tetapi juga mengasuh anak. Domestikasi tersebut menyebabkan ibu sulit untuk mengembangkan diri dan melakukan pemenuhan diri karena identitas pengibuan akan memberikan stereotip ibu jahat. Dikotomi ibu baik dan ibu jahat tidak hanya menjadikan ibu mengalami domestikasi tetapi juga menjadi stres dan pemarah. Oleh sebab itu, diperlukan redefinisi yang mengonstruksi pengibuan kompleks agar ibu tidak terjebak dalam dikotomi ibu jahat dan ibu baik. Caranya, menghadirkan pengalaman ibu dalam tatanan semiotik ke dalam tatanan simbolik.
Penelitian ini menggunakan metode kritik sastra feminis pendekatan semiotic language dari Julia Kristeva pada 6 judul puisi buku dalam kumpulan puisi Ibu Mendulang Anak Berlari karya Cyntha Hariadi. Enam judul puisi tersebut adalah Anak Perempuan, Mandi, Jalan-jalan, Katamu Kataku, Surga, dan Ibu Mendulang Anak Berlari.
Teori yang digunakan dalam analisis teks adalah teori sastra (diksi, majas, citra), teori pengibuan biologis perspektif Adrienne Rich, dan teori pengibuan perspektif Julia Kristeva. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa teks puisi menghadirkan suara ibu yang mengalami opresi oleh identitas pengibuan dan menghadirkan kompleksitas pengalaman ibu untuk meredefinisi identitas pengibuan melalui bahasa (diksi, majas, citra).

Women who already has become a mother experienced the domestication that have to work for maintenance the household and rise the children. This domestication impacts to the loss of mother's self-development and self-fulfillment because of the motherhood's identity will stereotype the mother who did those as a bad mother. Dichotomy of good and bad mother not only effected to domestication but also change the mother's behavior to easily stress out and angry. So, the redefinition of motherhood complexity is needed. One of the ways to achieve this redefinition is adding the semiotic of motherhood view to the symbolic one.
The method of this study is critical literature with semiotic language approaches from Julia Kristeva's work on 6 poems of Ibu mendulang Anak Berlari book written by Cyntha Hariadi. The tittle of this six poems are Anak Perempuan, Mandi, Jalan-jalan, Katamu Kataku, Surga, and Ibu Mendulang Anak Berlari.
The references that used in this study were literature (diction, figure of speech, image) theory, Adrienne Rich's motherhood biological perspective theory, and Julia Kristeva's motherhood perspective theory. Based on this results, poems showed the mother oppression because of motherhood's identity and described the complexity of motherhood experiences in order to redefinition of motherhood's identity through a literature.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Halida
"Skripsi ini membahas peran perempuan dalam politik nasional Jepang kontemporer yang dianalisa menurut 'tatanan simbolik' Jacques Lacan. Menurut Lacan, masyarakat diatur oleh rangkaian tanda, peran dan ritual, yang disebut sebagai 'tatanan simbolik'. 'Tatanan simbolik' menciptakan aturan sosial dalam ranah ketidaksadaran manusia ---dalam alam pikiran manusia--- Dalam kebudayaan patriarki ---khususnya di Jepang---, 'tatanan simbolik' memperkuat dominasi laki-laki dalam masyarakat, sehingga peran perempuan semakin tersisih ke wilayah domestik. Politik, menjadi bidang yang diidentikkan dengan kekuasaan laki-laki, dan perempuan dianggap tidak pantas untuk turut berkontribusi di dalamnya. 'Tatanan simbolik' mengkonstruksi pola pikir masyarakat Jepang, sehingga mempengaruhi peran serta perempuan dalam kegiatan politik nasional Jepang.

This paper will deeply discuss the role of women in contemporary Japanese national politics using Lacan's 'symbolic order' as an analytical tool. According to Lacan, society is govern by a disconnected series of signs, roles, and rituals, which called the 'symbolic order'. This 'symbolic order' creates social construction in the human's unconscious state of mind. In patriarchal culture ---especially Japan---, 'symbolic order' strengthen the rule of man in society. Therefore, women's rule are gradually pushed into domestic side. Politics, is highly associated with men's authority, and women is considered not fit to contribute in politics. The 'symbolic order' reconstruct the Japanese society state of mind. Thus, it's greatly influence the role of women in contemporary Japanese national politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13655
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Vicky Ardian Amir
"Keadilan dan kesetaraan adalah impian setiap manusia, namun pada kenyataannya ada setengah penduduk dunia yang belum merasakannya, dalam hal ini perempuan. Melalui feminisme, perempuan mendobrak dominasi patriarkal yang ada. Perjuangan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh perempuan, sebab melalui pemikiran filsuf laki-laki seperti, John Stuart Mill, sebagai agen perubahan pada kesetaraan perempuan dengan jalan hak pilih dan Jacques Lacan dengan konsep tahapan pembentukan manusia agar perempuan keluar dari tatanan simbolik yang maskulin, serta Jacques Derrida dengan ?alat? dekonstruksi, membongkar tradisi maskulin dan menyuarakan feminitas dengan jalan tulisan. Juga melalui konsep subjek tiga filsuf ini, diharapkan tradisi patriarkis dapat terkikis.

Equality and justice is a dream for each and every human being, but in fact, half of the world population never feel it, in this case, women. Through feminism, women smashed the patriarchal domination that still exists. Actually, this fighting not only done by women, because through the thoughts of males philosopher like, John Stuart Mill as the agent of change in women equality with way of suffrage and Jacques Lacan with human figuration phases, in order to make women come out from the masculine?s symbolic order, as well as Jacques Derrida with deconstruction?s ?tool?, breaking the masculine?s tradition and give voice to femininity through the literature. Also through the concept of subject from these three male philosophers, it is hoped that patriarchies tradition could vanish."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S1387
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library