Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Anshori Saleh
Yogyakarta : IRCiSoD, 2003
303.48 IMA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: [publisher not identified], [date of publication not identified]
362.7 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Nur Rahmania
"Tawuran pelajar di DKI Jakarta memiliki dimensi kompleksitas
permasalahan yang menonjol. Fluktuasi frekuensi tawuran yang berubah dari
tahun ke tahun, variasi faktor penyebab dan pemicu tawuran pelaiar serla semakin
meningkatnya korban tawuran pelajar menyebabkan perlunya suatu pemahaman
yang lebih luas mengenai permasalalahan. Atas dasar hal tersebut maka
diperlukan suatu perencanaan sosial yang komprehensif dalam menanggulangi
sekaligus mengantisipasi perluasan gejalanya. Perencanaan sosial diharapkan
dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang aplikatif melalui pendedahan
berbagai faktor yang ditengarai sebagai penyebab dan pemicu masalah tawuran
pelajar.
Penelitian ini pada dasamya dapat diklasifikasikan sebagai action research.
yang berupaya untuk menjelaskan suatu fenomena sekaligus menawarkan
alternatif solusi. Har ini disebabkan karena tawuran pelajar merupakan
permasalahan yang bersifat kontemporer (berlangsung hingga kini). Untuk
mendapatkan pemahaman yang Iebih mendalam mengenai fenomena tawuran
pelajar maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah secondary analysis.
Dengan mempertimbangkan karakteristik masalah yang dibahas dimana sumber
masalah bukan hanya satu dan masing-masing memiliki kontribusi meskipun
dalam derajat yang berbeda. sehingga jalan terbaik untuk memperoleh solusi
adalah pemahaman yang mendalam mengenai problem tersabut. Oleh karena itu
pendekatan yang digunakan adaiah Theoritica/ Review. `
Berdasarkan hasil analisis terungkap bahwa diperlukan cara pandang yang
bersifat sistemik dalam memahami masalah tawuran pelajar. Berbagai faktor
saling berhubungan dalam membentuk permasalahan tawuran pelajar.
Pengkategorian sosial sekolah yang terjadi dalam sistem pendidikan berimbas
pada interaksi yang terjadi di Iuar tembok sekoiah antara satu sekolah dengan
sekolah lain. Tata ruang kota sebagai setting terjadinya interaksi memberi warna pada bentuk dinamika yang terjadi dalam interaksi tersebut. Sebagai kelompok
usia yang memiliki tugas perkembangan yang berkaitan dengan modus ekslstensi
pribadi, kondisi-kondisi diatas tidak mendukung daya adaptasi sistem biologisnya
terhadap sistem perilaku. Akibatnya dalam pemilihan cara untuk mencapai
tujuannya, terdapat sekelompok pelajar yang cenderung menggunakan cara-cara
kekerasan sebagai bentuk resistensi eksistensinya
Masalah utama yang dapat diidentifikasi adalah adanya ketegangan
struktural dan setting lingkungan fisik yang kurang kondusif yang mengakibatkan
rasa tidak aman bagi sebagian pelajar sehingga mendorong timbulnya kondisi
yang mengarah pada tindakan koleklif yang bersifat agresif. Dengan demikian
maka tujuan dari perencanaan sosial penanganan tawuran pelajar adalan
mengendalikan faktor-faktor yang ditengarai menjadi penyebab tercetusnya
tindakan tawuran pelajar
Berdasarkan analisis juga ditemukan bahwa kebijakan yang selama ini
diterapkan memiliki beberapa kelemahan antara Iain; kebijakan yang dirumuskan
dalam wilayah tindak geograris rnengaburkan batas tanggung jawab masing-
masing instansi, tidak adanya koordinsi dalam desain dan penganggaran program,
cara pandang yang cenderung melihat inti permasalahan pada diri siswa dan
kurangnya ? sense of crisis' dalam memandang permasalahan tersebut.
Tujuan penanganan masalah tersebut drfokuskan untuk menciptakan
kondisi yang mendukung rasa aman bagi pelajar untuk menjalankan status dan
perannya sehingga dapat menoapai goal (tujuan) yang diharapkan sesuai dengan
status dan perannya tersebut _ Fokus dari alternatif penanganan masalah adalah
mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan tarjadinya ketegangan struktural
dengan memprioritaskan faktor-faktor yang dapat dikontrol untuk program jangka
pendek. Antara lain mengendalikan kondisi yang menyediakan situasi yang dapat
memicu kontak iisik antar pelajar dan memutuskan tradisi permusuhan melalui
"counter" terhadap konstruksi realitas yang dibentuk dalam dinamika kerompok dan
sosialisasi permusuhan oleh alumni. Dalam jangka panjang structural constraint
yang mendukung kondisi kesenjangan serta penataan lingkungan fisik dan
penyediaan sarana aktualisasi siswa menjadi perhatian."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mereka berlari mengejar. Di tangan anda bambu dan juga gesper yang di putar-putar. malang , salah seorang yang di kejar sepatunya tersengkaut besi rel kereta yang agak menonjol keluar. Ia pun terjatuh....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"makasar sebagai salah satu kota di Indonesia bagian Timur merupakan daerah tujuan pelajar untuk menempuh pendidikan tinggi, tetapi konflik sosial antarmahasiswa berupa tawuran yang sering terjadi mencoreng citra pendidikan di makasar. maraknya tawuran antarmahasiswa mendorong dilakukannya penelitian tentang fenomena konflik antarmahasiswa, bagaimanakah konflik terjadi dan apa upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiatus Solikhah
"Perkelahian pelajar atau yang sering dl sebut tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan pelajar yang ada sejak tahun 70-an. Masalah tawuran sekarang ini telah berkembang menjadi iebih kompleks ditandai dengan peningkatan yang terjadi balk secara kualitas maupun kuantitas. Kegagalan program yang dilakukan selama ini disebabkan adanya fokus penanganan pada individu pelajar yang dianggap bermasalah karena terlibat tawuran. Melihat kenyataan di lapangan bahwa tawuran merupakan bentuk perilaku kelompok yang memiliki dinamika berbeda dengan perilaku individu. Berdasar asumsi diatas telah dilakukan penelitian lapangan yang dilakukan Winarini Mansoer (1998). Penelitian tersebut menjadi dasar bagi Kelompok Kerja (Pokja) Penanggulangan Tawuran Depdikbud untuk mengevaluasi dan mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tawuran. Untuk memberi gambaran komprehensif, penelitian ini akan melihat pelajar yang terlibat dan tidak terlibat tawuran. Bagaimana mereka memandang identitas sosialnya berkaitan dengan sekolahnya sebagai "Sekolah Tawuran ", alasan apa yang mendorong mereka terlibat atau tidak terlibat tawuran. Penelitian ini juga akan melihat bagaimana pelajar yang tidak terlibat tawuran dapat tetap menghindarkan dari keterlibatan dalam tawuran. Hasil ini diharapkan akan memberi masukan yang konkret untuk mengatasi tawuran berdasarkan pengalaman dari pelajar yang tidak terlibat tawuran.
Menurut Morse (1996), penelitian kualitatif dapat digabung pendekatan kuantitatif dengan melihat frekuensi subyek yang menjawab. Penelitian ini dilakukan dengan 40 subyek dari 4 SLTA yang pelajarnya memiliki tradisi tawuran, yaitu 3 SLTA yang ada di kawasan Budi Utomo dan 1 SMU yang merupakan "musuhnya". Teknik pengambilan sampling menggunakan Purposive Sampling dengan Incidental Sampling, sekolah dan subyek dipilih dengan kriiteria tertentu dan melihat ketermudahan subyek yang ditemui dan memenuhi kriteria. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah Wawancara Semi Terstruktur yang dilengkapi dengan observasi tidak terstruktur perilaku pelajar dalam Basis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pandangan stereotipe yang berkaitan dengan tawuran yang diakui pelajar yang terlibat dan tidak terlibat tawuran di sekolah-sekolah Boedoet. Hasil ini dipertegas dengan pandangan yang same pada sekolah "musuh". Hanya bedanya, pelajar yang terlibat tawuran menganggap stereotipe itu sebagai bagian dari keanggotaannya dalam sekolah Boedoet. Sedangkan pelajar yang tidak tawuran menganggap mereka berhak tidak ikut tawuran, walaupun mereka mengakui bagian dari sekolah yang memiliki Identitas sebagai "Sekolah Tawuran". Semua pelajar dalam penelitian ini mengakui adanya kecemasan adanya rasa aman yang terancam selama berangkat dan pulang sekolah. Untuk mendapatkan rasa aman tersebut, sebagian pelajar memilih ikut Basis dan sebagian dengan menghindari Basis. Alasan pelajar tergabung dalam Basis untuk mendapatkan rasa aman, rasa kebersamaan, rasa solidaritas ke teman, adanya keinginan menjaga dan meneruskan tradisi Basis, dan mencari teman. Alasan mereka terlibat tawuran adalah karena diserang "musuh", membela nama baik sekolah dan rasa solider dengan teman. Alasan pelajar tidak terlibat tawuran adalah adanya keyakinan pribadi yang kuat bahwa tawuran tidak baik, menyusahkan diri dan OT. Adanya pengalaman traumatis, kontrol dari orang tua, dan jarak rumah dekat dapat mendukung pelajar tetap tidak terlibat tawuran. Pelajar yang tidak tawuran intinya karena mereka menyakini tawuran sebagai sesuatu yang negatif dan mendorong mereka menghindari tawuran dengan berbagai strategi yang berbeda pada tiap pelajar disesuaikan dengan kondisi mereka saat itu. Beberapa kelompok sosial yang menjadi pendukung mereka adalah OT, OSIS, Rohis, teman bermain dan klub olah raga. Faktor lain yang mendukung pelajar terlibat atau tidak terlibat tawuran adalah ada tidaknya kegiatan pada jam rawan tawuran.
Studi ini sebaiknya dijadikan dasar untuk melakukan studi kuantitaif pada banyak pelajar yang tidak terlibat tawuran di sekolah yang pelajarnya memiliki tradisi tawuran. Sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan untuk pelajar yang tidak terlibat tawuran di sekolah-sekolah yang memiliki tradisi tawuran. Melihat kuatnya persepsi pelajar tentang rasa aman yang terancam selama perjalanan berangkat dan pulang sekolah, dan melihat kuatnya keyakinan pelajar yang tidak terlibat tawuran tentang efek negatif tawuran, perlu kiranya segera dilakukan pelatihan untuk megubah pemikiran kognitif pelajar yang tawuran. Melihat karakteristik pelajar yang dekat dengan Basis, alangkah baiknya kegiatan tersebut melibatkan Basis sebagai kelompok sosial pelajar. Untuk membantu program penanggulangan yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang motivasi keterlibatan alumni yang dari penelitian ini sangat berperan melestarikan tradisi tawuran di sekolah Budi Utomo. Dengan melibatkan mereka dan mengetahui proses dokrinasi yang dilakukannya, akan membantu untuk mengurangi dan mencegah tawuran. Mengingat makin kompleknya masalah tawuran, semua penanggulangan tawuran tidak akan berhasil tanpa kerjasama semua pihak yang terkait."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S2692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Budidarmawan Prasodjo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Zuraida
"Dalam disertasi ini penulis meneliti tentang tawuran antar pelajar SLTA di Jakarta yang dari tahun ke tahun terus menerus terjadi. Sudah banyak upaya penanggulangannya, namun mengapa masih banyak tawuran antar pelajar? Penulis tidak ingin meneliti ?mengapa terjadi tawuran?, karena sudah banyak penelitian tentang masalah itu. Di Jakarta Selatan, terdapat beberapa pelajar SLTA tertentu yang hampir setiap tahun terlibat dalam tawuran antar pelajar, namun ada pula suatu sekolah yang tadinya sering terlibat tawuran, dalam kurun waktu tertentu menjadi tidak tawuran lagi. Akan tetapi di sisi lain, ada sekolah yang awalnya tidak pernah tawuran, menjadi terlibat tawuran antar pelajar pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut ditengarai adanya permusuhan kolektif yang berbentuk laten berubah menjadi permusuhan yang sifatnya aktual, sehingga timbul tawuran antar pelajar.
Salah satu sekolah yang tingkat keterlibatan siswanya dalam tawuran adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri T (SMK N T) Jakarta Selatan, namun keadaan menjadi berubah pada tahun 2006, disebabkan banyaknya kegiatan sekolah yang membanggakan berakibat waktu luang berkurang dan melupakan tawuran. Sebaliknya pada Sekolah Menengah Atas Negeri C (SMA N C) Jakarta Selatan yang siswanya semula tidak tawuran, sejak tahun 2007 terlibat tawuran. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas disebabkan menurunnya aktifitas patroli oleh para guru, sehingga waktu luang bertambah dan timbul tawuran.
Analisis dan Pengujian yang telah dilakukan pada aspek Pengalaman Tawuran, kelompok pelajar SMK Negeri T mempunyai musuh yang jumlahnya lebih kecil dibanding kelompok pelajar SMA Negeri C. Dari hasil analisis pada aspek Tindakan Sekolah, kelompok SMK Negeri T membiasakan konsisten dalam penerapan tata tertib dan sanksi, sehingga para guru mempercayai siswanya untuk menghindar dari tawuran. Sedangkan pihak Sekolah kelompok SMA Negeri C mengetahui siswanya yang melakukan tawuran, maka dalam mengatasinya diperbanyak kegiatan sekolah seperti kesenian dan olahraga. Dari penjelasan tersebut, ada hubungan antara kegiatan sekolah dan guru sebagai bentuk pengendalian sosial siswa dengan keterlibatan siswa dalam tawuran antar pelajar.

In this dissertation the author examines the brawl between high school students in Jakarta that continually occur. There have been many efforts to overcome, but why is still a lot of fighting between students? The author does not want to investigate "why does brawl happen? because it has a lot of research on the matter. In South Jakarta, there are some specific high school students almost every year are involved in the brawl between students, but there is also a school which was often involved brawl, within a certain time becomes no longer brawl. But on the other hand, there are schools that initially was never brawl, became involved fighting between students in recent years. It is considered the collective hostility in the form of latent hostility turned into an actual character, so that the resulting brawl between students.
One of the schools that the level of involvement of students in the brawl is T Vocational High School (SMK NT) South Jakarta, but the situation changed in 2006, because of too many school activities that boast result in reduced free time and forgets the brawl. On the other hand C Senior High School (SMA NC) South Jakarta that students initially did not brawl, since 2007 involved in brawl. According to Deputy Head of the School of Public Relations patrols due to decreased activity by the teachers, so that their leisure times increases and the resulting brawl.
Analysis and Testing that has been done on this aspect Fighting Experience, a group of students SMK T has an enemy whose numbers are smaller than the group of high school students of State C. From the result of analysis on aspects of school actions, group SMK T familiarize consistent in the application of rules and sanctions, so that the teachers believe their students to avoid the clash. Meanwhile, the SMA Group C schools know their students who do brawl, then the reproduced overcome school activities such as arts and sports. From these explanations, there is a link between the activities of schools and teachers as a form of social control students with student involvement in the brawl between students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D2515
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Winarini Wilman D. Mansoer
"Penelitian ini mengkaji perkembangan tradisi tawuran antarkelompok antar siswa SMA di Jakarta, serta alasan siswa terlibat. Pendekatan psikologi sosial menggunakan teori identitas sosial (Hogg & Abrams, 1988) dan teori peningkatan reputasi (misalnya Emler & Reicher, 1995) wa. digunakan. Teori identitas sosial menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran dilihat dari proses identifikasi sosial dengan sekolah dan kelompok teman sebaya, serta konflik antarkelompok dalam kaitannya dengan stereotip dan prasangka antar kelompok. Teori peningkatan reputasi menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran tidak berhubungan dengan manajemen reputasi dalam kelompok. Teori-teori Barat ini diterapkan pada konteks sosio-kultural dan geografis Jakarta tertentu, sehingga terdapat beberapa keterbatasan dan penjelasan tambahan mengenai permasalahan terkait dengan konteks tersebut. Studi ini mengkaji bagaimana identitas sosial dan manajemen reputasi individu sebenarnya dibingkai di dalam sekolah dan dalam kelompok teman sebaya (Basic) yang menjadi wahana kontak dan konflik antarkelompok, termasuk Investigasi terhadap pengaruh-pengaruh tersebut dalam insiden tawuran tertentu. Hasilnya ditunjukkan dengan konteks sekolah, kategorisasi sosial sekolah. sekolah tawuran mempengaruhi stereotipe siswa terhadap sekolah lain yang berkategori baik. sekolah musuh atau sekolah sekutu. Hal ini menimbulkan prasangka bahwa mereka selalu diancam oleh musuh-musuhnya setiap kali diet melakukan kontak dengan mereka saat bepergian Ke dan dari sekolah. Oleh karena itu, untuk menangani situasi ini siswa di sekolah tawuran dibentuk berdasarkan kerumunan (dasar) di jalur bus mereka.

This study examined the development of the tradition of intergroup fighting between high school students in Jakarta, and the reasons why students became involved. Social psychological approach using social identity theory (Hogg & Abrams, 1988) and reputation enhancement theory (e.g., Emler & Reicher, 1995) wa. used. Social identity theory explains student involvement in tawuran ill term of the proces of social identification with the school and peer groups, and Intergroup conflict in relation to stereotyping and prejudice between groups. Reputation enhancement theory explains student involvement in tawuran ill association with reputation management within the group. These Western theories were applied to a specific socio-cultural and geographical context of Jakarta, thus there were some limitations and additional explanation of the problem in relation to the context. This study examined how the individual's social identity and reputation management is actually framed within the school and in the rival peer crowds (Basic ) that are the vehicles for intergroup contact and conflict, including Investigation of these influences in specific tawuran incidents. The results indicated with the school context, the social categorisation of schools. tawuran schools influenced student stereotyping towards other schools that were categorised either. enemy schools or ally schools. This led to prejudice that they were always threatened by their enemies whenever diet had contacts with them when travelling To and from school Thus, in order to handle this situation in students in tawuran schools formed over crowds (basic) base on their bus routes.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>