Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyanto Rustadi
Abstrak :
Maraknya penyalahgunaan faktur pajak saat ini merupakan indikasi lemahnya administrasi perpajakan di Indonesia. Penyalahgunaan faktur pajak (Faktur Pajak Fiktif) hanya dapat dideteksi setelah kerugian terjadi, hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika administratur perpajakan dapat mendeteksinya sejak awal. Peningkatan pengawasan sejak awal atau sebelum kerusakan terjadi menurut Goran Normann dapat dilakukan sejak Wajib Pajak melakukan pendaftaran (registration). Di Indonesia hal ini telah dilakukan dengan cara verifikasi lapangan dalam prosedur pemberian atau registrasi Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), tetapi dilakukan dan diadministrasikan secara lokal oleh masing-masing kantor pelayanan pajak. Secara nasional tidak ada kontrol lebih lanjut, padahal dalam beberapa kasus kelompok pengusaha nakal hanya dapat diketahui di tingkat nasional bukan lokal. Penentuan tingkat resiko terhadap Wajib Pajak nakal dapat dilakukan sejak awal (pro-active activity) yaitu mulai dari saat Wajib Pajak melakukan pendaftaran dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu yang sangat sederhana. Saat ini seluruh SPT Masa PPN yang menunjukan lebih bayar dan memohon restitusi diperiksa lebih dahulu sebelum dilakukan assessment. Pemeriksaan terhadap seluruh SPT tersebut merupakan pemborosan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, karena belum tentu SPT yang menyatakan lebih bayar dan memohon restitusi merupakan SPT yang beresiko tinggi (high risk) terhadap fraud. Terlebih lagi, kebijakan tersebut telah menimbulkan beban berat baik bagi fiskus dalam menghadapi besarnya beban pemeriksaan maupun bagi PKP dengan terhambatnya cash inflow dana restitusi sebagai salah satu modal kerja. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah terbukti bahwa kebijakan tersebut tidak secara efektif dapat mengurangi tingkat penyelundupan pajak yang tetap marak terjadi. Untuk mengurangi beban pemeriksaan dan terhambatnya cash inflow, maka khusus terhadap WP dengan kriteria tertentu (WP Patuh), atas SPT Masa PPN lebih bayar restitusi yang disampaikannya, Direktur Jenderal Pajak sesuai pasal 17C Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dapat melakukan pembayaran pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tertentu. Dalam prakteknya jumlah WP patuh yang ada masih sangat terbatas sehingga hanya sedikit beban pemeriksaan yang dapat dikurangi dibandingkan dengan jumlah beban pemeriksaan yang ada. Kendalanya terletak pada kesulitan memenuhi syarat kriteria WP Patuh khususnya bagi WP yang laporan keuangannya tidak diaudit serta adanya sanksi administrasi 100 % dibalik fasilitas ini bila ternyata restitusi timbul tidak sesuai dengan aturan. Metode penelitian yang digunakan dalam thesis ini adalah metode deskriptif analisis, dengan menganalisis kondisi saat ini di DJP dan membandingkannya dengan model lain yang telah berjalan. Dilanjutkan dengan melakukan studi kepustakaan, mempelajari peraturan perpajakan dan laporan. Dari hasil analisis penelitian, prosedural pengukuhan PKP belum berjalan sesuai dengan prosedural pengukuhan PKP di negara benchmark. Hal ini berakibat pada tidak terdeteksinya peluang-peluang terjadinya penyelundupan PPN. Sesungguhnya sejak awal pengukuhan PKP DJP sudah harus dapat menganalisis tingkat kemampuan calon PKP'dalam menjalankan kewajiban sebagai PKP sehingga kemungkinan pelanggaran PPN dapat lebih diawasi. Dari hasil penelitian juga diperoleh kesimpulan bahwa proses pemilihan SPT PPN untuk diperiksa berjalan tidak terarah. Hal ini justru mengakibatkan pengawasan penerimaan Negara menjadi tidak terkoordinir dengan baik. Semestinya tidak semua SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar diperiksa terlebih dahulu. Dengan penentuan resiko (risk assessment) yang tepat, pemeriksaan terhadap seluruh SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar dapat dihindari. Dengan begitu sumber daya yang ada dapat dihemat dan dapat dialihkan untuk konsentrasi ke fungsi pengawasan yang lain. Sebagai basil analisis perbandingan prosedur pemilihan SPT PPN yang akan diperiksa antara DJP dengan negara yang dijadikan Benchmark (Kanada) penulis menyusnn model pemilihan SPT PPN yang akan diperiksa dengan memperhatikan arah modernisasi administrasi pelayanan pajak yang sedang dijalankan oleh DJP. Model yang penulis uraikan ini diharapkan dapat menjadi masukan guna perbaikan yang lebih baik.
Recent misuse of tax invoice in the country indicate the weaknesses of tax administration it self. The misuse of tax invoice (fake tax invoice) can only be detected when amount of loss has happened, it actually could be avoided if the tax officers can detected from the beginning of the registration. Tax evaluation can be done since the beginning of registration way before the damage is done, referring to Goran Normann tax evaluation can be done as early as the tax payers registering them self for tax payers numbers. We have adopted it in Indonesia, by doing on field verification for the procedure of giving or registering tax payer number for VAT (NPPKP), it is being done and administrated locally by each tax office. Nationally there is no further controlled for these matters, in addition to that for some cases groups of bad businessman can only be detected nationally not locally. Determining the risk level for the bad tax payers can be done from the beginning (pro-active activity) and that is being done since the tax payers registered them self by putting them into certain simple criteria. Nowadays all the tax returns for VAT that figures excess in their payment for VAT and applying for tax refund has to undergo the audit before the refund can be paid. The audit that is being done for all the tax return is a waste of human resource and other resources as well, because not all the tax returns that figures excess in payment for VAT tax and applying for tax refund contain high risk to fraud. More over, this procedure has become burden for both tax officers and tax payers, officers has to deal with so many audits and tax payers will face cash inflow problem as tax refund is one of working capital for their company. Other things that should be put in to consideration are that audit does not effectively reduce the number of tax evasion which widely practices in the business. In reducing the burden of audit for officers and cash inflow problem for tax payers, the obliged tax payers (WP Patuh) on certain criteria that claims excess for their tax returns for VAT and applied tax refund, Director General of Taxes referring to phase 17C UU KUP, can initialised payment on the excess reported in the tax returns without undergoing audit for the obliged tax payers on certain criteria. In fact the number of obliged tax payers is very limited compared to all tax payers registered, due to this factor the amount of audit work load is not lessen in significant amount. The real obstacle for this procedure is fulfilling the requirement to become obliged tax payers, especially for the tax payers which its financial report has not been audited; in addition there is 100% administration sanction under this facility if tax refund proved not according by law. The research methods used in this thesis is descriptive analyses which analysed recent condition in DGT compared to other on going model. Followed by literacy research, examine rule of conduct on taxation and tax payer reports. From the research analysis, the procedure in attaining tax payers VAT numbers has not been the same as the procedure in benchmark country. Frauds in VAT are the consequences as a result for these matters. From the beginning of the registration on VAT tax number, DGT must have analysed the capability of the tax payers to fulfil their duty as a VAT tax payers in order to lessen the probability of tax frauds and it is easier for DGT to control. From result of research we can also conclude that the sorting of VAT tax returns to be audited is not in the right direction. This matters resulted in national income is not most favourable condition and harder to coordinates. Ideally not all VAT tax returns which claim excess shall be audited upfront. By determining the right risk assessment, the audit procedure for all VAT tax returns excess in payment can be avoided. By doing so, we can efficiently use human resources in DGT and we can concentrate more on other controlling aspect. As a result to this analyses in association on VAT tax returns in Indonesia and the benchmark country (Canada) in selecting VAT tax returns, the writer compile selection of VAT tax return models which are going to be audited, in accordance to modernized tax service administration direction DGT has undergone. The writer hopes this model can give contribution in modernizing tax office.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venantius Budi Jatmiko
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam memilih sumber pendanaan, perusahaan memiliki dua opsi utama yaitu utang dan ekuitas. Dengan mempertimbangkan aspek pajak penghasilan maka penggunaan utang lebih disukai. Hal ini karena biaya utang, yaitu bunga bersifat deductible dalam penghitungan pajak penghasilan. Sedangkan biaya ekuitas yaitu deviden bersifat nondeductible. Penelitian ini membahas dampak pemberlakuan thin capitalization rule, yang membatasi deductibility bunga pinjaman melalui pembatasan debt equity ratio, terhadap pilihan struktur modal perusahaan. Menggunakan data SPT Tahunan PPh Badan, dan regresi data panel dengan individual fix effect hasil analisis menunjukkan bahwa pemberlakuan aturan ini direspon perusahaan dengan menurunkan rasio utang terhadap total kapital. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa perusahaan menurunkan utang eksternal/ utang pihak ketiga namun meningkatkan utang kepada pihak berelasi/ related party debt.
ABSTRACT
Debt financing is more favorable than equity financing due to the deductibility of the interest while the dividend is nondeductible in corporate taxation. This paper analyzes the impact of the implementation of Thin Capitalization Rule, that limiting deductibility of the interest expense through limiting the debt to equity ratio, on the choice of capital structure of the company. Using corporate tax return data SPT and individual fixed effect panel data regression, the results show that the Thin Capitalization Rule reduces the use of debt in the capital structure. This study also show an indication that the enactment of this rule increase the use of related party debt in the capital structure.
2018
T49977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Putra
Abstrak :
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mendorong masyarakat untuk menggunakan layanan online. Salah satu layanan tersebut adalah e-filing dan e-form dalan DJP Online, yang memungkinkan Wajib Pajak untuk melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui internet. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan SPT tahunan orang pribadi di provinsi Jakarta. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sikap terhadap sistem perpajakan elektronik, kemampuan penggunaan teknologi, pengaruh grup, kepercayaan kepada pemerintah, pengetahuan perpajakan, dan penegakan hukum. Penelitian ini menggunakan metode gabungan Sample penelitian ini merupakan 407 Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Jakarta. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner online berupa likert-item dan pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap sistem perpajakan elektronik, kemampuan penggunaan teknologi, kepercayaan kepada pemerintah, pengetahuan perpajakan, dan penegakan hukum merupakan determinan positif yang signifikan. Di sisi lain, pengaruh grup merupakan faktor negatif yang tidak signifikan. Penelitian ini juga menangkap beberapa permasalah terkait dengan kualitas sistem, sumber daya manusia, dan kebijakan yang tidak adil. DJP perlu untuk mengembangkan sistem informasi yang lebih baik untuk Wajib Pajak dan pegawainya, melakukan evaluiasi kebijakan terkait denda dan Wajib Pajak non-efektif, dan melakukan kolaborasi dengan institusi lain untuk memanfaatkan data mereka. ......The Directorate General of Taxes (DGT) encourages citizens to use online services. One of the notable services is e-filing and e-form in DJP Online, allowing taxpayers to submit their annual tax returns over the internet. This study investigates factors that affect individual annual income tax return compliance in Jakarta province. These factors are attitude toward electronic tax system, technological self-efficacy, group influence, trust in the government, tax knowledge, and legal certainty. This study uses a mixed method. The sample size in this study is 407 individual taxpayers registered in tax offices that use DJP Online in Jakarta province. Data is collected using an online questionnaire containing Likert items and open questions. The study result shows that attitude toward electronic tax system, technological self-efficacy, trust in the government, tax knowledge, and legal certainty are the significant positive determinants. On the other side, group influence is an insignificant negative factor. This study also addresses several problems related to system quality, human resources, and unfairness policy. The DGT needs to develop a better system for taxpayers and internal employees, reevaluate policies related to fines and non-effective taxpayers, as well as collaborate with external entities to utilize their data.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Bertha
Abstrak :
Peranan pajak dalam penerimaan negara terus meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendanai pengeluaran negara yang setiap tahun terus bertambah. Dalam hal ini dibutuhkan dukungan berupa peningkatan kesadaran masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya secara jujur dan bertanggung jawab. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak tersebut, Direktorat Jenderal Pajak (DIP) melakukan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 memberikan wewenang kepada DJP untuk melakukan pemeriksaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menganalisis pengaruh pemeriksaan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kuantitatif. Pendekatan deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan kondisi objek penelitian apa adanya sesuai fakta di lapangan. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara perhitungan statistika untuk mengetahui hubungan atau pengaruh pemeriksaan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat kaitan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sebelum pemeriksaan dan setelah pemeriksaan. Atau dengan kata lain adanya pemeriksaan yang dilakukan merubah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT Tahunan. Bila ada kesalahan dalam kesimpulan ini, maka tingkat kesalahan tidak akan lebih dari 5%. 2. Pemeriksaan berkaitan dengan tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan, Derajat keeratan dihitung dengan memperoleh nilai C=0,46588, sedangkan nilai Croaks sebesar 0.7071, nilai C cukup dekat dengan nilai Croaks yang berarti proses pemeriksaan berkaitan cukup besar dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunannya. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh maka disarankan untuk meningkatkan frekuensi pemeriksaan karena dari 35 Wajib Pajak yang diambil sampel dalam penelitian ini ternyata dengan adanya pemeriksaan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampatkan SPT Tahunannya.
The role of taxation has been increased in supporting need of government's expenditures, which has been raised continuously. Therefore, awareness of Tax Payer should be increased in order to do their responsibility honestly. To rise up that awareness, Directorate General of Tax has built control system to watch the compliance of the taxpayer in doing the taxation regulation. Act number 611983 Concerning General Guidance and Taxation Mechanism, which has been changed in Act number 1612000, gives full authority for Directorate General of Tax to act as tax auditor. The aim of this research is to analysis influence tax audit to the increase of Tax Payer compliance in full filling their tax responsibility. The research uses a descriptive-quantitative method. Descriptive approach means exposing all conditions of research object based on real fact. Meanwhile, quantitative approach uses statistical calculation in order to know the relationship or influence of audit to Tax Payer compliance. Through the analysis, the result of this research is: 1. Audit may change the compliance of taxpayer especially related with the attitude of taxpayer in sending tax return. The conclusion contains no more than 5 % error risk. 2. Audit has close relationship with compliance rate in sending tax return. The relationship rate is C = 0.46588, and Cmax = 0.7071. Theses means that audit process has significant relationship with compliance rate of Tax Payer in sending tax return. Based on those conclusions, it is recommended for Directorate General of Tax to increase the audit more frequently.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Adelina Marthanelly
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan perilaku penerimaan wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi terhadap aplikasi e-SPT dalam melaporkan SPT di KPP Pratama wilayah Jakarta Pusat, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan penggunaan e-SPT dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut. Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM berbasis varians yaitu PLS-PM dengan sampel wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi di empat KPP Pratama di wilayah Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan aplikasi e-SPT oleh Wajib Pajak Badan secara urut adalah keinginan menggunakan aplikasi e-SPT yang dipengaruhi oleh faktor ekspektasi performa, pengaruh sosial, ekspektasi usaha, dan kepekaaan seseorang terhadap teknologi informasi, dan kondisi yang memfasilitasi penggunaan aplikasi e-SPT. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, faktor yang mempengaruhi penggunaan aplikasi e-SPT adalah keinginan menggunakan aplikasi e-SPT yang dipengaruhi oleh faktor ekspektasi performa. ......This study is conducted to describe the corporate taxpayer and individual taxpayer acceptance behavior of tax return by using e-SPT application in Jakarta Pusat Small Taxpayer Office Region. This research determines the factors that affecting the acceptance of e-SPT application and the how influencing they are. This research is examined by using PLS-PM that is SEM variance based. The research sample are the corporate taxpayer and individual taxpayer in four Small Taxpayer Office at Jakarta Pusat region. The results showed the influencing factors to use behavior of e-SPT application for the coporate taxpayer are behavioral intention that are affected by in order of greatest influence performance expectancy, social influence, effort expectancy, and personal innovativeness in information technology, and also the facilitating conditions of using e-SPT application. For individual taxpayer, the influencing factor to use behavior of e-SPT application is behavioral intention of e-SPT application that is affected by performance expectancy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonora Silvia Mura Toron
Abstrak :
Adanya perubahan kebijakan mengenai pengembalian pendahuluan kelebihanpembayaran pajak merupakan bentuk pemberian pelayanan bagi Wajib Pajak dimana Wajib Pajak akan mendapat pengembalian kelebihan pembayaran pajaktanpa harus melalui proses pemeriksaan yang lama. Metode penelitian yangdigunakan yaitu penelitian kualitatif dengan desain deskriptif Data kualitatif diperoleh melalui studi literatur dan wawancara mendalam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dihasilkan kesimpulan bahwa kebijakan yangdikeluarkan oleh pemerintah dibuat untuk membantu pekerjaan pemeriksa dalam memeriksa SPT Lebih Bayar yang nominalnya tidak besar sehingga lebih fokusterhadap pemeriksaan yang memerlukan analisis yang mendalam dengan potensiyang besar pula namun pada kenyataannya menambah pekerjaan Account Representatif. ......The amendment in the regulation regarding the preliminary refund of overpaidtax is a form of service delivery for taxpayers where the taxpayer will obtain atax overpayment refund without a long tax audit process. The method used isdescriptive qualitative research design The qualitative data obtained through thestudy of literature and in depth interviews. Based on the research conducted then results in conclusion that the policy issued by the government created to assist taxofficers in checking the nominal of tax return with small amount overpaid tax sothey will be more focused on the tax audit which requires in depth analysis withbig potency as well but in fact increases the Account Representative's jobs.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanullang, Eska S.
Abstrak :
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan khususnya bagi wajib pajak orang pribadi sebagai kewajiban yang harus dijalankan dan ketentuannya telah diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Pelaporan SPT selama ini menimbulkan banyak permasalahan khususnya bagi wajib pajak orang pribadi yang telah berkeluarga (menikah) karena status pernikahan akan menentukan di dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP). Sesuai dengan perubahan format yang baru melalui dikeluarkannya Peraturan Direkur Jenderal Pajak PER-19/PJ/2014 yang mewajibkan pengisian status kewajiban perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi khusunya yang telah menikah maka hal tersbut akan menimbulkan implikasi perpajakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dan wawancara mendalam. Implikasi yang timbul adalah kurang bayar maupun lebih bayar dalam pelaporan SPT PPh OP.
Reporting tax return for individual tax payers as an obligation that must be carried out which provisions have been set in accordance with the provisions of the existing legislation. Reporting SPT, has brought many problems, especially for individual taxpayers who have a family (married) because of marital status will determine in reporting personal income tax (SPT individual income tax). In accordance with the new format changes through the enactment of the DGT (Directorate General of Taxation) Regulation PER-19/PJ/2014 which requires the charging status of tax obligations for an individual taxpayer who has been married especially then it will lead to some tax implications. This study aims to analyze the implications of changes in the tax return for individual tax payers. This study used a qualitative approach. Data collection techniques done with literature studies and in-depth interviews. The implication that arises is underpayment or overpayment of the reporting individual income tax returns.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Alisah Atmarani
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sifat inovasi relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability terhadap keputusan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pekalongan dalam menggunakan e-filing. Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner secara manual dan online, dan berhasil mendapatkan 219 responden. Metode pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dan cross section analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relative advantage, trialability, dan observability, berpengaruh positif terhadap keputusan penggunaan e-filing. Sementara itu, compatibility dan complexity tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penggunaan e-filing. ......The purpose of this research is to analyze the influence of the attributes of innovation relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability on the decision of individual taxpayers registered in KPP Pratama Pekalongan in using e filing. This study was conducted by distributing questionnaires in manual and online forms, and managed to get 219 respondents. Hypothesis testing method is done by using multiple regression and cross section analysis. The results showed that relative advantage, trialability, and observability, significantly influence the decision of e filing usage. Meanwhile, compatibility and complexity have no influence on the decision of e filing usage.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seth Hosea
Abstrak :
Dalam proses administrasi pajak terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak dan fiskus Contoh transaksi yang menimbulkan biaya tersebut adalah proses pengembalian kelebihan bayar pajak dalam hal status utang pajak adalah Lebih Bayar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis biaya pajak yang timbul apabila kebijakan pilihan disumbangkan ke kas negara dimunculkan kembali untuk status pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Lebih Bayar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian post-positivisme dengan metode kualitatif dilengkapi teknik pengumpulan data berupa studi literatur dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa compliance costs, yang terdiri dari direct money costs, time costs, dan psychological costs yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dapat berkurang. Disisi lain, administrative costs yang terdiri dari structural costs dapat berkurang. Namun, incidental costs yang dikeluarkan oleh otoritas pajak bersifat fleksibel. Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan penambahan opsi pada Pasal 17B UU KUP untuk pengecualian pemeriksaan dalam hal kasus WP OP yang Lebih Bayar tidak lebih dari batasan jumlah tertentu. ......In the tax administration process, some costs must be incurred by the taxpayer and the tax authorities. An example of a transaction that generates these costs is returning tax overpaid if the tax debt status is overpaid. The purpose of this study is to analyze the cost of taxation that arise if the option of donating to the state is raised again for the reporting status of Overpaid Individual Taxpayers. This study uses a post-positivism research approach with qualitative methods equipped with data collection techniques in the form of literature studies and in-depth interviews. The results of this study indicate that compliance costs, which consist of direct money costs, time costs, and psychological costs incurred by taxpayers can be reduced. On the other hand, administrative costs, which consist of structural costs, can be reduced. However, incidental costs incurred by the tax authorities are flexible. The Directorate General of Taxes can add options to Article 17B of the KUP Law for inspection exceptions in the case of overpaid WP OP not exceeding a certain amount.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Rizky Ananditya
Abstrak :
Rendahnya tingkat kepatuhan pajak di Indonesia yang dapat dilihat dari tax ratio, menjadi masalah yang harus diatasi oleh pemerintah. Di tahun 2020, pemerintah Indonesia melalui DJP menggagas dan menerapkan kebijakan pre-populated tax return dalam pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. Skripsi ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana evaluasi dari penerapan kebijakan ini melalui tiga kriteria, yaitu tungkat kepatuhan, beban Wajib Pajak, dan efisiensi dengan menggunakan site penelitian yaitu KPP Wajib Pajak Besar Tiga. Selain itu, skripsi ini juga ditujukan untuk mengetahui penerapan kebijakan pre-populated tax return di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara mendalam. Hasil evaluasi di KPP Wajib Pajak Besar Tiga dapat memperlihatkan kebijakan ini dapat memberikan manfaat terhadap tingkat kepatuhan pajak, dapat meringankan beban Wajib Pajak, dan dapat memberikan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan KPP Wajib Pajak Besar Tiga. Jika dibandingkan dengan penerapannya di negara lain, masih terdapat banyak kekurangan yang harus diatasi oleh Indonesia melalui DJP agar penerapan kebijakan ini dapat berjalan dengan lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat dengan maksimal. ......The low level of tax compliance in Indonesia that can be seen the tax ratio is a problem that must be overcome by the government. In 2020, Indonesian government through the Directorate General of Taxes (DGT) initiates and implements pre-populated tax return policies for Value Added Tax return. This thesis is intended to find out how the evaluation results from the implementation of this policy through three criteria, namely the level of compliance, the burden of the taxpayer, and efficiency by using LTO 3 as the research site. In addition, this thesis is also intended to determine the implementation of the pre-populated tax return policy in Indonesia when compared to other countries. This study used a qualitative approach, data collection through literature studies and in-depth interviews. The results of the evaluation at LTO 3 can show that this policy can provide benefits to the level of tax compliance, can ease the burden of the Taxpayer, and can provide efficiency to the costs incurred by LTO 3. When compared with its implementation in other countries, there are still many shortcomings that must be overcome by the Indonesian government through the DGT so that the implementation of this policy can run better and can provide maximum benefits.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>