Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuda Rizky
"Safety Driving merupakan bagian dari budaya keselamatan jalan (road safety culture) yang melihat bagaimana perilaku aman (safety behavior) seseorang dalam mengemudi. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah given factor yang berasal dari individu (human), sedangkan factor eksternal berasal dari lingkungan di luar individu. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dapat diidentifikasi lebih lanjut sehingga kita dapat mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving).
PT. "X" merupakan salah satu perusahaan taksi swasta terbesar di Indonesia, yang bergerak di bidang pelayanan jasa transportasi darat dan telah memiliki banyak pool yang tersebar di beberapa wilayah, salah satunya di pool "Y", sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya khususnya para pengemudi. Banyaknya jumlah pengemudi yang dipekerjakan oleh perusahaan sebanding dengan jumlah kendaraan yang digunakan untuk mendukung operasional kegiatan perusahaan. Interaksi antara kedua komponen tersebut merupakan risiko keselamatan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat kegiatan operasional dijalankan.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi taksi di PT. "X" pool "Y" berada pada kategori baik. Artinya bahwa sebagian besar dari jumlah pengemudi telah memilki kesadaran untuk berperilaku aman dalam berkendara. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi taksi di PT. "X" pool "Y", yaitu tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, dan keikutsertaan diklat (pendidikan dan pelatihan) safety driving.

Safety driving is part of road/street safety culture (road safety culture) what sees how safe behavior (safety behavior) someone in driving. There are two factors relating to safety behavior (driving), that is internal factor and external factor. Internal factor is given factor is coming from individual (human), while external factor comes from area of outside individual. Internal and external factors can be identified furthermore so that we can know about factors any kind of relating to safety behavior (driving).
PT. "X" be one of the biggest private sector taxi company in Indonesia, which active in transportation service activities of land and has owned many pool which spread over in some regions, one of them is in pool " Y", hardly pays attention to safety and health of its (the employee) is especially the drivers. The many driver amounts employed by proportional company with number of vehicles applied to support company activity operational. Interaction between both the components is safety risk faced by company at the time of operational activity is implemented.
In general research result done indicates that safety behavior (driving) at taxi driver in PT. "X" pool "Y" stays at good category. It`s mean that most of driver amounts have owned awareness for safety behavior (driving). Beside that, the result of research also indicates that there are some factors relating to safety behavior (diving) at taxi driver in PT. "X" pool "Y", that is level of education, experience of working, and taking part in education and training of safety driving."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvidya Rachma Dewi
"Latar belakang: Gangguan kognitif memiliki prevalens yang tinggi pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan dapat menunjukkan hambatan kognitif di berbagai aspek, termasuk waktu reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan waktu reaksi pada kelompok pengemudi taksi PT “X” di Jakarta yang PPOK dan bukan PPOK.
Metode: Total 99 orang pengemudi taksi PT “X” di Jakarta dilibatkan dalam penelitian potong lintang ini dan menjalani beberapa pemeriksaan. Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dasar, latar belakang pendidikan, faktor pekerjaan dan status merokok. Pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator dilakukan untuk menilai faal paru dan mendeteksi gangguan saluran napas. Versi Indonesia dari uji Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) digunakan untuk menilai adakah gangguan kognitif pada subjek. Waktu reaksi subjek diukur dengan menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L-77 (Biro Konsultasi Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja, Yogyakarta, Indonesia).
Hasil: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah 9,47%, dengan 84,62% dari pengemudi taksi dengan PPOK memiliki gangguan kognitif. Hasil rerata waktu reaksi pada kelompok PPOK lebih lambat bila dibandingkan dengan kelompok bukan PPOK yaitu sebesar 252,18 milidetik dibandingkan dengan 202,73 milidetik.
Kesimpulan: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah sebesar 9,47%. Sebagian besar dari pengemudi taksi yang PPOK tersebut memiliki gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi waktu reaksi dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap performa mengemudi.

Background: Cognitive impairment is prevalent in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and is detrimental to work performance, including reaction time. This study investigates the comparison of reaction times between taxi drivers with COPD and without COPD.
Method: This cross-sectional study included 99 male taxi drivers of a taxi company in Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were questioned and examined to obtain their basic characteristics, educational backgrounds, occupational factors, and smoking status. Lung function tests were used to detect respiratory airway disorders. The Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test was used to determine cognitive impairment. The reaction times were measured using reaction timer Lakassidaya L-77 (The Occupational Health, Safety, and Work Productivity Consultative Bureau, Yogyakarta, Indonesia).
Result: The proportion of COPD was 9.47%, and 84.62% of which had cognitive impairment. The mean reaction time of the COPD group was slower than the non-COPD group (252.18 ms vs. 202.73 ms).
Conclusion: The proportion of taxi drivers with COPD in this study was 9.47%. Most of them had a cognitive impairment, which affected their reaction time and ultimately impaired their driving performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library