Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2005
616.995 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000
616.995 IND pe
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhair Amir Alkatiri
"Latar Belakang
Tuberkulosis masih menjadi epidemi global dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Meskipun keberhasilan pengobatan tuberkulosis telah meningkat, banyak pasien yang sembuh mengalami sequelae post-tuberkulosis, termasuk fibrosis paru, yang menyebabkan disabilitas dan menurunkan kualitas hidup. Sequelae ini berkontribusi besar terhadap beban kesehatan, dengan fibrosis menjadi komponen utama dalam perubahan jaringan paru post-tuberkulosis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi progresi fibrosis, termasuk peran status gizi. Metode
Metode penelitian adalah retrospektif dengan data sekunder berupa rekam medis, diambil pada bulan Januari 2024 sampai bulan Agustus 2024 di RSUP Persahabatan. Sampel berjumlah 62 subjek yang telah menyelesaikan pengobatan TBC paru di RSUP Persahabatan. Data yang diambil meliputi status gizi pasien, derajat keparahan fibrosis paru berdasarkan hasil radiologi, dan pola spirometri pasca infeksi tuberkulosis.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan usia rata-rata pasien dengan fibrosis minimal-ringan, sedang, dan berat masing-masing adalah 39,54 ± 15,23 tahun, 47,27 ± 20,09 tahun, dan 50,90 ± 12,95 tahun, dengan korelasi positif lemah antara usia dan keparahan fibrosis paru (r = 0,284, p = 0,025). Terdapat peningkatan signifikan dalam IMT sebelum dan sesudah pengobatan (p < 0,001), dengan kelompok minimal-ringan dan sedang memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan kelompok berat. Hanya 18% subjek memiliki data spirometri, di mana semua pasien dengan fibrosis derajat sedang menunjukkan pola restriksi, sedangkan pasien dengan fibrosis minimal-ringan memiliki spirometri normal.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pasien tuberkulosis yang menjalani terapi Obat Anti-Tuberkulosis (OAT), mengindikasikan perbaikan status gizi selama pengobatan. Meskipun demikian, tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan status gizi dan derajat keparahan fibrosis paru. Hasil spirometri terbatas menunjukkan bahwa subjek dengan fibrosis minimal-ringan cenderung memiliki fungsi paru yang lebih baik dibandingkan dengan subjek dengan fibrosis sedang.

Tuberculosis remains a global health issue with high morbidity and mortality rates. Despite successful treatment, many recovered patients still experience sequelae such as pulmonary fibrosis, which can lead to disability and reduced quality of life. This study aims to evaluate the relationship between nutritional status and the severity of pulmonary fibrosis in patients post-tuberculosis infection. The method used was retrospective with secondary data from medical records of 62 patients who had completed tuberculosis treatment at Persahabatan General Hospital between January and August 2024. Results showed a significant increase in Body Mass Index (BMI) before and after treatment (p < 0.001), indicating an improvement in nutritional status. However, no significant association was found between improved nutritional status and the severity of pulmonary fibrosis. Limited spirometry data showed that patients with minimal-mild fibrosis tended to have better lung function compared to patients with moderate fibrosis. This study highlights the importance of monitoring nutritional status in tuberculosis patients, although its impact on the severity of pulmonary fibrosis requires further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ie Thiong Hoo
"ABSTRAK
Pemeriksaan yang lazim dipakai untuk menentukan etiologi pleuritis exaudativa itu tidak memuaskan. Dengan cara pemeriksaan itu hanya pada sejumlah kecil penderita dapat dipastikan etiologi penyakitnya, sedang waktu yang diperlukan sering lama pula. Pada sejumlah penderita lain, kemungkinan yang paling besar saja yang dapat ditemukan. Adakalanya inipun tidak dapat dihasilkan.
Pleurititis exsudativa idiopathica sering sekali disebabkan oleh tuberkolosis. Disertasi ini mengkaji bagaimana eratnya hubungan pleuritis exsudativa dengna tuberkulosis di Indonesia.
"
1962
D140
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 2006
616.995 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azril Kimin
"ABSTRAK
Respons setiap Penderita TBC terhadap Isoniazid berbeda satu dengan yang lain Pada sebagian penderita proses metabolisme obat ini berlangsung cepat, dan pada sebagian penderita lama berlangsung lambat, perbedaan respons ini terutama disebabkan faktor keturunan. Perbedaan kecepatan metabolisme terhadap bangsa Indonesia telah diselidiki beberapa tahun lalu (1976) dibagian Farmakologi FKUI. Penelitian yang menggunakan urin individu-individu sebagai simple memperlihatkan adanya perbedaan proforsi fenotip aselitator pada suku Jawa, Sunda dan Minang. Penelitian ini dilakukan untuk melihatkan apakah perbedaan itu benar, dengan mengambil keluarga-keluarga sebagai objek penelitian, 15 keluarga dari masing-masing suku yang masih murni garis keturunannya ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukan, tidak ada perbedaan hasil yang signifikan dengan hasil percobaan terdahulu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan
"ABSTRAK
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis (Mtb). Sejak tahun 1993, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan kedaruratan global. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Model matematis kontrol epidemik TBC dengan Exogenous Reinfection sebagai permasalahan kontrol optimal yang diselesaikan dengan mentransformasikan ke dalam bentuk permasalahan pemrograman tak linear (nonlinier programming). Kontrol dalam penelitian ini adalah pengontrolan yang ditujukan untuk menekan terjadinya Exogenous Reinfection, bertujuan untuk meminimalkan jumlah individu TBC aktif (infectious ) melalui penerapan kontrol optimal. Simulasi pada tesis ini ditinjau dari dua keadaan R0 (Basic Reproduction Ratio) , dengan R0 > 1 untuk kasus terjadinya endemik dan R0 < 1 untuk kasus tidak terjadinya endemik.

ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis (Mtb) . In 1993, World Health Organization (WHO) declared Tuberculosis (TB) is a global emergency. Indonesia now is ranked fifth highest TB burden countries in the word. The mathematical epidemic model of TB control with Exogeneous Reinfectionthe as the optimal control problem is solved by transforming the problem into form nonlinier programming. Control of the research is aimed at controlling the pressure of Exogenous Reinfection, aiming to minimize the number of individuals with active TB through the application of optimal control. Simulation in this thesis are in terms of two states R0 (Basic Reproduction Ratio), with R0 > 1 for case accurrence of endemic and R0 < 1 for case no accurrence of endemic.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31681
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T58525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rojali
"Pengobatan yang tidak tuntas menyebabkah penyakit tidak akan sembuh, Masalah putus berohar tubedrulosis adalah suatu yang universal, pengobatan tuberkulosis relatif panjang, jika dibandingkan dengan penyakit infeksi lain. Penderila tubedrulosis bila tidak diobati dengan baik akan menyebabkan terjadinya kekebalan pada kesehatan dan dapat menularkan penyak.it pada orang lain.
Desain penelilian: Desain penelitian Kohort Retprospektif. Sampel sebanyak 652 orang pasien tuberkolosis yang Ielah menyelesaikan pengobatan tahun 2005 sd. 2006 di wilayah Suku Dinas Kesebatan Masyarakat Kota Jakarta timur. Sampel yang didapatkan 652 ornng dengan menggunakan random sampling yeng didapat dari kelompek tipe penderita baik penderita hero maupun penderita lama.
Hasil dan Diskusi: Ditemukan penderita tuberkulosis yang pernah berobat selama tahun 2005-2006 sebesar 24 orang (3,1!6%). Probabilitas kesehatan berobat pasien tuberkolosis adalah sebesar 99,69"/o (hari ke II), 99,38% {hari ke 60), 97,01 {hari ke 90), 96,19% {hari ke 190) dan 96,19% (hari ke 249). Pada analisis Cox regression PMO dan Yankes metupalam varibel indepent pada penderita tuberlrulosis yang PMO bemsal dari non keluarga memiliki resiko pntus berobat 11,75 kali lebih besar dibandingken pasien tubekolosis yang PMOnya hemsa1 dari keluarga (HR :ll,754 95% CI:3,'177-34,737). Demikian juga pasien tuberkulosis pada Runtah Sakit memHiki resiko putus herobat 2,4 kali lebih tinggi dihandingkan pasien tuberkolosis yang di Puskesmas (2,369 95% Cl : 1,011-5,547).
Kesimpulan dan saran: Faktor-fuktor yang berpengaruh terhadap survival kelanjutan berobat penderita tuberkulosis adalah Pengawas Minum Obat (PMO) dan Yankes dengan keseluruhan probabilitas survival kelanjutan berobat penderita tuberkulusis adalah 99,38% {hari ke 60 bari}, 97,01% (bari ke 90) dangan median probabilltas kesintasan oads hari ke 191· hari.

Treatment for T8 patients who are not complete will affect the disease will not recover.TB treatment not come to compliance is a universal and this condition base on TB drugs intake is needed few months (6 - 9 months), when to be comprised by other infectious diseases. The happening of impenetrability at germ (germ resistance) and can be contagious of disease at others, and it was affected by TB patients were not received a good case management including drugs management.
Research Design: Designing of research was Retrospective cohort Sampling was amounting 652 TB patients who have been done on treatment compliance by the year 2005 10 2006 at East Jakarta Health Region of Health Community of Sub Services. Number of sampling 652 people by using sampling random that getting from new case detection (new TB patients), and also old case detection (old TB patients).
Result and Discussion: Found by patient of tuberculosis broken medicines during year 2005-2006 equal to 24 people (3,86%). Probability survival of continuation medicines patient of tuberculosis is equal10 99,69% (day to 11), 97,38% (day10 60), 97,01(day 10 90),96,19% ( day10 190) and 96,19% (day 10 249). At analysis of Cox PMO regression and of health services represent indepent variable at patient of tuberculosis which is PMO come from non family have broken risk medicines 11,75 bigger limes compared 10 patient of tuberculosis which its this come from family (HR:11,754 95% Cl: 3,977-34,737). And so do 10 patient of tuberculosis at Hospital have broken risk medicines 2,4 higher times compared to patient of tuberculosis which in Health Center (2,369 95% Cl: 1,011-5,547).
Conclusion and Suggestions: Factors having an effect on to survival of continuation treatment of tuberculosis patients was supervisor of drugs intake (PMO) and Health Services with overall of probability survival of continuation treatment of tuberculosis patients was 99,38% (day to 60 day), 97,01% (day to 90) with probability median survival on 191 days after drugs intake. It will be suggersted that should be taken step for increasing quality of Health Services in strategy of DOTS which are: diagnoses, counceling (health education) to the TB patients and Supervisor of Drugs Intake (PMO).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>