Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinati Adrin
"ABSTRAK
The aim of this study was to determine the difference of oral hygiene and teeth caries in children with asthma bronchiale, age 3-6 years with several levels of frequency of asthma attack. Fifty children with asthma bronchiale were chosen from Pulmonology Clinic University of Indonesia RSCM. This study used Green and Vermillion to asses the oral hygiene and def-t index for measured caries. The frequency of asthma attack was the amount of attack of children using drugs per year. The sample was divided into 3 groups. The first group consists of children with asthma 2-6 attacks per year. Second group with 7-12 attacks per year and the third group more than 12 times per year. One way ANOVA test showed that the oral hygiene and def-t had significant differences between the three groups (p<0.001). Tukey test showed that oral hygiene had significant differences between the group I-II and I-III (p<0.001). In Tukey test for def-t showed there was a significant difference between the group I-II, I-III, II-III respectively (p<0.001). There was a strong correlation between oral hygiene and frequency of asthma attack (r=0.68), def-t and frequency of asthma attacks (r=0.75), and oral hygiene and caries (r=0.85)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Boedi Oetomo Roeslan
"Karies gigi dan kelainan periodontal merupakan penyakit yang paling utama di dalam rongga mulut. Di Indonesia, prevalensi kedua penyakit ini sangat tinggi (DEPKES RI, 1999). Walaupun frekuensi kelainan periodontal di Indonesia lebih tinggi daripada karies gigi, namun perhatian lebih dikhususkan pada karies gigi mengingat sifatnya yang tidak memungkinkan terjadi pembentulcan struktur gigi kembali bila sudah terbentuk kavitas.
Proses terjadinya karies gigi merupakan fenomena multifaktor yang bisa disederhanakan menjadi keseimbangan antara daya tahan gigi dan faktor kariogenik. Kedua faktor ini saling berinteraksi selama kehidupan seseorang. Walaupun penyebabnya rnultifaktor, namun dapat dikatakan bahwa pemicu terjadinya Ieries gigi adalah bakteri kariogenik Streptococcus mutans, terutama S. mutans serolipe c (Schachtele, 1990).
S. mutans mempunyai sistem enzim yang dapat mensintesis gluten dari sukrosa. Enzim yang berperan adalah glukosiltransferase (GTF) yang terdapat di dalam dinding selnya (Lehner, 1992). Glukan ikatan glikosidik a(1-3) yang disintesis oleh GTF, merupakan prekursor pembentuk plak gigi (Schachtele, 1990). Tidak semua plak gigi dapat menyebabkan karies gigi, namun plak gigi yang dibentuk oleh S. mutans merupakan pemicu terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, kemampuan memproduksi plak gigi merupakan virulensi S. mutans serotipe c dalam kaitannya sebagai penyebab karies gigi (Bowen, 1996).
Di dalam plak gigi, koloni S. mutans serotipe c akan memetabolisme sakar sederhana menjadi asam (Schachtele, 1990). Akibatnya pH plak gigi akan turun dan menyebabkan sebagian mineral di dalam email larut (Sundoro, 1991; Wolinsky, 1994). Awal proses terjadinya karies gigi melalui mekanisme yang terakhir ini. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penyebab awal terjadinya 1caries gigi adalah S. mutans serotipe c. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karies gigi merupakan penyakit infeksi.
Berbagai cara untuk mencegah karies gigi telah dilakukan, di antaranya dengan memperbaiki nutrisi, mengurangi konsumsi diet kariogenik, meningkatkan kebersihan mulut, atau pemberian fluor sistemik atau topikal. Penggunaan fluor dalam kandungan pasta gigi, tampaknya menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan insidensi karies gigi di negara industri (Bartthall dkk, 1996). Pencegahan secara perorangan juga sudah dilakukan, misalnya memakai pelapis fisura dengan bahan adhesif (Frencken & HoImgren, 1999; Zimmer: 2000). Namun semua itu belum memberikan hasil yang cukup berarti, terutama pada anak-anak di beberapa negara Asia termasuk Indonesia, bila dilihat bahwa prevalensi karies giginya masih cukup tinggi (Machida & Sekiguchi, 1997)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2001
D288
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
"Latar Belakang: Indonesia masih menghadapi masalah status gizi. Pertumbuhan gigi sulung dimulai sejak minggu ke lima kandungan. Oleh sebab itu, gizi ibu prenatal dan anak postnatal dapat mempengaruhi kesehatan gigi, termasuk karies gigi sulung.
Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi ibu periode prenatal dan status gizi balita dengan karies gigi sulung.
Metode: Desain potong lintang secara analitik observasional. Data status gizi ibu dan anak diambil melalui Buku KIA dan KMS. Data karies melalui pemeriksaan deft.
Hasil: Prevalensi ibu dengan gizi kurang periode prenatal 22,8 , 28,1 balita mengalami stunting, dan prevalensi karies gigi sulung 55,2 . Hubungan status gizi ibu periode prenatal dengan karies gigi sulung bermakna.

Background: Indonesia still face nutritional problem. Primary teeth growth start in fifth weeks of prenatal period. Thus, the prenatal nutritional status of mothers'and their child's can affect the tooth health, including primary teeth caries.
Objective: This study was analyzed the relationship between mother's nutritional status and their child of primary teeth caries.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The data about mother's nutritional status and their child's were taken from KIA and KMS. The data of caries were using deft assessment.
Result: The prevalence of mothers and children with poor nutritional status were 22.8 and 28.1 . Prenatal nutritional status of mother's has a relationship to children's primary teeth caries.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library