Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivi Nurul Shovia
Abstrak :
ABSTRAK
Pantai merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan. Garis pantai dianggap satu bentuk yang mengalami proses paling dinamis, dan abrasi serta akresi adalah proses yang berlangsung terus menerus terhadap garis pantai. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika abrasi dan akresi yang terjadi di pantai Teluk Banten dan hubungannya dengan faktor-faktor fisik daratan dan lautannya. Pengukuran abrasi dan akresi sangat penting sebagai pengetahuan terkini yang dapat mendukung tahapan awal dalam mitigasi bencana pesisir. Abrasi dan akresi didapatkan dengan overlay garis pantai tahun 1998 dengan 2014 hasil ekstrak dari peta RBI,citra Landsat OLI 8 dan citra resolusi tinggi Quickbird. Luas, laju, jarak perubahan, dan panjang garis pantai yang mengalami keduanya dianalisis berdasarkan segmen (segmen 1, 2, 3, dan 4). Variabel yang digunakan antara lain variabel fisik daratan yaitu topografi, geologi, penggunaan lahan, dan garis pantai, sedangkan variabel fisik lautan diantaranya gelombang, arus, pasang surut dan batimetri. Faktor daratan menjadi fokus analisis dalam penelitian ini tetapi tidak pula mengenyampingkan faktor-faktor dari lautan. Hasil penelitian menunjukan abrasi pantai Teluk Banten terjadi di desa Pamengkang sampai Terate dan desa Domas sampai Linduk dengan luas abrasi 259.36 Ha, laju 4.5 ? 41.8 m/thn, dan jarak abrasi 23 ? 628 m. Sedangkan akresi terjadi di desa Banten yaitu bagian Tengah Teluk dengan luas 26.24 Ha, laju 0.3 ? 11.4 m/th, dan jarak akresi 5-172 m. Dari hasil analisis didapatkan bahwa keseimbangan karakteristik fisik pantai (darat maupun laut) memberi pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya proses abrasi dan akresi di pantai Teluk Banten.
ABSTRACT
The beach is a transition area between land and sea. The coastline is considered one form of that experienced the most dynamic processes, abrasion and accretion is a process that continuesly to the coastline. This study wanted to find out how erosion and accretion that occurred in the Gulf coast of Banten and its relationship to physical factors land and oceans. In this study, abrasion and accretion seen through changes in the coastline in 1998 with 2014 extracted from Rupa Bumi Indonesia map, Landsat OLI 8 and high resolution Quickbird imagery. Abrasion and accretion is calculated based on the area, rate, distance changes, and long coastline experienced both and segmented analysis (segment 1, 2, 3 and 4). Variables used among other physical variables that land topography, geology, land use and coastline, while the physical variables such ocean waves, currents, and tides. Factors of land became the focus of analysis in this study, but does not also rule out the factors of the ocean. Physical factors mainland have a considerable influence on the amount of abrasion and accretion process. The results showed the gulf coast of Banten has been experiencing abrasion and accretion, where abrasion occurs in Pamengkang until Terate and Domas until Linduk but dominated in Domas until Linduk with 259.36 ha, the rate of 4.5 - 41.8 m / yr, and abrasion distance 23-628 m, While the accretion occurs in Banten, namely Central part of the Gulf with an area of 26.24 ha, the rate of 0.3 - 11.4 m / year, and the distance accretion 5-172 m. In the first segment is any part of the Western Gulf coastal reclamation. From result analysis, it was found that the balance of characteristic of coast have the great effect to process abrasion and accretion going on nicely in the coastal of Banten Gulf.
Universitas Indonesia, 2015
S61772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Farkan
Jakarta: Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2018
639.8 MOC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daud
Abstrak :
ABSTRAK
Padang lamun merupakan ekosistem yang penting karena perannya sebagai tempat berlangsungnya berbagai siklus nutrien, tempat mencari makan, dan berkembang biak berbagai macam biota laut. Peningkatan aktivitas manusia berupa aktivitas perikanan, reklamasi pantai, penambangan pasir, serta perkembangan industri dapat menyebabkan kondisi padang lamun terganggu. Maka dari itu, pemantauan jangka panjang terhadap kondisi lamun merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai langkah memahami hubungan antara kondisi padang lamun dengan peningkatan aktivitas manusia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan sebaran lamun di Teluk Banten serta hubungannya dengan aktivitas manusia menggunakan data Sentinel dan Landsat multi temporal dari tahun 2008 hingga 2018. Data Sentinel dan Landsat dikoreksi menggunakan metode depth invarianth index kemudian diklasifikasikanan menggunakan metode Maximum Likelihood dan uji akurasikan dengan data di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya pengurangan luasan lamun di Teluk Banten dari tahun 2008 sampai 2018 sebesar 74,28 ha akibat meningkatnya aktivitas manusia terutama pada sektor perikanan, penambangan pasir, reklamasi pantai, dan industri.
ABSTRACT
Seagrass meadows are important ecosystem due to their structural and functions role as a place for various nutrient cycles, feeding area, and breeding for a variety of marine species. Increased human activity in the form of increased fishery activities, sand mining, reclamation, and industry is reported causing disturbed seagrass condition. Therefore, spasio-temporal monitoring of the seagrass condition is important to understand the relationship between the seagrass condition and the stresses from human activity. This research was conducted to analyze the change of seagrass distribution in Banten Bay and its relation with human activity using multi temporal Landsat data from 2008 to 2018. Landsat data is processed using Depth Invariant Index method and classified using Maximum Likelihood with field data. The results of this study indicate a reduction of 74,28 ha seagrass area in the Banten Bay from 2008 to 2018 due to increased human activity that consist of increased fishery, sand mining, coastal reclamation, and industry.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Sherina Rizky
Abstrak :
Curah hujan di musim hujan berperan dalam mentransportasikan sampah, termasuk mikroplastik dari sungai ke laut. Peningkatan sampah, arus, dan peningkatan penduduk juga dapat memengaruhi kelimpahan mikroplastik. Mikroplastik di pesisir dapat menempel pada daun lamun. Daun lamun akan mengalami pertumbuhan, sehingga memungkinkan adanya perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kelimpahan mikroplastik pada daun Enhalus acoroides, air, dan sedimen di Pulau Lima, Teluk Banten pada musim hujan tahun 2020 dan 2021, serta menganalisis apakah ada perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun E. acoroides. Sampel daun diambil seluas 1 cm2 dari helaian daun, kemudian dikerik menggunakan cutter. Sampel air sebanyak 20 L diambil menggunakan plankton net. Sampel sedimen sebanyak 200 g dikeringkan menggunakan oven. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sampel daun lamun tahun 2020 sebesar 46,96±3,13 partikel/cm2, dan tahun 2021 sebesar 61,5±6,63 partikel/cm2. Sampel air tahun 2020 sebesar 130,66±14,19 partikel/L, sedangkan 2021 sebesar 162,22±7,82 partikel/L. Sampel sedimen tahun 2020 sebesar 12.066±4.017,6 partikel/Kg, sedangkan 2021 sebesar 17.354,67±2.341,95 partikel/Kg. Terdapat peningkatan kelimpahan mikroplastik pada semua sampel di Pulau Lima, Teluk Banten saat musim hujan tahun 2020 hingga 2021. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada jarak 20 cm dari pangkal daun sebanyak 36,7±7,8 partikel/cm2 lebih rendah daripada jarak 50 cm sebanyak 144,4±23,74 partikel/cm2. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun. ......Rainfall in the rainy season plays a role in transporting waste, including microplastics from rivers to the sea. Increased waste, currents, and population growth can also affect the abundance of microplastics. Microplastics on the coast are attached to seagrass leaves. Seagrass leaves experienced growth, thus allowing for differences in the abundance of microplastics along with the leaves. This study aims to analyze the comparison of the abundance of microplastics in Enhalus acoroides leaves, water, and sediment on Lima Island, Banten Bay in the rainy seasons of 2020 and 2021, and analyze whether there are differences in the abundance of microplastics along with E. acoroides leaves. The leaves were taken 1 cm2 from the leaf blade, then scraped using a cutter. The water (20 L) was taken using a plankton net. The sediment (200 g) was dried using an oven. The average abundance of microplastics in seagrass leaf samples in 2020 was 46.96±3.13 particles/cm2, while in 2021 was 61.5±6.63 particles/cm2. The water sample in 2020 was 130.66±14.19 particles/L, while in 2021 was 162.22±7.82 particles/L. The sediment sample in 2020 was 12,066±4,017.6 particles/Kg, while in 2021 was 17,354.67±2,341.95 particles/Kg. There was an increase in the abundance of microplastics in all samples on Lima Island, Banten Bay during the rainy season from 2020 to 2021. The average abundance of microplastics at a distance of 20 cm from the base of the leaf was 36.7±7.8 particles/cm2, lower than a distance of 50 cm at 144.4±23.74 particles/cm2. There were differences in the abundance of microplastics along with the seagrass leaves.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Perairan teluk Banten dalam beberapa tahun terakhir telah mendapat tekanan serius dari daratan dan perairan sekitarnya yaitu dengan meningkatnya aktivitas industri,kawasan pemukiman penduduk dan adanya penambangan pasir secara besar-besaran di dalam perairan Teluk.Penelitian tentang kualitas perairan Teluk Banten dan keramba jala apung di perairan Teluk Banten telah di lakukan pada bulan Juni 2005 (musim timur)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Effi Athfiyani Thaib
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Destila Bayu Intan
Abstrak :
[ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi spesies dan distribusi larva udang mantis di Teluk Banten selama bulan Oktober 2013--November 2013. Penelitian bertujuan untuk mengukur efektivitas aplikasi DNA barcoding dalam identifikasi larva udang mantis dan mempelajari pola distribusinya di Teluk Banten. Larva udang mantis sebanyak 138 individu dikoleksi dengan menggunakan jaring larva dengan besar mulut 30x30 cm2 dan besar jaring sebesar 500 μm dari 6 stasiun penelitian. Daerah COI sebagai penanda DNA barcoding efektif dapat digunakan untuk identifikasi larva udang mantis dengan variasi intraspesies sekuen COI berkisar antara 0,7--2,4%. Distribusi larva udang mantis berpusat di Stasiun 4 yang ditandai dengan tingginya kelimpahan larva udang mantis pada lokasi tersebut (P<0,005; ANOSIM). Ordinasi NMDS dan klusterisasi berdasarkan jarak Bray-Curtis menunjukkan distribusi larva udang mantis dipengaruhi oleh kondisi perairanTeluk Banten. Faktor lingkungan yang memengaruhi kelimpahan larva udang mantis adalah suhu, salinitas dan kecerahan dengan nilai R2 adjusted sebesar 94,5% (P<0,05). Distribusi, kelimpahan, dan komposisi larva udnag mantis di Teluk Banten juga dipengaruhi oleh pola perilaku larva (vertical migration) dan arah arus yang memengaruhi perairan Teluk Banten. Distribusi kelimpahan larva pada lokasi penelitian selama bulan Oktober--November 2013 bergerak kearah barat Teluk Banten.
ABSTRACT
Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10 minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to 2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten water.;Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10 minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to 2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten water.;Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10 minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to 2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten water., Planktonic larvae of stomatopoda were collected at six stations in Banten Bay from October 2013 to November 2013, aimed at assessing effectiveness of using COI gene for barcoding stomatopoda larvae and studying its distribution in Banten Bay. A total of 138 stomatopod larvae were obtained by deploying larval trap of 30x30 cm2 mouth diameters and 500 μm mesh size for approximately 10 minutes just beneath the surface. Five species of stomatopod successfully identified using COI gene as barcode marker. Variation of intraspecies for COI gene based on Kimura 2-Parameter (K2P) were found to be ranged from 0,7% to 2,4%. NMDS ordination and Bray-Curtis cluster shown that distribution of stomatopod larvae affected by hydrodynamic on Banten Bay. Larvae abundance at six stations in Banten Bay affected by temperature, salinity, and visibility with score of adjusted R2 is 94,5% (P<0,05). Distribution, abundance, and diversity of stomatopods larvae are affected by vertical migration and current on Teluk Banten water.]
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas epifiton daun lamun di padang lamun perairan Bojonegara, Teluk Banten pada bulan Mei dan Juni 2005. Pengambilan sampel lamun (Enhalus acoroides) dilakukan dengan metode purposive random sampling di 12 sub stasiun. Sampel plankton epifit diambil pada permukaan daun lamun dengan cara dikerok (scrapping method). Sampel plankton epifit diawetkan dalam formalin 10% dan dicacah dengan metode sub sampel. Fitoplankton epifit terdiri atas 5 kelas dengan kisaran kepadatan total 347--3901 plankter/cm2 dan didominasi oleh kelas Bacillariophyceae (Nitzschia sebesar 44,65%). Zooplankton epifit terdiri atas 8 kelas dengan kisaran kepadatan total 2--2789 individu/10 cm2 dan didominasi oleh Cilliophora. Kepadatan dan kesamaan marga fitoplankton dan zooplankton epifit lebih tinggi di bulan Juni daripada bulan Mei. Rerata nilai Indeks Diversitas fitoplankton epifit adalah 1,78 (Mei) dan 1,53 (Juni) sedangkan zooplankton epifit adalah 1,12 (Mei) dan 0,49 (Juni). Pola sebaran fitoplankton dan zooplankton epifit di kedua bulan mengelompok.
Universitas Indonesia, 2006
S31395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mugi Mulyono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library