Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Wiharja
"Kuningan yang merupakan paduan tembaga yang paling utama sering digunakan untuk pengerjaan panas maupun pengerjaan dingin. Kuningan untuk pengerjaan panas biasanya terdiri dari dua fasa yaitu fasa alpha dan fasa hew. Semakin linggi fasa beta mcmmjukkan sifat pengerjaan panasnya semakin baik sedangkan semakin linggi jaxa alpha menunjukkan sifat pengerjaan dingbmya semakin baik Pada penelitian ini di!akukan anil untuk melihat pengaruh waktu anil terhadap kekerasan dan frahf valum alpha pada 2 kadar aluminum yang berbeda. Dengan dilakukan proses anil akan meningkatkan fraksi volum alpha dan memmmkan kckerasan. Perhitungan Faksi volume dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E562-99."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Andre Setiawan
"ABSTRACT
Paduan memori bentuk berbasis tembaga adalah bahan alternatif untuk menggantikan paduan Ni-Ti komersial karena paduannya ekonomis dan mudah dibuat. Penggunaan paduan memori bentuk berbasis tembaga seperti paduan terner Cu-Zn-Al biasanya memiliki beberapa kendala seperti stabilisasi fase yang dapat dihindari dengan menggunakan metode pendinginan alternatif. Oleh karena itu, penelitian ini mempelajari efek metode pendinginan pada karakteristik martensit dan pemulihan regangan paduan Cu-28Zn-3.5Al (wt.%). Plat as-cast dihomogenisasi pada 850 oC selama 2 jam sebelum larutan diperlakukan pada 850 oC selama 30 menit diikuti dengan pendinginan menggunakan direct quench (DQ), up quench (UQ) dan metode step quench (SQ). Karakterisasi pada paduan dilakukan dengan menggunakan uji komposisi OES, pengamatan struktural menggunakan mikroskop optik dan SEM, analisis mikro EDS, uji XRD, uji kekerasan, uji DSC, dan uji tekuk untuk mengamati pemulihan regangan. As - cast dan as - homogenisasi terdiri dari α [A1] dan β [D03] fase biner dengan α [A1]: β [D03] rasio 46:54, bersama dengan kekerasan fase α [A1] dari 106.73 HV dan β [D03] kekerasan fase 195,82 HV. Perlakuan panas langsung (DQ) dan naik (UQ) menghasilkan β ′ [M18R] dengan jarak interlamelar 9,08 dan 6,08, masing-masing, sedangkan pendinginan langkah menghasilkan fasa β [D03] dan α [A1] dengan β [D03]: α [ A1] dari 94: 6. Kekerasan paduan pada pendinginan langsung, pendinginan naik dan pendinginan adalah 175,46 HV, 186,90 HV, dan 195,49 HV. Sedangkan regangan pemulihan quench langsung, quench dan step quench adalah 52,76, 58,4 dan 5,86%. Up quench memiliki suhu transformasi austenit dan martensit yang selesai dalam periode yang lebih pendek daripada pendinginan langsung yang karenanya mengakomodasi sifat memori bentuk yang lebih baik.

ABSTRACT
Copper-based form memory alloys are an alternative material to replace commercial Ni-Ti alloys because they are economical and easy to make. The use of copper-based form memory alloys such as the Cu-Zn-Al ternary alloy usually has several constraints such as phase stabilization which can be avoided by using alternative cooling methods. Therefore, this study studies the effects of the cooling method on the characteristics of martensite and strain recovery of Cu-28Zn-3.5Al alloys (wt.%). As-cast plates were homogenized at 850 oC for 2 hours before the solution was treated at 850 oC for 30 minutes followed by cooling using direct quench (DQ), up quench (UQ) and step quench (SQ) methods. Characterization of the alloy was carried out using the OES composition test, structural observations using optical microscopy and SEM, EDS micro analysis, XRD test, hardness test, DSC test, and buckling test to observe strain recovery. As-cast and as-homogenization consist of α [A1] and β [D03] binary phase with α [A1]: β [D03] ratio of 46:54, along with α [A1] phase hardness of 106.73 HV and β [D03 ] 195.82 HV phase hardness. Direct heat treatment (DQ) and rise (UQ) produce β ′ [M18R] with interlamatic distances of 9.08 and 6.08, respectively, whereas cooling steps produce phases β [D03] and α [A1] to β [D03] ]: α [A1] of 94: 6. Hardness of the alloy in direct cooling, rising cooling and cooling is 175.46 HV, 186.90 HV, and 195.49 HV. While the direct recovery quench strain, quench and step quench are 52.76, 58.4 and 5.86%. Up quench has austenitic and martensitic transformation temperatures that are completed in a shorter period than direct cooling which therefore accommodates better shape memory properties."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mealey, George A.
New Orleans: Frefort-McMoran Copper & Gold, 1999
622 MEA gt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"Proses pembersihan logam (metal cleaning) yang umum dilakukan biasanya menggunakan larutan dari jenis pelarut terklorinasi. Pelarut dari turunan senyawa yang mengandung klor atau senyawa halogen ini memiliki sifat yang dapat merusak lapisan ozon. Jenis pelarut lain yang memiliki sifat daya bersih yang baik dan tidak merusak lapisan ozon adalah pelarut berbasis hidrokarbon dan mengandung senyawa terpene, salah satu jenis dari pelarut ini adalah pelarut organik Non-ODS tipe D-721.
Penelitian ini akan menyelidiki dan menguji pengaruh pelarut organik tipe D-721. terhadap baja karbon rendah dan tembaga dengan memperhatikan struktur mikro dari bahan tersebut sebelum dan sesudah pengujian, perubahan berat, serta mengamati kekasaran permukaaan akibat proses pengikisan yang mungkin terjadi selama waktu pencelupan 1, 2, dan 3 jam yang dilakukan pada temperatur ruang tanpa proses pengadukan.
Berdasarkan penelitian ini, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada proses pembersihan logam dengan cara mencelupkan baja karbon JIS G-3141 dan tembaga JIS Cu-7204 ke dalam pelarut tipe D-721 dengan waktu celup 1, 2, dan 3 jam tidak terjadi proses pengikisan karena tidak dihasilkan perubahan berat sampel serta tidak berubahnya struktur mikro sebelum maupun sesudah pencelupan, dan dapat dikatakan bahwa pelarut yang digunakan dalam proses pembersihan ini yaitu pelarut tipe D-721 tidak reaktif atau tidak bereaksi terhadap baja karbon JIS G-3141 dan tembaga Cu-7204."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Santoso
"Besi Tuang Nodular (BTN) atau Ductile iron adalah salah satu dari jenis besi tuang yang memiliki grafit yang berbentuk bulat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanisnya, baik itu dengan metoda perlakuan panas menjadi ADI (Austempered Ductile Iron), maupun dengan dengan cara memasukkan unsur lain kedalam logam. Penulis mencoba meneliti untuk meningkatkan sifat mekanisnya dengan cara yang kedua, tctapi metoda yang dilakukan adalah dengan mengubah jumlah komposisi Mangan dan Tembaganya saja, sehingga biaya pembuatannya lebih murah. Sampel uji dalam penelitian ini diperoleh dengan memodifikasi kandungan Mangan 0,6% dan tembaga 0,4% pada komposisi kimia FCD 60. Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi kimia, uji mekanis (kekerasan, uji tarik, elongasi) dan uji struktur mikro. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kandungan 0, 7% Mn dan 0,4% Cu dapat meningkatkan sifat mekanisnya, hasilnya dapat mendekati sifat sifat mekanis AD! dengan mampu tarik 899N/mm2 dan kekerasannya 293 HB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhan Deliarto
"Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik memegang peran yang sangat penting. Transfer energi Iistrik dengan cara paling ekonomis dan andal dapal dilakukan dengan bantuan transformator. Oleh karena itu, keandalan transformator sangat perlu guna menunjang operasi sistem tenaga listrik.
Salah satu parameter keandalan transformator adalah rugi-rugi daya transformator. Rugi-rugi daya transformator secara umum dibagi dua yaitu rugi tembaga dan rugi besi. Rugi tembaga diakibalkan oleh tahanan kawat tembaga sedangkan rugi besi diakibatkan oleh inti transformaton.
Pengukuran rugi-rugi daya transformator konsensional adalah dengan cara menghubungkan transformator pada beban nol dan hubung singkat. Kesemuanya itu dilakukan dengan melepaskan seluruh beban transformator tersebut, kemudian diuji di laboratorium.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap energi yang masuk dan keluar transfo berbeban masing-masing dapat melalui kWh dan kVAr meter serta sebuah recorder. Dengan subtitusi persamaan energi masuk dan keluar trafo didapatkan persamaan rugi-rugi daya trafo terpasang. Dengan demikian tidak perlu lagi melepas beban dari trafo untuk meuguji rugi-rugi daya trafo.

The Transformers play the important role in Electrical Power System. The energy can be transferred economically and reliably by the help of Transformers. So, the reliability of transformers become so important in order to support the operation of Electrical Power System.
The main issue of transformer is its core losses. The power losses itself. is divided into two par, Core Losses and Copper Losses. Core losses is caused by the imperfect design of core-transformer and Copper losses caused by the wire resistance.
Conventionally, the power losses are measured by the methode of shert- circuit and open-circuit test. All of them is done in laboratory, and of course the transformer is unloaded.
This research analyzes the incoming and outgoing energy of Transformer and finds the equation of Core losses and copper losses of Loaded Tranformer. So, this equation can be used to find Core losses and Copper losses without dispatching load.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintha Defita Sari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S38573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Heryanto
"ABSTRAK
Tembaga pengerasan terdispersl' dengan alumina sebagai fase terdispersinya merupakan salah sam paduan yang rnenliliki sffat kestabilan yang rukup bail' pada temperalur ringgi. disampiug kelvectan, konrhdrlivitos listril: dan panasrrya yang cukup baik Paduan ini banyak digrmalcan svbqgai electrode gnu! welding, penyangga kumparan pada lampu pyar, serta beberapa a_p!iJ:asi lain ya»:_g beroperasi pada temperalur tinggi.
Pedal paneffzfan ini diterapiun prases mefaiurgi ser-buf dan akan diiihat szberapa jauh pengaruh dan kampaksi vakum dan relfarz-pancs-filo! pressing) terhadap berat jenfs, kekerasan dan kanfiulslivitas panas dari paduan lembaga pengerasan terdispersi.
Dari peneiirian diperoleh has# bahwa dengan adanya kondisi vabun pada pruses l:ompa1:si didapa! bakalan dengan berat jenis yang lebih tfnggi darf proses kompalsi biaso. Peningkatan Iekanan yang diberikan pada proses lrompalcsi dan prases tekar: panes menyefsabkan frfqadinya has!! optimum dari sxjbt-sifal bahan_ Dari bahan serelah prases tekan panas didapat bchwa bera! jenis oplimum, kekerasan opmnum dan lcandufdivitas panas optimum diperoleh afengan tekanan falcon-panes I0 kN

"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S41215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Puspito
"Pada saat ini perkembangan dibidang telekomumkasi dan listrik semakin berkembang pesat, yang mana perkembangan di bidang ini membutuhkan sektor pendukung yaitu industri kabel. Untuk itu dibutuhkan jenis kabel yang memiliki sifat mekaniss dan daya hanntar listrik yang memenuhi syarat.
Pada penelitian ini akan dzilakukan penarikan kawat dengan menggunakan kecepatan penarikan sebesar 10 cm/detik, 13 cm/detik, dan 17 cm/detik. Selain itu juga digunakan pelumas yang berbeda yaitu pelumas gemuk, oli, dan bimoli. Selelah proses penarikan dilakulan kondisi anil bebas regangan dengan temperatur 150°C. Kemudjan akan dilihat penraruh dari paramerer proses diatas terhadajp sifat mekanis, kondukifitas listrik dan pengamatan struktur mikro.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan nilai kekuatan tarik maksimumm terbesar dimiliki oleh penarikan kawat pada kecepatan penarikan 17 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu sebesar 38,4 kg/mm2. Nilai tegangan luluh terbesar diperoleh pada kecepalan penarikan 17 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu sebesar 31 kg/mm2. Nilai e1ongasi terbesar diperoleh pada kacepatan penarikan 10 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu sebesar 5,19 %. Sedangkan untuk nilai konduktifas listrik terbesar diperoleh pada kecepatan penarikan 17 cm/detik dengan pelumas gemuk yailu sebesar 99,11% IACS (InternationalAnnealed Cooper Standart)
Untuk kondisi anil bebas tegangan 150°C didapat nilai kekuatan tarik maksimum terbesar pada kecepatan penarikan 17 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu sebesar 23 kg/mm2.
Nilai elongasf terbesar daperoleh pada kecepatan penarikan 10 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu 14,6. Sedangkan untuk niai konduktifitas listrik terbesar diperoleh pada kecepatan penanrikan 17 cm/detik dengan pelumas gemuk yaitu sebesar 101,46 % IACS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Rahardjo
"Kegagalan proses produksi batang kawat tembaga di P.T. "x" sering terjadi, hal ini menyebabkan penurunan produksi hampir 4. 800 ton/tahun dari total produksi 60.000 ton/tahun. Untuk menganalisa swnber dari kegagalan produksi ini perlu ditelusuri mulai dari komposisi unsur kimia yang terdapat pada bahan baku sampai dengan proses pembuatan batang kawat tembaga. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan batang kawat tembaga terdiri dari tembaga mumi dan scrap tembaga hasil pemurnian. Dari hasil analisa komposisi dapat diketahui bahwa bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan batang kawat tembaga sesuai standar kwalitas produksi ASTM. B. 49. Dari observasi dipabrik untuk proses pengecoran (casting) dan pengerolan, ternyata perubahan temperatur prosesnya masih sesuai standar operasi produksi di P.T. "x". Pada pengujian komposisi terhadap batang kawat tembaga yang mengalami cacat permukaan bentuk V dan bentuk lubang, prosentase unsur pengotor seperti Pb, Sn, Ag, As, Te, Fe, tidak terjadi penyimpangan terbadap standar kwalitas produksi ASTM. B. 49. Dari hasil uji ini terbukti bahwa pengaruh unsur pengotor tidak memberikan kontribusi terhadap penyebab terjadinya kegagalan batang kawat tembaga. Dari hasil pengujian struktur mikro dan pengamatan. dengan (Scanning Electron Microscope) SEM terlihat bahwa kegagalan proses pembuatan batang kawat tembaga diakibatkan oleh peristiwa mekanis yaitu retaknya rot sewaktu batang tembaga direduksi dari stand OV ke stand 1 H. Dari analisa kegagalan rol didapat bahwa retak yang terjadi di permukaan rol berupa celah. Hal ini merusak permukaan batang tembaga berupa cacat bentuk V dan bentuk berlubang. Untuk menurunkan persentase kegagalan batang kawat tembaga. maka pendinginan proses pada rolling mill perlu dioptimasikan lagi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T40977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>