Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Mario Nugraha
"Tulisan ini mengkaji peran temporary urbanism dalam transformasi ruang kota. Secara singkat, Temporary urbanism merupakan penggunaan atau struktur sementara yang terjadi di ruang kota. Studi ini berfokus pada fenomena pasar informal di persimpangan Kayu Putih – Kayu Mas, Pulogadung, yang dianalisis melalui observasi lapangan, penghitungan jumlah pengunjung-penjual, mapping-diagramming dan wawancara dengan pelaku serta pengunjung pasar. Studi dilakukan terhadap elemen-elemen ruang kota seperti densitas, penggunaan lahan (land use), dan aksesibilitas kawasan (walkability & accessability), saat temporary urbanism berlangsung dan saat tidak berlangsung untuk melihat transformasi yang terjadi. Hasil studi menunjukkan bahwa temporary urbanism mengintensifikasi dan mendiversifikasi aktivitas di kawasan tersebut, menjadikan ruang kota lebih padat, aksesibel, dan multifungsi, serta menciptakan lingkungan yang lebih aktif dan aman. Namun, fenomena ini juga berdampak negatif terhadap walkability kawasan. Selain itu, temporary urbanism juga ditemukan sebagai gejala sekaligus respons praktis, taktis, dan adaptif dari masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial yang tidak terpenuhi oleh perencanaan kota formal. Temuan ini menyoroti peran temporary urbanism dalam merespons kondisi ruang kota yang tidak memadai.

This study examines the transformative role of temporary urbanism on urban space. In brief, temporary urbanism refers to the temporary use or construction that takes place in the city. The research focuses on the phenomenon of an informal market located at the Kayu Putih – Kayu Mas intersection in Pulogadung, analyzed through field observation, visitor–vendor counts, mapping-diagramming, and interviews with market participants and visitors. The analysis covers key urban space elements such as density, land use, and area accessibility (walkability & accessibility), both during and outside the period of temporary urbanism activity, to assess the spatial transformations that occur. The findings indicate that temporary urbanism intensifies and diversifies activities in the area, making urban space denser, more accessible, and multifunctional, while also fostering a more vibrant and safer environment. However, it negatively impacts the walkability of the area. Additionally, temporary urbanism emerges as both a symptom and a practical, tactical, and adaptive response from local communities to address unmet economic and social needs not fulfilled by formal urban planning. These findings highlight the role that temporary urbanism play as a response to inadequate city space. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghefira Khoirunisa
"Pemahaman urbanisme temporer menantang anggapan bahwa ruang adalah wadah statis bagi kehidupan manusia, dengan menekankan bahwa ruang dibentuk oleh aktivitas manusia dan dinamika sehari-hari. Berlandaskan pada teori produksi spasial Henri Lefebvre, yang memandang ruang sebagai produk dari tindakan manusia, gerakan Right to the City mengadvokasi pemberdayaan masyarakat kota untuk mengubah ruang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini sangat relevan dalam mengatasi kesenjangan sosial di dalam ruang kota dengan berfokus pada desain ulang ruang untuk mengakomodasi beragam penggunaan. Pedagang kaki lima, yang sering terpinggirkan di kota-kota modern, menjadi contoh kebutuhan akan ruang kota yang fleksibel dan dinamis. Meskipun pemerintah mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah, ketidaksesuaian antara fasilitas yang ada dan karakteristik pedagang kaki lima mendorong eksplorasi solusi inovatif. Konsep inkubator muncul sebagai pendekatan inovatif untuk mengatasi dinamika yang berkembang, terutama di pasar tradisional seperti Pasar Minggu, di mana tantangan seperti kapasitas yang terbatas, peraturan yang ketat, dan pergeseran perilaku konsumen membutuhkan intervensi desain yang responsif untuk kesejahteraan dan pemulihan ekonomi pedagang kaki lima.

The theory of temporary urbanism challenges the notion that space is a static container for human life, emphasizing that space is shaped by human activities and everyday dynamics. Grounded in Henri Lefebvre's theory of spatial production, which views space as a product of human actions, the Right to the City movement advocates for empowering urban dwellers to transform space according to their needs. This is particularly relevant in addressing social disparities within urban spaces by focusing on redesigning them to accommodate diverse uses. Street vendors, often marginalized in modern cities, exemplify the need for flexible and dynamic urban spaces. While the government supports micro, small, and medium enterprises, the mismatch between existing facilities and the characteristics of street vendors prompts the exploration of innovative solutions. The incubator as a concept emerges as an innovative approach to address the evolving dynamics, especially in traditional markets like Pasar Minggu, where challenges such as limited capacity, strict regulations, and shifting consumer behavior necessitate responsive design interventions for the well-being and economic recovery of street vendors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library