Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Ballenger, John Jacob
Jakarta : Binarupa Aksara, [date of publication not identified]
617.51 BAL p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hartono Abdoerrachman
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0138
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Listyarini T.
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang efek antibakteri dan antijamur dari jamu obat sakit tenggorokan terhadap bakteri Streptococcus 13 hernolyticus Standar Strain WHO, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan jamur Candida albicans. Bahan uji yang digunakan adalah 3 merk jamu obat sakit tenggorokan yang beredar di Jakarta. Metode pengujian daya antimikroba yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi dengan menggunakan silinder dan metode pengenceran serial menggunakan tabung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga merk obat tradisional tenggorokan yang diuji mempunyai daya antibakteri terhadap Streptococcus 13 hemolylicus Standar Strain WHO dan daya antijamur terhadap Candida albicans. Daya antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 hanya ditunjukkan oleh 2 merk obat tradisional tenggorokan. Dilihat dari hasil pengukuran zona hambatan dan KHM, obat tenggorokan mi mempunyai daya antimikroba yang besar terhadap Streptococcus 13 hernolyticus dan Candida albicans, sedangkan terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 menunjukkan daya antibakteri yang lebih kecil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S70326
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizki Iwan Kusuma
Abstrak :
Latar Belakang: Angka POST pascainsersi LMA masih tetap tinggi. Pemberian lidokain secara inhalasi akan memberikan efek analgetik dan mengurangi respon inflamasi terutama pada saluran napas dan dapat menjadi alternatif baru untuk menurunkan kekerapan POST pascainsersi LMA. Sebagai kelompok kontrol digunakan deksametason intravena.
Tujuan : Membandingkan kekerapan POST pascainsersi LMA pada pemberian inhalasi lidokain 1,5 mg/kgbb dengan deksametason 10 mg intravena sebelum pemasangan LMA.
Metode : Penelitian ini merupakan uji klinik acak tersamar tunggal. Seratus dua puluh delapan pasien yang akan menjalani operasi mata dengan anestesia umum dan insersi LMA dibagi kedalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok inhalasi lidokain dan kelompok deksametason intravena. Kriteria penerimaan adalah usia 18-65 tahun, ASA 1 atau 2, mallampati class I atau II, tidak terdapat nyeri tenggorokan sebelum operasi, posisi operasi terlentang, Bersedia menjadi peserta penelitian dan menandatangani informed consent. Inhalasi lidokain atau deksametason intravena diberikan 10 menit sebelum insersi LMA. Insersi LMA dengan cara baku, dan penilaian POST dilakukan 2 jam pascaoperasi. Data yang terkumpul akan diverifikasi dan diolah menggunakan program SPSS dengan uji analisis komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan.
Hasil : Uji analisis komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan dengan chi-square, kelompok inhalasi lidokain didapatkan 10,9 pasien mengalami POST pasca insersi LMA sedangkan pada kelompok deksametason intravena didapatkan 9,4 pasien mengalami POST p>0,05 . Skala nyeri kelompok inhalasi lidokain dengan nilai median 0 0-1 dan deksametason intravena dengan nilai median 0 0-3 juga tidak berbeda bermakna. Penelitian ini tidak mendapatkan adanya efek samping pada kedua kelompok.
Simpulan : Pemberian inhalasi lidokain sebanding dengan pemberian deksametason 10 mg intravena dalam mengurangi kekerapan POST pascainsersi LMA
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alfian
Abstrak :
CT scan dapat memberikan penderajatan (staging) dari suatu keganasan di sinus secara lebih baik. CT akan memperlihatkan dengan jelas batas-batas invasi tumor ke orbita dan retroorbita, lamina kribrosa, atap etmoid, planum sfenoid dan dapat
dipakai sebagai modalitas untuk menilai basis kranii dan perluasan ke intrakranial 7. Demikian jugs terhadap tumor-tumor ganas yang dilakukan pengobatan dengan radioterapi 8,9,10. Oleh sebab itu CT scan merupakan sumber informasi penting
bagi ahli bedah, dan menjadi suatu pemeriksaan yang dominan untuk penilaian pra dan pasca bedah.
Di Bagian THT FKUI/ RSCM Jakarta, CT scan telah cukup lama dipakai sebagai alat penunjang diagnostik tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Berdasarkan-hal tersebut di atas, dan ditunjang dengan cukup banyaknya materi yang dapat diteliti, membuat penulis tertarik untuk mengemukakan peranan CT scan dalam menunjang
diagnosis dan penatalaksanaan terhadap tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library