Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herry Tony Andhyka
"Kanker masih menjadi salah satu penyakit paling umum dan mematikan yang dikenal manusia dari tahun ke tahun. Kanker payudara adalah yang paling umum dan juga memimpin dalam konteks kematian akibat kanker. Deteksi dini kanker sangat penting agar penanganan yang efektif dapat dilakukan saat kanker masih jinak dan pada stadium awal dengan peluang penyembuhan yang lebih tinggi. Kelebihan dari spektrum Terahertz memenuhi kebutuhan akan metode deteksi kanker yang aman namun tetap memberikan hasil pencitraan yang baik. Berbagai teknik pencitraan kanker telah dikembangkan untuk membuat sistem pencitraan terahertz, termasuk antena yang digunakan untuk sistem tersebut. Namun, masih sedikit penelitian yang mengkaji fenomena dan tantangan yang terjadi di bidang penelitian ini. Penelitian ini mempelajari fenomena perambatan gelombang terahertz pada objek kanker payudara dengan mensimulasikan beberapa variasi skema. Variasi seperti polarisasi, jarak, dan tepi jaringan dipertimbangkan dalam penelitian ini.  Variasi terbaik ditentukan dengan mempertimbangkan aspek kuantitif dan kualitatif hasil baik menggunakan sumber plane wave dan antena. Polarisasi terbaik adalah polarisasi xy dengan standar deviasi 7.519. Jarak sumber ke objek terbaik adalah 11.5 mm dengan standar deviasi 12.317. Jarak sensor ke objek terbaik adalah 0.5 mm dengan standar deviasi 10.966. Jarak sumber dan sensor ke objek terbaik adalah 11.5 mm dan 0.5 mm dengan standar deviasi 14.956. Tipe jaringan berpengaruh terhadap hasil pencitraan dimana material dengan konstanta dielektrik berbeda menghasilkan hasil berbeda secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti lain untuk menentukan spesifikasi terbaik saat membuat sistem pencitraan THz.

Cancer is still one of the most common and lethal diseases known by humans throughout the years. Breast cancer is the most common one, which leads in terms of causes of cancer death. Early cancer detection is crucial so that effective treatment can be done when the cancer is still mild and in the early stages with higher chances of healing. The benefits of the Terahertz spectrum fulfill the need for a safe cancer detection method that still produces great imaging results. Various techniques for cancer imaging have been developed to create terahertz imaging systems, including an antenna used for the system. Still, there are only a few studies that investigated the phenomenon and challenges occurred in this field of research. This research studies the propagation phenomenon of terahertz wave on breast cancer object by simulating several scheme variation. Variation such as polarization, distance, and tissue type is considered in this study. The best variation is determined by considering qualitative and quantitative aspects, both using plane wave and antenna source. The best polarization is polarization xy with standard deviation of 7.519. The best distance between source to object is 11.5 mm with standard deviation of 12.317. The best distance between sensor to object is 0.5 mm with standard deviation of 10.966. The best distance between source and sensor to object is 11.5 mm and 0.5 mm with standard deviation of 14.956. Different types of tissue take effect to the imaging result where material with different dielectric constant results in different results quantitatively and qualitatively. This research can be used as a consideration and reference for other researchers to determine the best specification when creating a THz imaging system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xiaoxia, Yin
"Terahertz biomedical imaging has become an area of interest due to its ability to simultaneously acquire both image and spectral information. Terahertz imaging systems are being commercialized, with increasing trials performed in a biomedical setting. As a result, advanced digital image processing algorithms are needed to assist screening, diagnosis, and treatment. "Pattern recognition and tomographic reconstruction" presents these necessary algorithms, which will play a critical role in the accurate detection of abnormalities present in biomedical imaging. Terhazertz tomographic imaging and detection technology contributes to the ability to identify opaque objects with clear boundaries, and would be useful to both in vivo and ex vivo environments, making this book a must-read for anyone in the field of biomedical engineering and digital imaging."
New York: [Springer, ], 2012
e20418320
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Gian Giffar
"ABSTRACT
Gelombang Terahertz memiliki banyak potensi aplikasi seperti untuk keperluan medis, keamanan, spektroskopi, hingga komunikasi nirkabel kecepatan tinggi. Namun minimnya penelitian tentang teknologi ini menjadi hambatan dalam berkembangnya potensi dari gelombang Terahertz. Penelitian ini membahas mengenai teknologi Terahertz itu sendiri, dan akan ditampilkan sebuah rancangan antena yang bekerja pada frekuensi satu Terahertz yang memiliki karakteristik kinerja yang lebih baik dari penelitian sebelumnya. Antena ini adalah sebuah antena planar dipole yang berada pada permukaan sebuah substrat tipis dan dua komponen antenanya berada pada satu sisi yang sama pada substratnya. Rancangan planar dipole akan meningkatkan efisiensi produksi dari segi material karena hanya memerlukan material yang sangat kecil dan mudah untuk direkayasa. Silikon dengan resistivitas tinggi dipilih sebagai bahan untuk membuat substrat pada antena dan material emas dipilih sebagai elemen peradiasi untuk antena di dalam penelitian ini. Kemudian sebuah lensa silikon dielektrik dipadukan dengan antena untuk menaikkan gainnya serta membuat pola radiasinya menjadi directional. Setelah disimulasikan, antena ini awalnya memiliki return loss sebesar -14 dB, bandwidth sebesar 138 GHz, dan gain 2 dB. Antena yang dipadukan dengan substrat dan lensa silikon dielektrik memiliki parameter antena yang jauh lebih baik. Antena dengan penambahan substrat dan lensa silikon dielektrik memiliki return loss sebesar -23,119 dB pada frekuensi satu Terahertz, bandwidth sebesar 423 Gigahertz, dan gain sebesar 33,1 dB serta efisiensi radiasi sebesar 63%. Pola radiasi antena tersebut berupa directional.

ABSTRACT
Terahertz waves have many potential applications such as for medical, security, spectroscopy, to high speed wireless communication. But the lack of research on technology is a challenge in the development of the potential of Terahertz waves. This study discusses the Terahertz technology itself, and it will display an antenna design that works on a Terahertz frequency that has better performance characteristics than the previous studies. This antenna is a planar dipole antenna located on the surface of a thin substrate and two components of its antenna are on the same side on the substrate. The planar dipole design will increase the production efficiency in terms of material because it only requires very small and easy to engineer the material. Silicon with high resistivity was chosen as material to make the substrate on the antenna and gold material was chosen as the radiating element for the antenna in this study. Then a silicon dielectric lens is combined with an antenna to increase its gain and make the radiation pattern directional. After being simulated, this antenna initially had a return loss of -14 dB, a bandwidth of 138 GHz, and a gain of 2 dB. Antennas combined with substrate and silicon dielectric lenses have much better antenna parameters. The antenna with the addition of a substrate and silicon dielectric lens has a return loss of -23,119 dB at one Terahertz frequency, a bandwidth of 423 Gigahertz, and a gain of 33,1 dB and radiation efficiency of 63%. The antenna radiation pattern is directional."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Steven Joshua Julius Monang
"Transportasi udara menjadi transportasi dengan peningkatan jumlah penumpang yang signifikan karena menawarkan perjalan yang cepat, efisien, dan ekonomis. Namun, dalam perkembangannya terdapat kejadian yang berbahaya seperti aksi terorisme dan sabotase dalam penerbangan. Hal tersebut menjadikan faktor keamanan menjadi salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam dunia aviasi. Sebagian besar aksi teror yang terjadi dikarenakan kelalaian dalam melakukan deteksi barang berbahaya yang umumnya terbuat dari logam. Saat ini, dalam prosedur keamanan di bandar udara, terdapat dua teknologi yang umumnya digunakan untuk dapat mencitrakan barang berbahaya yang disembunyikan pada tubuh penumpang. Teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeterwave bekerja dengan mencitrakan barang berbahaya pada tubuh manusia tanpa harus dilakukan pemeriksaan secara manual terlebih dahulu. Namun pada penerapannya, kedua teknologi tersebut menimbulkan masalah-masalah baru seperti masalah kesehatan, privasi, dan keakuratan sistem. Berdasarkan riset dan penelitian, pencitraan dengan gelombang Terahertz dinilai mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penggunaan spektrum frekuensi di antara teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeter wave, membuat pencitraan THz tidak mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya, memiliki resolusi spasial yang cukup tinggi, namun rentan akan efek difraksi. Pada penelitian ini, dilakukan studi difraksi dan simulasi pencitraan logam dengan menggunakan gelombang Terahertz. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak CST Microwave Studio. Sebagai objek citra, digunakan logam kotak yang terbuat dari nikel dan memiliki panjang, lebar, dan tebal yakni 300 µm, 300 µm, dan 10 µm. Sensor yang digunakan dalam simulasi adalah antena bowtie terkopel bolometer. Antena bowtie terkopel bolometer sebagai sensor digunakan karena memiliki desain yang simpel dan bandwith yang lebar. Simulasi pencitraan dilakukan dengan variasi jenis antena yang memiliki frekuensi kerja 1 THz, 3 THz, dan 5 THz. Variasi jenis polarisasi plane wave (polarisasi Ex & Ey) juga dilakukan untuk masing-masing jenis antena. Simulasi dengan peningkatan frekuensi menghasilkan citra yang lebih akurat karena memiliki efek difraksi yang lebih kecil dan resolusi spasial yang lebih besar. Simulasi dengan polarisasi Ex menghasilkan citra yang lebih baik dalam kontras dibandingkan dengan polarisasi Ey karena memiliki arah pergerakan medan listrik (medan E) yang sejajar.

Air transportation is becoming transportation with a significant increase in the number of passengers because it offers fast, efficient, and economical trips. However, in its development, there are dangerous events such as acts of terrorism and sabotage in flight. This makes the safety factor an important parameter that needs to be considered in the world of aviation. Most acts of terror occur due to negligence in detecting dangerous goods which are generally made of metal. At present, in the security procedures at the airport, there are two technologies that are generally used to be able to image dangerous goods that are hidden in the body of a passenger. X-ray backscatter technology and millimeter-wave technology work by imaging dangerous goods on the human body without having to be manually checked first. But in its application, both of these technologies cause new problems such as health problems, privacy issues, and system accuracy. Based on research, imaging with the Terahertz wave is considered to be an alternate way to the problem. The use of the frequency range between x-ray backscatter technology and millimeter-wave technology makes THz imaging not emit harmful ionizing radiation, has a high enough spatial resolution but is vulnerable to diffraction effects. In this study, diffraction studies and metal imaging simulations were carried out using Terahertz waves. The simulation is done with CST Microwave Studio software. As an object in the imaging system, a metal box made of nickel and has a length, width, and height of 300 µm, 300 µm, and 10 µm is designed. The sensor used in the simulation is the bowtie antenna coupled bolometer. A bowtie antenna coupled bolometer as a sensor is used because it has a simple design and wide bandwidth. Imaging simulations performed with variations of antenna types that have working frequency of 1 THz, 3 THz, and 5 THz. Variations in the type of plane wave polarization (Ex & Ey polarization) were also performed for each type of antenna. Simulations with increased frequency produce more accurate images because they have smaller diffraction effects and greater spatial resolution. Simulation with Ex polarization produce better image in contrast compared to Ey polarization due to the parallel movement of electric fields (E field) direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzakwan Widyo Pangestu
"Teknologi komunikasi terus berkembang dari generasi ke generasi. Meskipun saat ini teknologi 5G masih dalam pengembangan, para peneliti telah memulai penelitian terhadap teknologi 6G yang diharapkan akan menghadirkan inovasi baru di luar kemampuan 5G. Pengembangan 6G fokus pada aplikasi komunikasi dan teknologi tambahan seperti artificial intelligent (AI), komunikasi terahertz (THz), teknologi optik nirkabel, jaringan optik ruang bebas, teknologi Massive MIMO, blockchain, analisis big data, dan lain-lain. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas layanan (QoS) pengguna dengan kecepatan data hingga 1 Tbps, latensi di bawah 1 ms, reliabilitas yang lebih tinggi, biaya, dan konsumsi energi yang lebih efisien, cakupan yang lebih luas, dan konektivitas yang semakin masif. Pada pengembangan 6G, terdapat potensi penggunaan pita frekuensi THz (antara 100 GHz hingga 10 THz) yang memiliki karakteristik unik dalam propagasi gelombang radio. Analisis bibliometrik dilakukan untuk menjawab gap penelitian pada aplikasi spektrum THz. Selanjutnya penelitian dilakukan dengan mengeksplorasi cakupan dan kapasitas frekuensi THz.
Penelitian mengenai spektrum THz telah dimulai sejak tahun 1996 dengan area penelitian paling besar pada bidang engineering. Penelitian paling banyak dilakukan pada pemanfaatan spektrum THz dengan mengekploitasi kapasitas dan resolusi tinggi yang dimiliki oleh spektrum THz, sedangkan eksplotasi pada karakteristik cakupan spektrum THz masih sedikit. Cakupan propagasi spektrum THz kurang dari 10-meter, tetapi memiliki kapasitas yang luas (hingga 600 Gbps). Berdasarkan karakteristik tersebut, perancangan penggunaan spektrum THz pada teknologi seluler 6G dilakukan dengan skema integrasi dengan hologram komunikasi dan seluler pada pengguna yang banyak. Spektrum THz dapat mendukung kebutuhan teknologi komunikasi hologram dalam menajamin kecepatan bit diatas 10 Gbps bergantung pada nilai SINR. Pada kondisi banyak pengguna dalam suatu event di hall dengan ukutan 90 x 52 12 m, penggunaan cell dengan spektrum THz menjajikan keceptan 3-10 Mbps dengan pengguna diatas 1000.
Penelitian mengenai spektrum THz masih berada pada tahap permulaan dalam perkembangan inovasi teknologi. Karakteristik spektrum THz yang memiliki cakupan dibawah 10-meter dengan kapasitas besar dapat mendukung skema implementasi teknologi seluler 6G dengan baik pada kolaborasi dengan teknologi komunikasi hologram yang membutuhkan throughput yang besar pang pengoperasiannya dan juga pada kondisi crowd dengan lebih dari 1000 pengguna secara bersamaan.

Communication technology continues to evolve from generation to generation. Although 5G technology is currently under development, researchers have already started exploring 6G technology, which is expected to bring new innovations beyond the capabilities of 5G. The development of 6G focuses on communication applications and additional technologies such as artificial intelligence (AI), terahertz (THz) communication, wireless optical technology, free-space optical networks, Massive MIMO technology, blockchain, big data analytics, and more. The main objective is to enhance user quality of service (QoS) with data speeds up to 1 Tbps, latency below 1 ms, higher reliability, cost and energy efficiency, broader coverage, and massive connectivity. In the development of 6G, there is the potential use of THz frequency bands (between 100 GHz and 10 THz) that have unique characteristics in radio wave propagation. Bibliometric analysis is conducted to address research gaps in THz spectrum applications. Subsequently, research is conducted to explore the coverage and capacity of the THz frequency.
Research on the THz spectrum has been ongoing since 1996, with the largest research area in the field of engineering. Most research has focused on utilizing the high capacity and resolution of the THz spectrum, while exploitation of THz spectrum coverage characteristics is still limited. The propagation range of the THz spectrum is less than 10 meters but has a wide capacity (up to 600 Gbps). Based on these characteristics, the design of THz spectrum utilization in 6G cellular technology is carried out through integration schemes with holographic communication and cellular technology for a large number of users. The THz spectrum can support the communication technology requirements of holographic communication, ensuring a bit rate above 10 Gbps depending on the signal-to-interference-plus-noise ratio (SINR). In crowded conditions, such as an event hall measuring 90 x 52 x 12 meters, the use of THz spectrum in cells promises speeds of 3-10 Mbps with over 1000 users.
Research on the THz spectrum is still in its early stages of technological innovation development. The characteristics of the THz spectrum, with its coverage below 10 meters and large capacity, can effectively support the implementation of 6G cellular technology, particularly in collaboration with holographic communication technology, which requires high throughput and operation in crowded conditions with over 1000 users simultaneously.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nurfitri
"Penyakit kanker payudara menjadi penyebab angka kematian tertinggi untuk perempuan. Teknologi pencitraan medis yang dapat mendiagnosis kanker payudara saat ini beberapa telah dikembangkan. Namun masih memiliki kekurangan dari segi keamanan dan tingkat akurasinya. Salah satu teknologi pencitraan yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan teknologi yang ada yaitu dengan teknik pencitraan Terahertz. Pencitraan kanker payudara dengan Terahertz dapat menjadi lebih efektif untuk mendiagnosis kanker pada jaringan yang lunak, karena dapat memberikan informasi spatial dan spektral dari kanker yang dicitrakan secara bersamaan. Kualitas resolusi spatial bergantung pada beamwidth antena dan scan density. Oleh karena itu, dibutuhkan antena dengan beamwidth yang sempit dan gain yang lebih tinggi agar mendapatkan kualitas gambar yang diinginkan.
Dalam penelitian ini dirancang antena mikrostrip array 2x2 dan 2x3 yang bekerja pada frekuensi 0,312 THz untuk mengetahui pengaruh beamwidth pada hasil pencitraan untuk deteksi kanker payudara. Antena array 2x2 memiliki beamwidth horizontal 46,4 derajat dan vertikal 33,0 derajat dengan gain 9,0 dB, bandwidth 53 GHz, pola radiasi directional, dan polarisasi linear. Antena array 2x3 memiliki beamwidth horizontal 39,0 derajat dan vertikal 22,8 derajat dengan gain 8,8 dB, bandwidth 11 GHz, pola radiasi directional, dan polarisasi linear. Objek yang dicitrakan yaitu phantom jaringan payudara yang berbentuk balok dengan dimensi panjang 2 mm, lebar 2 mm, dan ketebalan 1 mm. Model phantom terdiri dari jaringan fat (  = 2,41), fibrous ( = 2,80), dan tumor (  = 3,15).
Pencitraan Terahertz dilakukan dengan metode pemindaian translasi dengan menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio. Terdapat dua skema pencitraan Terahertz, yaitu dengan variasi beamwidth dengan menggunakan kedua antena dan variasi jarak masing-masing antena. Pada hasil simulasi pencitraan Terahertz variasi beamwidth menghasilkan gambar yang lebih baik pada antena array 2x3 karena beamwidth antena tersebut lebih sempit. Pada hasil simulasi pencitraan Terahertz dengan variasi jarak memiliki hasil citra yang ideal pada jarak 7,5 mm untuk kedua antena secara kualitatif dan kuantitatif.

Breast cancer is the leading cause of death for women. Medical imaging technologies that can diagnose breast cancer are currently being developed. But it still has disadvantages in terms of security and level of accuracy. One of imaging technology that can be used to overcome the shortage of existing technologies is Terahertz imaging techniques. Terahertz imaging of breast cancer can be more effective in diagnosing cancer for soft tissue, because it can provide spatial and spectral information from cancer simultaneously. The quality of resolution depends on beamwidth of antenna and scan density. Therefore, an antenna with a narrow beamwidth and higher gain is needed to get the desired image quality.
In this study, 2x2 and 2x3 microstrip array antenna was designed at a frequency of 0.312 THz to find out the affect of beamwidth to the imaging results for breast cancer detection. 2x2 array antenna has horizontal beamwidth of 46.4 degrees and vertical beamwidth of 33.0 degrees with gain of 9 dB, bandwidth of 53 GHz, directional radiation patterns, and linear polarization. 2x3 array antenna has horizontal beamwidth of 39.0 degrees and vertical beamwidth of 22.8 degrees with gain of 8.8 dB, bandwidth of 11 GHz, directional radiation patterns, and linear polarization. The object that is imaged is phantom breast tissue in the block shape with total dimensions of 2 mm in length, 2 mm in width, and 1 mm in thickness. The phantom model consists of tissue fat (  = 2.41), fibrous (  = 2.80), and tumor (  = 3.15).
Terahertz imaging is done by the translation scanning method using CST Microwave Studio software. There are two Terahertz imaging schemes, with variation of beamwidth using both antennas and variation in the distance of each antenna. In the imaging simulation results, the variation in beamwidth produces a better image on the 2x3 antenna because the antenna beamwidth is narrower. The results of Terahertz imaging simulation with distance variations have ideal image results at distance of 7.5 mm for both of antennas qualitatively and quantitatively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Wahyudi
"ABSTRAK
Gelombang Terahertz THz merupakan gelombang dari bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak pada rentang frekuensi di antara 0,3 THz sampai 10 THz. Gelombang THz memiliki banyak potensi kegunaan dalam berbagai aplikasi, seperti pencitraan, spektroskopi, dan komunikasi nirkabel. Salah satu metode untuk merancang antena pada frekuensi THz adalah dengan menggunakan antena planar melalui metode fabrikasi photolithography atau electron-beam lithography. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sebuah antena Planar dengan karakteristik Broadband pada frekuensi 1 THz. Silikon resistivitas tinggi digunakan sebagai substrat antena dan lapisan emas digunakan sebagai elemen peradiasi patch antena. Desain awal antena ini adalah Bow-Tie, kemudian dikombinasikan dengan capacitive bar dekat feed gap antena untuk memperbagus return loss dan memperlebar bandwidth, tetapi gain dan efisiensi radiasi yang dihasilkan rendah. Penggunaan dielectric silicon lens dapat meningkatkan nilai gain dan efisiensi radiasi. Peningkatan ketebalan substrat pada dielectric silicon lens digunakan untuk meningkatkan nilai gain pada ketebalan substrat optimal. Antena Bow-Tie awal memiliki return loss = -11 dB, dan bandwidth = 114,6 GHz pada frekuensi 1 THz, setelah dikombinasikan dengan capacitive bar memiliki return loss = -40,029 dB, bandwidth = 457,47 GHz, gain = -3,378 dB, efisiensi radiasi sebesar -16,22 dB 2,38 ,. Setelah menggunakan dielectric silicon lens memiliki nilai gain sebesar 10,16 dB, efisiensi radiasi sebesar -1,589 69,3 , beamwidth horizontal phi=90o sebesar 43,5o, beamwidth vertical phi=0o sebesar 30,1o dan bentuk pola radiasi directional. Peningkatan ketebalan substrat yang optimal tercapai pada ketebalan substrat 1000 ?m dengan nilai gain sebesar 31,29 dB, beamwidth horizontal phi=90o sebesar 3,1o, beamwidth vertical phi=0o sebesar 2o dan efisiensi radiasi sebesar -1,567 dB 69,7 . Pada penelitian ini menunjukkan capacitive bar dapat memperbagus return loss dan memperlebar bandwidth antena planar pada frekuensi 1 THz. Penggunaan Dielectric silicon lens dapat meningkatkan nilai gain, dan efisiensi radiasi. Peningkatan ketebalan substrat pada dielectric silicon lens dapat meningkatkan gain antena sampai pada ketebalan substrat optimal.

ABSTRACT
The terahertz wave THz is a wave of the electromagnetic wave spectrum that lies in the frequency range between 0.3 THz to 10 THz. The THz wave has many potential uses in various applications, such as imaging, spectroscopy, and wireless communications. One method to design an antenna at THz frequency is by using a planar antenna with photolithography or electron beam lithography fabrication method. The purpose of this research is to design a planar antenna with Broadband characteristics at frequency resonant 1 THz that can be fabricated. High Resistivity Silicon is used as an antenna substrate and the gold layer is used as an antenna patch radiating element. The initial design is a bow tie antenna, then combined with a capacitive bar near the antenna feed gap to increase the return loss and widen the bandwidth, but gain and radiation efficiency are low. Use of dielectric silicon lens can increase the gain and radiation efficiency. Increasing the thickness of the substrate on a silicon dielectric lens is used to increase the value of the gain on the optimal substrate thickness. Initial bow tie antenna has return loss 11 dB, and bandwidth 114,6 GHz at 1 THz frequency, after combined with capacitive bar has return loss 40,029 dB, bandwidth 457,47 GHz, gain 3,378 dB, radiation efficiency of 16,22 dB 2.38 . After using dielectric silicon lens, the gain value is 10.16 dB, radiation efficiency is 1.589 69.3 , horizontal beamwidth phi 90o is 43,5o, vertical beamwidth phi 0o is 30,1o and form of directional radiation pattern. The optimal substrate thickness was achieved at 1000 m with a gain value is 31,29 dB, horizontal beamwidth phi 90o is 3,1o, vertical beamwidth phi 0o is 2o and radiation efficiency is 1,567 dB 69,7 . This research shows that the capacitive bar can improve the return loss and widen the bandwidth at a frequency resonant 1 THz. The use of dielectric silicon lens can increase the gain and radiation efficiency. Increasing the thickness of the substrate on a silicon dielectric lens can increase the antenna gain until optimum substrate thickness.
"
2017
S68897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Apriono
"The demand for high-speed data transmission has increased significantly in the last decades. Terahertz (THz) frequency, which lies between 100 GHz to 10 THz, has been considered as the solution to the demand. However, the low gain and low efficiency of a THz antenna remain to be issues that hinder reasonable performance for various applications. This paper proposes the design of a high-gain and high-efficiency planar bow-tie antenna for applications in the THz frequency. A planar bow-tie on a high-resistivity silicon substrate is considered to obtain the broadband characteristics. To increase the gain and efficiency, a dielectric silicon lens and a matching layer based on the quarter-wavelength are applied in the design. From simulations using Computer Simulation Technology (CST) Microwave Studio, gain and radiation efficiency of up to 32.69 dB and 90.4% are obtained, respectively. This proposed design has shown high radiation performance suitable for high-speed transmission systems."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gradi Adriandi
"ABSTRACT
Near field communication NFC adalah salah satu aplikasi teknologi komunikasi yang dapat menjadi solusi kebutuhan pertukaran data multimedia berkecepatan tinggi di masa depan. Salah satu komponen utama agar NFC mampu bekerja adalah antena. Agar dapat diterapkan untuk aplikasi NFC dengan jarak sampai dengan 10 cm dan kecepatan data mencapai 20 Gbps, antena diharapkan memenuhi beberapa spesifikasi yakni bandwidth 10 GHz, gain 0.59 dB serta beamwidth horizontal dan vertikal 26 derajat. Pada penelitian ini diusulkan rancangan antena mikrostrip pada substrat Epoxy FR-4 dengan konstanta dielektrik 4,6. Antena yang dirancang memiliki bentuk rectangular dan memiliki modifikasi berupa inset line dan slot. Antena didesain dan disimulasikan menggunakan perangkat lunak CST. Antena memiliki frekuensi resonan di 350 GHz. Hasil simulasi menunjukkan antena mampu bekerja pada rentang frekuensi 350 GHz dengan return loss -37.39 dB dan bandwidth sebesar 30.28 GHz pada rentang kerja 337.09 - 367.37 GHz. Antena memiliki gain, bandwidth horizontal dan vertikal masing-masing sebesar 5.51 dB, 59.8o dan 61.2o. Pada penelitian ini dilakukan analisis propagasi gelombang pada komunikasi antara antena pemancar dan antena penerima. Hasil simulasi menunjukkan bahwa antena yang dirancang mampu mencapai hingga 10 cm. Namun, daya yang diterima berfluktuasi untuk jarak yang lebih dekat karena masih di wilayah dekat lapangan. Faktor path gain perlu dipertimbangkan saat merancang antena untuk komunikasi jarak dekat. Sudut dari peletakan antena juga perlu dipertimbangkan saat merancang antena untuk komunikasi jarak dekat. Berdasarkan simulasi, rancangan antena yang diusulkan dapat digunakan untuk aplikasi near field communication.

ABSTRACT
Near field communication NFC can be a solution to high speed multimedia data exchange needs in the future. An antenna has important role for NFC system. In order to be applied to 10 cm and data rates up to 20 Gbps, antennas are expected to achieve some specifications, i.e. bandwidth ge 10 GHz, gain ge 0.59 dB, horizontal and vertical beamwidth ge 26 degrees. This research proposes a microstrip antenna design on the Epoxy FR 4 substrate with dielectric constant of 4.6. The designed antenna has rectangular shape, inset lines and slots modifications. The antenna is designed and simulated by using CST Microwave Studio software. The antenna has resonant frequency of 350 GHz. The simulation results show that the antenna has resonant frequency of 350 GHz with a return loss of 37.39 dB and a bandwidth of 30.28 GHz in a range of 337.09 to 367.37 GHz. The antenna has gain, horizontal and vertical bandwidth of 5.51 dB, 59.8o and 61.2o, respectively. The wave propagation analysis has also been conducted between the transmitting antenna and the receiving antenna. The simulation results show that the designed antenna can reach 10 up to cm. However, the received power fluctuates for a shorter distance as it is still in the near field region. Path gain factors need to be considered for near field communications. The direction angles of the antenna also should be considered when designing antennas for near field communications. Based on the simulation, the proposed antenna design can be used for near field communication applications."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Pangesti Aji
"ABSTRAK
Teknologi Terahertz THz yang berada pada rentang frekuensi 0,1 ndash; 10 THz merupakan salah satu alternatif teknologi untuk aplikasi pencitraan maupun komunikasi nirkabel. Redaman atmosfir yang tinggi di rentang frekuensi tersebut menyebabkan kebutuhan akan perancangan antena sumber gelombang THz dengan kinerja gain dan efisiensi tinggi. Antena lensa dielektrik merupakan salah satu jenis antena yang jamak digunakan pada aplikasi pencitraan karena dapat menghasilkan kinerja gain yang tinggi dengan lebar pancar yang sempit dan menghasilkan citra beresolusi tinggi. Pada penelitian ini, dilakukan studi mengenai antena bow-tie dengan modifikasi capacitive bar dan double crossed sebagai sumber peradiasi gelombang THz. Substrat dan lensa berbahan Silikon dengan konstanta dielektrik tinggi digunakan untuk meningkatkan kinerja gain dan efisiensi. Untuk menanggulangi efek refleksi internal pada lensa maupun substrat, lapisan anti pemantulan matching layer diterapkan pada permukaan lensa menggunakan teknik quarterwavelength, cascaded, dan optimal. Dari hasil simulasi yang dilakukan, kombinasi bow-tie dengan capactive bar menghasilkan peningkatan gain sebesar 32,69 dB dengan efisiensi radiasi sebesar 90,4 . Untuk antena bow-tie double crossed peningkatan gain antena didapatkan hingga 33,78 dB dengan efisiensi radiasi sebesar 83,1 , dengan peningkatan kinerja side lobe level SLL sebesar -11,7 dB bidang-E dan -11,3 dB bidang-H .

ABSTRACT
Terahertz THz technology which lies in the 0.1 10 THz frequency range is one of the technology alternatives in wireless imaging and communications applications. The high atmospheric loss in this frequency range leads to the need for a high gain and efficiency THz source antenna. Dielectric lens antennas are one of the most common types of antennas used in imaging applications because they can produce high gain performance with narrow beamwidth and a high resolution images. In this study, simulation of bow tie antennas with capacitive bar and double crossed modifications is performed as a THz wave radiation source. High dielectric Silicone substrate and lenses are used to improve the gain and efficiency performances. To cope with the effect of internal reflection on the lens or substrate, the matching layer is applied to the lens surface using quarterwavelength, cascaded, and optimal techniques. From the simulation result, bow tie combination with capactive bar resulted in a gain increase of 32.69 dB with radiation efficiency of 90.4 . While in double crossed bow tie antenna the antenna gain is obtained up to 33,78 dB with radiation efficiency equal to 83,1 , with better side lobe level SLL performances of 11.7 dB E Plane and 11.3 dB H Plane ."
2018
T50896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>