Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Irfan Arsyad Prayitno
Abstrak :
Suatu graf berarah dapat direpresentasikan dengan beberapa matriks representasi, seperti matriks adjacency, anti-adjacency, in-degree laplacian, dan out-degree aplacian. Dalam paper ini dibahas polinomial karakteristik dan nilai-nilai eigen dari matriks adjacency, anti-adjacency in-degree laplacian, dan out-degree Laplacian graf matahari berarah siklik. Bentuk umum polinomial karakteristik dari matriks adjacency graf matahari berarah siklik dapat diperoleh dengan menghitung jumlah nilai determinan matriks adjacency subgraf terinduksi siklik dari graf tersebut. Kemudian polinomial karakteristik dari matriks anti-adjacency dapat dicari dengan menghitung jumlah nilai determinan matriks anti-adjacency subgraf terinduksi siklik dan subgraf terinduksi asiklik dari graf matahari berarah siklik. Selanjutnya bentuk umum polinomial karakteristik dari matriks in-degree Laplacian dan out-degree Laplacian dicari dengan menggunakan ekspansi kofaktor matriks-matriks tersebut. Nilai-nilai eigen dari matriks adjacency, matriks anti-adjacency, matriks in-degree Laplacian dan matriks out-degree Laplacian dapat berupa bilangan riil dan bilangan kompleks yang dapat dicari dengan pemfaktoran polinomial karakteristik dengan menggunakan metode Horner ataupun dengan menggunakan bentuk eksponensial dari bilangan kompleks.
A directed graph can be represented by several matrix representations, such as adjacency matrix, anti-adjacency matrix, in-degree Laplacian matrix, and out-degree Laplacian matrix. In this paper we discuss the general form of characteristic polynomials and eigenvalues of adjacency matrix, anti-adjacency matrix,  in-degree Laplacian matrix, and out-degree Laplacian of directed cyclic sun graph. The general form of the characteristic polynomials of adjacency matrix can be found out by counting the sum of the determinant of adjacency matrix of directed cyclic induced subgraphs from directed cyclic sun graph. Furthermore, the general form of the characteristic polynomials of anti-adjacency matrix can be found out by counting the sum of the determinant of anti-adjacency matrix of the directed cyclic induced subgraphs and the directed acyclic induced subgraphs from directed cyclic sun graph. Moreover, the general form of the characteristic polynomials of in-degree Laplacian and out-degree Laplacian matrix can be found by using the cofactor expansion of those matrices. The eigenvalues of the adjacency, anti-adjacency, in-degree Laplacian, and out-degree Laplacian can be real or complex numbers, which can be figured out by factoring the characteristic polynomials using horner method or the exponential form of the complex numbers.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto
Abstrak :
Daerah Rabau Hulu, Kalan, Kalimantan Barat merupakan daerah potensial uranium yang telah dieksplorasi secara detil dengan berbagai metode. Metode tahanan jenis dan polarisasi terinduksi dapat diterapkan dalam eksplorasi deposit uranium yang mineralisasinya berasosiasi dengan mineral sulfida. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data tahanan jenis dan polarisasi terinduksi dilakukan untuk dapat mengidentifikasi sebaran deposit uranium dan litologi batuan di daerah penelitian. Deposit uranium di daerah Rabau Hulu pada umumnya berasosiasi dengan sulfida, turmalin, dan terdapat dalam batuan favourable. Indikasi mineralisasi uranium dijumpai dalam bentuk-bentuk tidak teratur dan tidak merata yang terdiri atas mineral uraninit, pirit, kalkopirit, pirhotit, molibdenit, dan ilmenit. Pengambilan data menggunakan konfigurasi dipole-dipole pada area sekitar 36 hektare, terdiri atas 46 lintasan dengan panjang + 425 m. Pengambilan data polarisasi terinduksi dalam kawasan frekuensi dengan titik dan lintasan yang sama dengan data tahanan jenis. Pengolahan data menghasilkan nilai tahanan jenis dan faktor logam yang selanjutnya dibuat penampang 2 dimensi. Penentuan nilai tahanan jenis dan polarisasi terinduksi dilakukan dengan mengkorelasi data sumur bor dengan hasil pengolahan data. Tahanan jenis pada zona deposit uranium bernilai kurang dari 2.000 Ωm dan nilai faktor logamnya lebih besar dari 90 mho/m. Zona deposit uranium ini semakin meluas seiring dengan kedalaman. Distribus deposit uranium berarah barat daya?timur laut dan berbentuk lensa.
Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2015
660 EKSPLOR 36:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Setiawati
Abstrak :
Tujuan: menilai prevalensi katarak terinduksi radiasi, serta menghubungkannya dengan dosis paparan radiasi dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi. Metode: Studi potong lintang dan studi kasus-kontrol. Seratus delapan puluh subyek berpartisipasi dalam penelitian. Prevalensi katarak terinduksi radiasi dinilai menggunakan analisis Scheimpflug pada alat Pentacam® Oculus. Dosis paparan radiasi kumulatif dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi pada subyek diidentifikasi melalui kuesioner dan personal dosimeter
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Muzakki
Abstrak :
Separator dapat berfungsi sebagai penghalang fisik untuk mencegah terjadinya korsleting internal antara elektroda dan dapat membentu pergerakan ion elektrolit. Sampai sekarang, separator polimer yang banyak digunakan dalam baterai lithium-ion komersial adalah PP. Namun dalam mempertimbangkan masalah lingkungan, polimer ramah lingkungan juga sedang dikembangkan dalam pembuatan separator. Separator dengan berbahan dasar selulosa asetat dinilai memiliki proses fabrikasi yang lebih ramah lingkungan dan dapat terdegradasi secara alami. Fokus penelitian ini adalah proses fabrikasi separator baterai padat berbasis selulosa melalui metode Pemisahan Fase Terinduksi Non-pelarut (NIPS) dengan pelarut etil asetat dan non-pelarut air. Dalam penilitian ini akan diselidiki pengaruh waktu evaporasi selama proses pencetakkan terhadap morfologi serta performa membran. Pengujian yang dilakukan antara lain Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), porositas, penyerapan elektrolit, keterbasahan membran, tarik, stabilitas dimensi, dan konduktivitas ionik dengan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Pengujian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan waktu evaporasi selama proses pencetakkan menurunkan porositas, penyerapan elektrolit, kemampuan pembasahan, dan konduktivitas ionik, namun meningkatkan kekuatan tarik. Sampel CA30 menunjukkan nilai porositas, penyerapan elektrolit, dan konduktivitas ionik yang paling tinggi di antara sampel lainnya dengan nilai sebesar 28,7% ; 40,4% ; dan 1,5 × 10-5 S.cm-1. Sedangkan untuk kekuatan tarik tertinggi didapatkan pada sampel CA50 dengan nilai sebesar 34,02 MPa. ......The separator can serve as a physical barrier to prevent an internal short circuit between the electrodes and facilitate the movement of electrolyte ions. Until now, the polymer separator widely used in commercial lithium-ion batteries was PP. However, environmentally friendly polymers are also developed for separator manufacture. Separators made from cellulose acetate have a more environmentally friendly fabrication process and can be degraded naturally. This research focuses on the fabrication process of cellulose-based solid battery separators through the NIPS method with ethyl acetate and non-solvents (water). In this research, the effect of evaporation time during the printing process will be investigated on the morphology and performance of the membrane. Tests carried out included FTIR, porosity, electrolyte uptake, wettability, tensile, dimensional stability, and ionic conductivity with EIS. The tests concluded that increasing the evaporation time during the printing process decreases the porosity, electrolyte absorption, wetting ability, and ionic conductivity. However, it increases tensile strength. The CA30 sample showed the highest porosity, electrolyte absorption, and ionic conductivity values among the other samples with a value of 28.7% ; 40.4% ; and 1.5 × 10-5 S.cm-1. Meanwhile, the highest tensile strength was found in the CA50 sample with a value of 34.02 MPa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinasih Prayuni
Abstrak :
Promoter gen late embryogenesis abundant 3 (lea3) merupakan salah satu promoter terinduksi kekeringan pada tanaman. Penelitian bertujuan mengisolasi dan mengklona fragmen promoter gen lea3 yang terinduksi kekeringan dari padi (Oryza sativa L.) kultivar lokal Indonesia Rojolele dan Batutegi dengan menggunakan kultivar Nipponbare sebagai acuan. Penelitian dilakukan di Puslit Biotek LIPI, Cibinong dan berlangsung selama 9 bulan (Maret--November 2008). Fragmen promoter gen lea3 diamplifikasi secara in vitro dengan teknik PCR menggunakan primer LEAP F dan LEAP R yang menghasilkan pita berukuran ± 1.291 bp. Produk PCR kemudian diligasi dengan vektor plasmid pGEM-T Easy dan ditransformasi ke dalam Escherichia coli DH5α dengan metode heat shock. Hasil penapisan biru putih menunjukkan adanya 19 koloni biru dan 761 koloni putih dari keseluruhan koloni yang tumbuh. Verifikasi dengan digesti menggunakan enzim EcoRI menunjukkan hasil positif mengandung sisipan fragmen promoter. Hasil BLASTN pada situs NCBI (www.ncbi.nlm.nih.gov) menunjukkan bahwa sekuen hasil klona fragmen promoter gen lea3 dari ketiga kultivar memiliki similaritas 99% dengan sekuen acuan promoter gen HVA-like dari kultivar IRAT 109 (GenBank Acc. No. DQ837728). Similaritas yang tinggi menunjukkan keberhasilan proses isolasi dan pengklonaan promoter gen lea3.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adream Bais Junior
Abstrak :
Pemisah pada baterai lithium-ion (LIB) berfungsi sebagai pemisah antara anoda dan katoda untuk mencegah terjadinya arus pendek, namun tetap memungkinkan pergerakan ion elektrolit. Pemisah yang banyak digunakan dalam LIB komersial biasanya berbahan dasar poliolefin. Pemisah baterai yang terbuat dari bahan ramah lingkungan seperti selulosa asetat memiliki sifat mekanik dan termal yang sesuai, tidak beracun, dan hidrofilisitas yang baik. Fokus penelitian ini adalah karakteristik membran pemisah LIB berbahan selulosa asetat yang diproduksi menggunakan Temperature and Non-solvent Induction Phase Separation (N-TIPS) dengan DMSO dan pelarut non-udara, serta penambahan asam sitrat. sebagai agen pengikat silang. Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah pada variasi konsentrasi asam sitrat yaitu 0%; 5%; 10%; dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan kuat tarik setelah penambahan asam sitrat sebesar 38,543 MPa; 68.291 MPa; 73.093 MPa; dan 68,963 MPa serta elongasi sebesar 5,334%; 8,908%; 6,575%; 7,130%; 50,093% untuk 0%; 5%; 10%; dan konsentrasi asam sitrat 15%, masing-masing. Selain itu, konduktivitas ionik membran ini adalah 2,16 × 10-5 S/cm; 2,53 × 10-7 S/cm; 6,63 × 10-9 S/cm; dan 3,91×10-7 S/cm sebesar 0%; 5%; 10%; dan konsentrasi asam sitrat 15%, masing-masing. Jika dibandingkan dengan membran Celgard, 4,80 10-6 S/cm, penambahan asam sitrat menurunkan konduktivitas ionik di bawah Celgard. Selanjutnya, membran dengan kinerja terbaik, asam sitrat 10%, memiliki ketahanan termal tertinggi sebesar 3,97%, keterbasahan sebesar 39,26 nM/m, dan porositas sebesar 2,17%. ......The separator in a lithium-ion battery (LIB) functions as a separator between the anode and cathode to prevent short circuits, but still allows the movement of electrolyte ions. Separators that are widely used in commercial LIBs are usually polyolefin based. Battery separators made from sustainable materials such as cellulose acetate have suitable mechanical and thermal properties, non-toxicity, and good hydrophilicity. The focus of this research is the characteristics of LIB separator membranes made from cellulose acetate which were produced using a Temperature and Non-solvent Induced Phase Separation (N-TIPS) with DMSO and non-air solvents, as well as the addition of citric acid as a crosslinking agent. In this study, the main focus is on the variation of citric acid concentration, namely 0%; 5%; 10%; and 15%. The result shows a tensile strength after the addition of citric acid with the value of 38.543 MPa; 68.291 MPa; 73.093 MPa; and 68.963 MPa and elongation of 5.334%; 8.908%; 6.575%; 7.130%; 50.093% for 0%; 5%; 10%; and 15% citric acid concentration, respectively. Additionally, the ionic conductivity of these membranes is 2.16 × 10-5 S/cm; 2.53 × 10-7 S/cm; 6.63 × 10-9 S/cm; and 3.91 × 10-7 S/cm for 0%; 5%; 10%; and 15% citric acid concentration, respectively. If compared to Celgard membrane, 4.80 10-6 S/cm, the addition of citric acid lowered the ionic conductivity below Celgard. Furthermore, the best performing membrane, 10% citric acid, has the highest thermal resistance at 3.97%, wettability of 39.26 nM/m, and a porosity of 2.17%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Setiawati
Abstrak :
Tujuan: menilai prevalensi katarak terinduksi radiasi, serta menghubungkannya dengan dosis paparan radiasi dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi. Metode: Studi potong lintang dan studi kasus-kontrol. Seratus delapan puluh subyek berpartisipasi dalam penelitian. Prevalensi katarak terinduksi radiasi dinilai menggunakan analisis Scheimpflug pada alat Pentacam®-Oculus. Dosis paparan radiasi kumulatif dan penggunaan perlengkapan proteksi radiasi pada subyek diidentifikasi melalui kuesioner dan personal dosimeter. Hasil: Prevalensi katarak terinduksi radiasi sebanyak 16.7%. Median dosis radiasi kumulatif berdasarkan kuesioner menunjukkan median 0,8 (0.1- 35.6) Gy. Hubungan korelasi positif didapatkan antara dosis radiasi kumulatif dengan densitas lensa (R Spearman= 0.64). Sebanyak 83.9% subyek menggunakan tabir pada 71-100% masa kerjanya, tetapi mayoritas subyek penelitian (40.6%), tidak menggunakan kacamata pelindung. Peningkatan risiko katarak terinduksi radiasi meningkat secara bermakna seiring dengan kepatuhan penggunaan proteksi radiasi yang kurang. Subyek dengan proteksi tabir radiasi 31-50% dari masa kerjanya meningkatkan risiko katarak 10.80 kali lipat (IK 95% 1.05-111.49, p=0.044). Sementara itu, kelompok proteksi tabir radiasi 51-70% meningkatkan risiko katarak 8.64 kali lipat (p=0.001). Subyek yang tidak memakai kacamata pelindung memiliki OR 164.3 (IK 95% 19.81-1363) dibandingkan dengan kelompok pengguna kacamata pelindung. Kesimpulan: Katarak terinduksi radiasi pada pekerja radiasi bidang kardiologi intervensi tergantung pada dosis paparan radiasi dan penggunaan proteksi radiasi. Oleh karena itu, kepatuhan pekerja radiasi perlu ditingkatkan sesuai ketentuan proteksi radiasi.
Objectives: to determine the prevalence of radiation-induced cataract and correlate with radiation exposure dose and radiation protection use among radiation workers of interventional cardiology. Methods: A cross-sectional and retrospective case-control study. One hundred and eighty subjects were included. Prevalence of radiation-induced cataract was assessed using Scheimpflug analysis on the Pentacam®-Oculus. Individual cumulative radiation exposure dose and radiation protection use of subjects were identified from questionnaire and personal dosimeter. Results: The prevalence of radiation-induced cataract was 16.7%. Median cumulative radiation dose was 0.8 (0.1-35.6) Gy. A positive correlation was found between cumulative radiation dose and lens density (RSpearman=0.64). This study showed that 83.9% of subjects used ceiling-suspended shield in 71-100% of their working period, however the majority of subjects (40.6%) did not wear protective eyewear. Statistically significant increasing risk of cataract was found along with unresponsive use of radiation protection. The subjects using ceiling-suspended shield in 31-50% of their working period were increasing their cataract risk by 10.80 times (95% CI 1.05- 111.49, p=0.044). Meanwhile, the subjects using protective eyewear in 51-70% of their working period were increasing their cataract risk by 8.64 times (p=0.001). Subjects who did not wear protective eyewear had an OR 164.3 (95% CI 19.81-1363) compared to those who wore protective eyewear. Conclusion: Radiation-induced cataract among radiation workers of interventional cardiology was depend on radiation exposure dose and radiation protection. Therefore, the compliance of radiation safety recommendation should be improved.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library