Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reni Kusumowardhani
"ABSTRAK
Tes Bender Gestalt adalah tes yang dirancang oleh Dr. Lauretta Bender untuk penggunaan klinis khususnya mengukur kemampuan organisasi persepsi visual-motor. Bender menggambarkan secara detil mengenai proses kematangan
persepsi visual-motor. Menggambar sembilan figur tes Bender Gestalt menurutnya berkaitan dengan prinsip biologis dari sensori-motor yang tergantung pada
perkembangan tingkat kematangan dari individu dan ada tidaknya keadaan patologis baik dalam fungsi maupun organisnya. Melalui banyak penelitian ternyata terbukti bahwa tes Bender Gestalt juga dapat mengungkap indikasi brain injury melalui beberapa indikntor pada beberapa figur, mengukur kematangan persepsi visual-motor, dan mengungkap kondisi gangguan emosi melalui kriteria-kriteria gangguan emosional. (Koppitz 1970).
Di Sisi lain, Attention Deficit Disorder (ADHD) adalah satu kondisi gangguan perkembangaa pada anak yang dikaitkan dengan adanya keadaan disfungsi minimal otak yang mengakibatkan burnknya perilaku kontrol motorik
(Wenar, 1994). Adapun Flick (1998) mengemukakan bahwa di samping karakteristik utama yang disebutkan di dalam DSM V-R, ada karakteristik tambahan yang terdapat pada anak ADHD yaitu disorganizotion: poorpeer-sibling relalion; aggressive behavior; poor self-concept self-esteem; senstion seeking behavior; daydreaming; poor coordination; memory problem; persistent obsessive thinking; dan inconsistency. Karakteristik tersebut sesuai dengan gangguan emosional yang diungkap dalam tes Bender Gestalt melalui kriteria-kriteria yang diinterpretasi secara kualitatif. Adapun kritetia-kriteria gangguan emosional
tersebut adalah confused order; wavy line; dashes for circle: progressive increase: large size of drawing: fine line: overwork; second attempt: expansion: constriction
Serta frame dan spontaneous elaboration (Koppitz, 1970).
Berkaitan dengan adanya karakteristik problem perilaku dan gaugguan emosi pada anak ADHD yang sesuai dengan yang diungkap oleh tes Bender Gestalt, muncul beberapa pertanyaan yang berkisar pada (1) apakah ada kecenderungan profil yang khas dari performance anak ADHD pada tes Bender Gestair(2) apa saja kriteria gangguan emosional yang muncul atau dilakukan oleh anak ADHD dalam tes Bender Gestalt tersebut serta seberapa besar manfaat tes Bender Gestalt dalam mengungkap masalah perilaku dan gangguan emosional pada anak ADHD?
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di samping, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. juga sebagai studi pendahuluan mengenai profil tes Bender Gestalt pada anak ADHD, khususnya mengenai ada tidaknya kekhasan dalam respon terhadap figur-figur tes Bender Gestalt serta kriteria gangguan emosional yang cenderung dibuat oleh anak ADHD, sehingga membuat psikolog klinis anak dalam menegakkan diagnosa ADHD sertn menjadi bahan pertimbangan
untuk perlu atau tidaknya penggunaan tes Bender Gestalt dalam pemeriksaan kasus ADHD.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan profil yang cenderung khas dari anak ADHD pada klasifikasi kesalehan distorsi, rotasi, integrasi dan perseverasi pada
masing-masing figur tes Bender gestalt. Klasifikasi kesalahan distorsi terbanyak muncul di figure 6, figur 7, dan tigur 8; rotasi terbanyak muncul di tigur 7 dan di
figur 4 tetapi tidak terlalu menonjol; integrasi di figur 3 dan figur 4 sedangkan
perseverasi pada frgur 6 dan figur I tetapi tidak terlalu menonjol. Untuk figur A di antara empat klasifikasi kesalahan yang ada, distorsi mempakan kesalahan yang
paling banyak dilakukan. Pada figur 1, kesalahan yang paling banyak muncul adalah integrasi. Pada figur 2, klasifikasi kesalahan yang terbanyak muncul adalah
Integrasi dan perseverasi tetapi kemunculannya tidak terlalu menonjol. Pada figur 3. Klasifikasi kesalahan yang banyak terjadi adalah integrasi sedangkan pada figur
4 yang terbanyak muncul adalah integtasi dan rotasi. Pada figur 5, yang terbanyak muncul adalah klasifikasi rotasi tetapi tidak menonjol. Adapun di Figur 6 sangat menonjol kemunculan klasifikasi distorsi kemudian diikuti klasifikasi perseverasi dan rotasi sangat kecil kemunculannya pada figur 6 ini. Pada figur 7 distorsi juga
sangat menonjol yang diikuti pula oleh rotasi tetapi tidak terlalu menonjol untuk kesalahan integrasi, sedangkan pada figur 8 masih didominasi oleh kesalahan distorsi dan kurang menonjol pada klasifikasi kesalahan rotasi.
Kriteria gangguan emosional yang muncul dalam performance tes Bender Gestalt yang dibuat oleh anak ADHD sesuai dengan karakteristik emosi anak ADHD, yaitu dengan urutan peluang kemunculan sebagai berikut; large size of
drawing terutama pada tigur 8; overwork yang bisa terjadi di figur munapun:fine line tertama di figul 3; confused order; wavy line terutama di figur 1 dan figur 2
progressive increase di figur 1, figur 2, dan figur 3 dengan kemunculan terbanyak pada figur 1; second attempt yang kemunculannya tidak dapat dibedakan figur mana yang menonjol karena semua figur punya persentasi rata-rata; small size of drawing tidak ada figur yang menonjol; expansion dengan maksimal 2 halaman kertas; dashes for circle di figur 3; dan constriction, box around design Serta spontaneous elaboration tidak termasuk kriteria respon yang dibuat.
Dari hasil tersebut dapat dikemukakan beberapa saran: (1) dalam pemeriksaan anak dengan keluhan yang mengarah pada karakteristik dan riwayat ADHD sebaiknya menggunakan tes Bender Gestalt sebagai salah satu alat bantu diagnostik karena tes Bender Gestalt di samping mengungkap kematangan persepsi visual motor juga mengungkap gangguan emosional yang terjadi pada anak ADHD; (2) perlu ada penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih hesar serta diuji secara statistik; (3) Informasi atau laporan hasil tes Bender Gestalt sebaiknya ditulis Secara lengkap dan rinci mulai dari observasi, skoring dan interpretasi sesuai dengan panduan skoring tes Bender Gestalt agar dapat menjadi keterangan bantu yang lebih besar manfaatnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Setyaningrum
"Tes Bender Visual Motor Gestalt merupakan sebuah alat tes yang sudah digunakan secara luas oleh para psikolog klinis di Amerika Serikat. Tes ini dapat digunakan baik untuk anak-anak mulai usia 3 tahun sampai remaja bahkan orang dewasa. Tes yang juga dikenal dengan sebutan Tes Bender Gestalt ini merupakan sebuah alat tes yang fungsi utamanya adalah untuk mendiagnosa adanya brain injury (Groth-Marnat, 1984). Pada perkembangannya, tes ini kemudian juga banyak digunakan pada anak-anak untuk memprediksi adanya masalah- masalah emosional. Brain injury adalah sebuah keadaan di mana otak seorang anak tidak dapat berfungsi dengan baik. Maksudnya adalah otak tidak dapat berfungsi dengan baik saat ia harus menerima atau merespon sebuah stimulus (Doman, 1994). Efck yang,dirasakan oleh oleh anak tentunya tergantung dari letak dan tingkat keparahan disfungsi organ tersebut. Salah satu gangguan yang dapat timbul karena adanya brain injury pada anak adalah Attention Deficit /Hyperactivity Disorder (Doman, 1994) Sebanyak 5% anak usia Sekolah Dasar di Amerika Serikat mengalami masalah ini (Wenar, 1994). Salah satu jenis ADHD adalah ADHD Predominantly Inattentive Type. Anak-anak dengan ADHD ini mempunyai ciri yang umum yaitu ketidakmampuan anak untuk mempertahankan perhatian pada tugas atau permainan yang sedang dikerjakan (Wenar, 1994). Salah satu masalah emosional yang dapat dialami oleh seorang anak pada masa perkembangannya adalah masalah Social Withdrawal. Social Withdrawal didefinisikan oleh Mash (1996) sebagai tingkah laku menarik diri pada saat seorang anak berada di tengah-tengah keadaan, baik yang dikenal maupun tidak dikenal olehnya. Tes Bender Gestalt, didasarkan pada prinsip teori Gestalt. Pengerjaan tes ini selain dipengaruhi oleh kemampuan persepsi dan senson motor juga tergantung pada pertumbuhan dan tingkat kematangan masing-masing individu serta keadaan patologis yang mungkin dialami (Koppitz, 1964). Tes Bender Gestalt diberikan dengan Cara memberikan 9 gambar pada anak satu per Satu. Anak kemudian diminta untuk meniru gambar tersebut pada selembar kertas kosong. Hasil gambar anak kemudian dicocokkan dengan standar skor yang telah dibakukan (Anastasi, 1988). Ketepatan anak meniru gambar yang tersedia menggambarkan kemampuan visual motorik yang ia miliki dan kesulitan dalam visual motorik inilah yang kemudian diasosiasikan dengan brain injury (Sattler,1987). Seorang anak dikatakan mempunyai indikasi brain injury bila age equivalent yang didapat di bawah usia kalender dan terdapat minimum 5 ciri yang telah ditentukan (Koppitz l964). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat profil Bender Gestalt pada anak dengan ADHD Predontinantbi Inattentive Type dengan brain injury dan Social Withdrawal tanpa brain injury. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada anak usia sekolah dasar dengan IQ minimum rata-rata yang dilakukan di Bagian Perkembangan, F.Psikologi Ul, dari tahun 1999-2002, ditemukan bahwa secara umum, subyek yang diindikasikan mengalami ADHD Predominantly inattentive Type dan Social Withdrawal paling hanyak melakukan distorsi pada hasil gambar mereka Namun pada subyek dengan ADHD Predorninantly Inattentive Type kesalahan ini juga dapat dikategorikan sebagai indikasi brain injury, sementara pada subyek dengan Social Withdrawal masih dianggap normal untuk anak seusianya. Pada subyek dengan ADHD Predominantly lnattemive Type indikator brain injury terlihat dari beberapa ciri yang dilakukan, yaitu extra atau missing angle, rotation of design dan failure to integrate part. Sedangkan pada indikator emosional, terlihat adanya kesamaan antara kedua kelompok subyek ini, yaitu small size drawing / constriction dan confuse order. Kedua kelompok tersebut sama-sama mempunyai kesulitan dalam perencanaan dan tidak mampu mengatasi rasa bingung Mereka juga tampak menunjukkan adanya rasa anxiety, withdrawal dan rasa malu yang cukup kuat. Perbedaannya adalah pada indikator emosional ini, pada kelompok subyek dengan ADHD Predominanty: Inattentive Type terlihat rasa tidak tertarik atau inattention yang cukup kuat. Sedangkan pada subyek dengan Social Withdrawal indikator yang cukup menonjol adalah reinforced lines, yang menunjukkan kemungkinan adanya rasa agresif, impulsif atau tension."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library