Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Yoswanda Yoga Wardana
"Pemerintah Amerika Serikat cendenmg mengkaitkan ancaman eksternal dan perkembangan domestik pembentukan Black Panther Party sebagai ancaman keamanan nasionaL Fokus penelitian ini adalah pada upaya penghancuran dari dalam organisasi Black Panther Party oleh pemerintah Amerika Serikat.
Keamanan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah negara. Strategi dalam keamanan nasional berisi aksi atau reaksi terhadap situasi atau objek yang sifafnya mengancam dan mampu menciptakan kehancuran. Tidak hanya dari musuh-musuh di luar negeri tetapi juga di daJam negeri. Yang terpenting dari keamanan nasionai adalah tercapainya rasa aman.
Perang-perang pembebasan nasional dilakukan oleh rnasyarakat tertindas di seluruh penjuru dunia melawan kolonialisme dan imperialisme. Di Amerika Serikat mereka yang tertindas adalah kaum kulit hitarn serta kelompok masyarakat lain yang posisinya inferior terhadap kelompok WASP.
Black Panther Party adalah organisasi pergerakan hak asasi masyarakat kulit hitam Amerika yang mengusung cara-cara radikal revolusloner yang identik dengan perjuangan perang-perang pembebasan nasional. Pemerintah Amerika Serikat melihat hal ini sebagai ancaman keamanan nasional. Demi perlindungan keamanan dan sistem nilai, penanganan harus segera diambil untuk menghancurkan organisasi ini.
The goverment of The United States of America tends to correlate externai threat and domestic movement of the founding of Black Panther Party as a threat to the national security. The focus of this research is on the effort to crush the Black Panther Party from within the organization by the government of United States.National security is a condition which is aimed by a state. Strategy in national security contains the action or reaction to the object or situation in which a threatening character can create chaos. Not only from enemies beyond the state borders but also inside state borders. The real crux of national security is reaching a feeling of security.War of national liberation that was done by oppressed society on an over the world was launched against imperialism and colonialism. In the United States, the oppressed party is the black people and also other society groups whose position inferior to the WASP. Black Panther Party is an organization of African-American people which launched revolutionary radical ways identical to the wars of national liberation. The government of the United States saw this matter as a threat to the national security. For the sake of protecting the value system and security, they have to take some drastic measures to break this organization."
2007
T17730
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Vito Hadyan Nur
"Since its release in 2018, Black Panther has been receiving a positive audience response, especially in America and Africa, as it is considered to be an important breakthrough in Hollywood films. This is possible as the film does not only serve as an entertaining Black superhero film, but it also shows positive African and African Diasporas’ cultural representations. Through the fictional nation of Wakanda, Black Panther reimagines an African nation that never suffers from colonialism and developed to its fullest potential with the help of the fictional meteorite vibranium and by isolating itself from other nations. The citizens of Wakanda use futuristic technological instruments while still maintaining their traditional cultures and ancestral beliefs. Furthermore, the film also discusses African American political social issues and concepts, such as Revolutionary Black Nationalism, which was popularized by the Black Panther Party, and Marcus Garvey’s vision of Pan-Africanism. Therefore, this research analyses the cinematic elements of Black Panther to explore how the film serves as a criticism of the Black Panther Party’s Revolutionary Black Nationalism and Marcus Garvey’s Pan-Africanism. Moreover, this research also discusses how Black Panther represents an important breakthrough in the representation of Africans and African Americans in Hollywood films. The findings presented in this research suggest that Black Panther portrays and criticises the Black Panther Party’s Revolutionary Black Nationalism by using Killmonger as an allusion, and Wakanda is used as an allusion of Marcus Garvey’s idea of Pan-Africanism.
Sejak dirilis pada tahun 2018, film Black Panther terus mendapatkan respons positif dari audiens, terutama di Amerika Serikat dan Afrika, karena film ini dianggap sebagai sebuah terobosan penting dalam perfilman Hollywood. Hal ini dapat terjadi karena film ini tidak hanya sebuah film superhero berkulit hitam yang menghibur, namun juga menggambarkan representasi budaya Afrika dan Diaspora Afrika yang positif. Melalui negara fiksi bernama Wakanda, Black Panther membayangkan kembali sebuah bangsa Afrika yang tidak pernah menderita karena kolonialisme dan berkembang sampai potensi maksimumnya dengan bantuan meteorit fiksi bernama vibranium, dan mengisolasi bangsanya dari negara-negara lain. Masyarakat Wakanda menggunakan peralatan tekonologi futuristis, namun masih melestarikan budaya tradisional dan kepercayaan leluhur. Selain itu, film ini juga membahas isu politik dan konsep Afrika Amerika, seperti Nasionalisme Kulit Hitam Revolusioner yang dipopulerkan oleh Black Panther Party, dan impian Pan-Afrikanisme Marcus Garvey. Karena itu, penelitian ini menganalisis unsur-unsur film pada film Black Panther untuk melihat bagaimana film ini digunakan untuk mengkritik Nasionalisme Kulit Hitam Revolusioner Black Panther Party dan Pan-Afrikanisme Marcus Garvey. Kemudian, penelitian ini juga membahas bagaimana film Black Panther merepresentasikan terobosan penting dalam representasi orang Afrika dan Afrika Amerika dalam film-film Hollywood. Temuan yang disajikan dalam penelitian ini menemukan bahwa film Black Panther menggambar dan mengkritik Nasionalisme Kulit Hitam Revolusioner dengan menggunakan karakter Killmonger sebagai kiasan, dan Wakanda adalah kiasan untuk impian Pan-Afrikanisme Marcus Garvey."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Sesy Priliandra Shaqina
"Penelitian ini mengkaji bagaimana LSM lingkungan memobilisasi sumber daya untuk merespons tantangan iklim, menggunakan skenario Jakarta tenggelam. Studi terdahulu membahas mengenai peran LSM lingkungan melalui strategi komunikasi dan edukasi lingkungan. Namun, masih sedikit perhatian yang diberikan pada bagaimana LSM mengorganisasi sumber daya internal dan eksternal mereka untuk mempertahankan sebuah gerakan sosial, khususnya dalam konteks perencanaan kota partisipatif. Dengan menggunakan teori Resource Mobilization Theory (RMT), penelitian ini menganalisis Rujak Center for Urban Studies (RCUS) sebagai studi kasus. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana RCUS memobilisasi sumber daya melalui gerakan perencanaan kotanya, dengan metode wawancara mendalam serta observasi lapangan. Temuan mennujukan bahwa RCUS tidak hanya mengadvokasi hak atas hunian, tetapi juga memastikan keamanan tenurial warga. RCUS turut membangun proyek perumahan kota berbasis partisipasi untuk meningkatkan ketahanan warga agar mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim, termasuk land subsidence dan kenaikan permukaan laut, dalam upaya menghadapi isu Jakarta tenggelam. RCUS mampu memobilisasi berbagai sumber daya dan mewujudkannya dalam bentuk konkret seperti kampung susun, riset, dan pameran, yang kemudian mereproduksi berbagai sumber daya lain untuk kembali diorganisasi. Penelitian ini merekomendasikan agar studi-studi mendatang dapat mengeksplorasi gerakan sosial melalui analisis komparatif lintas organisasi untuk memahami bagaimana penggunaan teori RMT dapat bervariasi tergantung pada konteks kelembagaan masing-masing.
Jakarta sinking scenario. Earlier studies discusses NGOs roles in environmental issues; communication strategies and environmental education. There is limited focus on how NGOs organize their internal and external resources to sustain social movement, especially in the context of participative urban planning. Using Resource Mobilization Theory (RMT), this study analyzes Rujak Center for Urban Studies as case study. This research explores how RCUS mobilize their resources through their urban planning movement through in-depth interviews and field observation. Findings show that Rujak not only advocates for housing rights but also ensures resident's security of tenure. Rujak also build participatory urban housing project to make residents more resilient, ensuring they're able to adapt to climate change-- one of which is land subsidence and sea level rise through addressing the Jakarta sinking issue. Rujak is able to mobilize their resources and build a tangible outcome like kampung susun, research, and exhibitions, which later reproduce another various resources to be organized again. This research recommends future studies explore social movements through comparative analysis across different organizations to understand better about how the use of RMT may vary depending on the institutional context."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library